JURNAL MEDAN - Film The King's Man telah tayang pada 22 Desember 2021 lalu, namun mendapatkan respon negatif dari pengamat dan kritikus film.
The King's Man merupakan film ke 3 dari sekuel Kingsman yang disutradarai oleh Mattew Vaughn. Dua film sebelumnya yaitu Kingsman The Secret Service (2014) dan Kingsman The Golden Circle (2017).
Film The King's Man kali ini berbeda dengan kedua film Kingsman sebelumnya. Pendahulunya memiliki banyak adegan dengan teknologi dan alat mata-mata keren dan canggih.
Pada film The King's Man kali ini, para penonton akan dibawa menuju ke satu abad sebelum Kingsman berdiri.
Film The King's Man mengisahkan pada latar beberapa tahun sebelum petualangan Harry, Eggsy, dan Merlin di kedua dua film Kingsman sebelumnya.
Secara garis besar film The King's Man kali ini mengungkap asal usul awal berdirinya badan intelijen independen pertama Kingsman.
Tujuan dari King's Man sendiri adalah untuk menumpas para tiran dan dalang kriminal dalam merencanakan serangkaian peristiwa untuk memicu perang yang akan memusnahkan jutaan orang.
Setelah penayangan Film The King's Man terdapat ulasan yang beragam untuk film ini. Pujian banyak diberikan untuk sutradara dan para pemain seperti Ralph Fiennes, Tom Hollander, Gemma Arterton dan Djimon Hounsou.
Ada beberapa kritik yang disampaikan untuk film ini. Mereka juga menyorot alur cerita yang dinilai tidak konsisten.
Christian Holub dari Entertainmen Weekly (EW), dalam ulasannya memberi nilai D mengkritik The King's Man karena romantisasinya yang menjijikan dari era Perang Dunia I.
"The King's Man tersesat dalam kontradiksinya sendiri dan menegaskan bahwa tidak masuk akal memperlakukan rumah jagal global dan tungku politik yang merupakan Perang Besar seperti film superhero," ujarnya.
Penulis Michael O'Sullivan mengungkapkan keluhan serupa dalam ulasannya untuk The Washington Post. Dia memberikan poin dua dari lima bintang untuk film tersebut.
"Film ini pada dasarnya adalah versi trippier, lebih halusinogen dari sebuah episode Drunk History - yang mungkin pernah dibayangkan (atau diimpikan) oleh seorang siswa sekolah menengah yang cerdas tetapi bosan yang tertidur selama kelas Sejarah Dunia setelah makan jamur ajaib," tulisnya.
"Hanya untuk bangun dengan cerita bagaimana-jika yang gila yang melibatkan beberapa tokoh sejarah, kecil dan besar, dari awal abad ke-20 berputar-putar di kepala mereka," sambungnya.
Kritik lainnya datang dari Jake Kleinman dari Invers. Dia menyebutkan bahwa satu-satunya yang menyelamatkan film ini adalah para pemerannya, seperti dikutip oleh EW.
Baca Juga: Link Twibbon Final Piala AFF 2021 Indonesia vs Thailand, Ayo Dukung Timnas Juara Kali Ini
Jika melihat antusiasme publik dalam menyambut film ini dan dari kesuksesan sekuel sebelumnya, ulasan yang kurang baik ini cukup tidak terduga.***