Bahkan, pemimpin tertinggi Iran saat itu, Ayatollah Khomeini menyerukan untuk membunuh novelis kelahiran India tersebut.
Salman Rushdie kemudian bersembunyi, mengambil identitas palsu, dan selama bertahun-tahun dilindungi oleh sekelompok keamanan pemerintah Inggri.
Faktanya, ancaman dimulai setelah penulis menerbitkan novel keempatnya pada tahun 1988.
"Ayat-ayat Setan" sontak picu kontroversi di beberapa komunitas Muslim karena dianggap mengolok-olok Nabi Muhammad.
Baca Juga: Benny Mamoto Profil, Ketua Kompolnas Dulu Terkesan Bela Ferdy Sambo Kini Sebut Dirinya Dikerjai
Setelah Ayatollah Khomeini menyerukan pembunuhan, Inggris dan Iran memutuskan hubungan diplomatik.
Selama 12 tahun berikutnya, Rushdie hidup di bawah perlindungan terus-menerus dari agen-agen dinas rahasia dan keamanan Inggris. Kemudian pindah ke New York pada 2002.
Terlepas dari banyaknya ancaman, Rushdie terus berkembang sebagai ahli sastra terkemuka, dan bahkan banyak muncul di depan umum.
Dianugerahi gelar bangsawan untuk karyanya pada tahun 2007, ia dinobatkan sebagai Penulis Terhormat di Tempat Tinggal di Universitas New York, mengajar di Emory, dan terpilih di Akademi Seni dan Sastra Amerika.