JURNAL MEDAN - Kematian jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh yang tewas karena Headshot sniper Israel di Tepi Barat terus jadi pembicaraan di internet.
Berikut profil Shireen Abu Akleh, wanita kelahiran 3 Januari 1971, lahir dari keluarga Kristen di Palestina ternyata juga memiliki kewarganegaraan Amerika Serikat (AS).
Keluarga besar Shireen Abu Akleh berasal dari Betlehem, Palestina. Ia kemudian pindah ke AS dan menjadi warga negara dari keluarga ibunya yang tinggal di New Jersey.
Saat tewas ditembak sniper Israel, Shireen Abu Akleh sebenarnya telah bekerja dengan Al Jazeera selama 25 tahun dan meliput berbagai konflik.
Namun nasib akhirnya menentukan Shireen tewas di tanah leluhurnya yang dilakukan oleh bangsa Israel.
Abu Akleh adalah seorang reporter veteran dan salah satu jurnalis terkemuka di dunia Arab.
Karirnya menterengnya termasuk melaporkan peristiwa besar Palestina serta menganalisis politik Israel.
Ia juga meliput pelaporan televisi dan mengilhami banyak orang Palestina maupun Arab lainnya untuk mengejar karir di bidang jurnalisme.
Totalitas dan profesionalisme Abu Akleh menjadi pelajaran bagi banyak orang.
Saat ia tewas oleh sniper Israel, Abu Akleh sedang mempelajari bahasa Ibrani.
Tujuan Abu Akleh mempelajari bahasa Ibrani adalah untuk memahami media Israel sekaligus mempelajari diksi yang digunakan Israel untuk perang.
Beberapa tahun lalu sebelum kematiannya, Abu Akleh mengaku sangat takut menjadi sasaran tembak Israel ketika sedang bertugas.
Dikutip An Najah BBC, Abu Akleh mengatakan dirinya sampai lupa apa yang harus diucapkan di depan kamera saking takutnya.
"Tentu saja aku takut. Pada saat tertentu Anda melupakan ketakutan itu. Kami tidak melemparkan diri kami ke kematian," kata Abu Akleh.
"Kami pergi bekerja dan kami mencoba menemukan tempat di mana kami dapat berdiri dan melindungi tim. Setelah itu saya berpikir bagaimana akan tampil di layar dan apa yang akan saya katakan," ujarnya. ***