Naskah Khutbah Jumat Bulan Muharram Lengkap: Tema Puasa Muharram, Asyura, dan Tasu'a

28 Juli 2022, 18:07 WIB
Ilustrasi Naskah Jumat Cocok Disampaikan Menyambut Bulan Muharram /pixabay.com/@iqbalnuril

JURNAL MEDAN - Berikut naskah lengkap khutbah Jumat di bulan Muharram dengan tema puasa Muharram, Asyura, dan Tasu'a.

1 Muharram 1444 Hijriyah akan jatuh pada tanggal 30 Juli 2022, oleh karena itu tesku buat Jumat dengan tema puasa Muharram sangat cocok untuk dijadikan bahan khotbah nantinya.

Karena di dalam bulan Muharram terdapat berbagai macam keutamaan serta amalan-amalan yang sangat berlimpah.

Baca Juga: Apa Saja Amalan di Bulan Muharram Selain Puasa Asyura dan Tasua? Ini Jawabannya

Semoga artikel ini bisa menjadi referensi bagi para khotib untuk menjadikan sebagai naskah khutbah Jumat.

Selengkapnya, inilah naskah khutbah Jumat lengkap Bulan Muharram tentang puasa Muharram yang dikutip melalui halaman resmi radiorodja.

KHUTBAH PERTAMA - KHUTBAH JUMAT BULAN MUHARRAM DENGAN TEMA PUASA MUHARRAM

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Ummatal Islam,

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan banyak kenikmatan demi kenikmatan, segala puji bagi Allah yang telah banyak menurunkan kepada kita banyak karunia demi karunia. Diantara karunia yang Allah berikan kepada kita yaitu kita masuk di awal tahun hijriah di bulan Muharram ini.

Dan Subhanallah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan awal tahun hijriah itu bulan haram, dan menjadikan akhir tahun hijriah pun bulan haram. Diawali tahun hijriah dengan bulan Muharram dan diakhiri dengan bulan Dzulhijjah. Keduanya adalah bulan haram, seakan memberikan kepada kita sebuah isyarat agar memulai tahun dengan kebaikan dan mengakhiri tahun dengan kebaikan. Karena bulan-bulan haram merupakan bulan-bulan kebaikan, Allah berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

“Sesungguhnya jumlah bulan ketika Allah menciptakan langit dan bumi adalah dua belas bulan, di antaranya empat bulan haram.” (QS. At-Taubah[9]: 36)

Kita memulai tahun ini dengan bulan Muharram, dimana bulan Muharram adalah bulan yang Allah istimewakan. Diantara keistimewaan bulan Muharram, Allah menamainya sebagai bulan Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

شَهْرُ اللَّهِ المُحَرَّمُ

"Bulan Allah Muharram” (HR. Muslim)

Allah menyebutkan bahwa Muharram itu bulan Allah. Itu menunjukkan betapa agungnya bulan ini. Bulan Muharram yang Allah haramkan atas kita semua. Sebagaimana kita sering mendengar penjelasan dari para asatidzah bahwa di bulan-bulan haram, amalan-amalan keburukan dilipatgandakan menjadi besar. Karena Allah mengatakan dalam Al-Qur’an:

فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

“Jangan kalian mendzalimi diri-diri kalian sendiri di bulan-bulan haram tersebut.” (QS. At-Taubah[9]: 36)

Artinya berbuat dzalim di bulan itu akan Allah lipat gandakan, Allah besarkan dosanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Demikian pula amalan shalih pun dibesarkan pahalanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Diantara amalan yang bisa kita amalkan di bulan Muharram, saudaraku. Yaitu yang disebut dengan puasa ‘Asyura. Dimana puasa ‘Asyura kata Rasullullah:

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَة

“Puasa ‘Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)

Subhanallah.. betapa agungnya puasa ini. Bahkan di awal-awal Islam, ketika Allah belum diwajibkan puasa Ramadhan, puasa ‘Asyura itu termasuk puasa yang diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’al kepada kaum muslimin.

Akan tetapi ketika Allah mewajibkan bulan Ramadhan, Allah menjadikan puasa ‘Asyura sesuatu yang tidak wajib. Namun Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menekankan kita untuk berpuasa di hari itu dan menyebutkan keutamaannya yang agung sebagaimana kita telah sampaikan tadi.

Maka dari itulah saudaraku.. Orang-orang yang mengingikan kebaikan, orang-orang yang menginginkan agar dosanya digugurkan, ini adalah kesempatan emas untuk kita digugurkan dosa-dosa kita setahun yang lalu.

Namun ketika kita berpuasa ‘Asyura, Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam membimbing kita agar berpuasa sehari sebelumnya atau sehari setelahnya. Hal ini dalam rangka menyelisihi orang-orang ahli kitab. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ

“Kalaulah masih ada waktu di tahun mendatang, aku ingin sekali berpuasa di tanggal 9” (HR. Muslim)

Kenapa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ingin berpuasa di tanggal 9?

Karena untuk menyelisihi ahli kitab tentunya. Karena orang-orang ahli kitab pun berpuasa di hari itu. Sebagaimana disebutkan dalam hadits lainnya, yaitu ketika Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam datang ke kota madinah, didapati orang-orang ahli kitab (orang-orang Yahudi) berpuasa di tanggal 10 Muharram. Kemudian Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada mereka, “hari apa ini?” Mereka berkata, “Ini adalah hari yang Allah menyelamatkan Nabi Musa dari kejaran Fir’aun, maka kami ingin berpuasa di hari ini.” Maka kemudian Rasullullah bersabda :

فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ. فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

”Kita seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa daripada kalian.”. Lalu setelah itu Rasulullah -Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa pada tanggal 10 ‘Asyura ini.” (HR. Muslim)

Karena orang Yahudi pun berpuasa di tanggal ini, maka Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan umatnya untuk menyelisihi mereka.

Karena saudaraku, menyelisihi ahli kitab adalah merupakan perkara yang telah Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan kepada kita. Dan Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang kita untuk menyerupai mereka, beliau bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka” (HR. Abu Daud)

Maka agar tidak menyerupai orang-orang Yahudi, Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan umatnya untuk berpuasa pada tanggal 9 atau 11 nya, sehingga dia puasa yang tidak sesuai atau tidak serupa dengan puasanya orang-orang yahudi.

Ummatal Islam,

Maka dari itulah, kita berusaha semaksimal mungkin untuk bisa berpuasa pada tanggal itu. Karena Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan:bulan Ramadhan yaitu:

‏أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

“Seutama-utama berpuasa setelah yaitu berpuasa dibulan Allah Muharram” (HR. Muslim)

Ternyata puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan yaitu berpuasa di bulan Muharram. Ini menunjukkan bahwa di bulan Muharram ini kita sangat dianjurkan untuk berpuasa. Karena nilainya sangat besar, sangat tinggi di sisi Allah, bahkan Rasullullah mengabarkan bahwa itu merupakan puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan.

Ummatal Islam,

Bulan Muharram ini marilah kita mulai dengan lembaran yang lebih putih. Marilah kita berusaha memperbaiki dan membenahi diri. Ketika kita setahun kemarin telah banyak berbuat dosa dan maksiat, maka kita berusaha di tahun ini untuk bertaubat dan banyak beramal shalih.

Demi Allah, kita tidak tahu kapan ajal akan mendatangi diri kita, entah itu besok atau lusa, atau mungkin tahun yang akan datang, kita tidak tahu.

Maka setiap mukmin, tugasnya dia adalah mempersiapkan dirinya menuju kematian itu, yaitu dengan memperbanyak amal shalih, saudaraku.

Dan ini di bulan yang sangat tepat kita untuk beramal shalih di dalamnya. Sehingga pada waktu itu kita bisa mendapatkan pahala yang melimpah ruah di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kemudian saudaraku, disana ada perkara-perkara yang diyakini oleh sebagian muslimin bahwa itu termasuk syariat islam, padahal itu bukan syariat Islam sama sekali. Sebagian kaum muslimin memiliki keyakinan bahwa tanggal 10 ‘Asyura itu “Lebarannya anak yatim” katanya.

Mereka punya keyakinan itu, dan mereka menyantuni anak yatim di hari itu, padahal sama sekali tidak ada dalil dari Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tidak pula ada keterangan dari para sahabat, tidak pula para Tabi’in, tidak pula imam yang empat, tidak pula para ulama hadits, semua itu diada-adakan wahai saudaraku.

Justru kata para ulama tentang 10 ‘Asyura ini ada dua firqah yang menyimpang. Firqah yang pertama adalah firqah Syi’ah. Mereka menjadikan hari ‘Asyura sebagai hari berkabung, bahkan mereka menyiksa diri pada waktu itu. Firqah yang kedua adalah firqah Khawarij, mereka menjadikan sebagai perayaan bahkan mereka bersenang-senang disitu.

Tidak demikin dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Ahlus Sunnah wal Jama’ah menghormati tanggal 10 itu dengan cara berpuasa. Karena itu yang dilakukan oleh Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak meyakini keyakinan-keyakinan yang tidak pernah ada dasarnya dari Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena Rasul kita yang mulia ‘Alaihish Shalatu was Salam telah mengabarkan bahwasannya menyantuni anak yatim dianjurkan di waktu kapan saja sepanjang tahun. Rasullullah bersabda:

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَ، وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئاً

"Aku dan orang yang menanggung hidup anak yatim kelak di surga seperti ini”, kemudian beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau (dekat tempatnya). (HR. Bukhari)

Maka ummatal Islam,

Tidak boleh kita meyakini itu lebaran yatim ataupun yang lainnya kecuali dengan dalil dari Al-Qur’an dan sunnah Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena Rasullullah bersabda:

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

“Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya di neraka”. (HR. Bukhari)

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

KHUTBAH KEDUA – KHUTBAH JUMAT BULAN MUHARRAM TENTANG PUASA MUHARRAM

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

Ummatal Islam,

Bagi seorang muslim, bertambahnya tahun demi tahun itu adalah merupakan kesempatan ia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Perubahan tahun demi tahun tidak ada bedanya dengan perubahan bulan demi bulan. Tidak ada bedanya dengan perubahan hari demi hari. Tidak ada keistimewaan kecuali dengan dalil dari Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaih wa Sallam.

Tidak perlu adanya perayaan yang dibuat-buat seperti perayaan awal tahun atau yang disebut oleh orang yang disebut do’a awal tahun dan do’a akhir tahun. Semua itu tidak ada dalilnya dari Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Silahkan anda baca dalam kitab-kitab yang shahih. Tidak akan pernah kita dapatkan dalam Al-Qur’an ataupun hadits-hadits yang shahih tentang adanya do’a awal tahun ataupun do’a akhir tahun. Tidak pula puasa awal tahun ataupun puasa akhir tahun. Semua itu diada-adakan saudaraku.

Kewajiban kita mengikuti Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdasarkan hadits-hadits yang shahih. Oleh karena itu imam Syafi’I berkata:

إِذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَهُوَ مَذْهَبِي

“Apabila hadits telah shahih, maka itulah mahzabku”. (Siyar A’laamin Nubala’)

Di sini Imam Syafi’i Rahimahullah menegaskan bahwa kita dalam beragama harus berdasarkan hadits yang shahih. Imam Syafi’i juga berkata kepada Imam Ahmad bin Hambal:

أنتم أعلم بالحديث والرجال مني فإذا كان الحديث الصحيح فأعلموني

“Engkau lebih alim dari saya tentang hadits, apabila disana ada hadits yang shahih kabarkan kepadaku supaya aku bisa mengamalkannya”.

Itulah mazhab Syafi’i saudaraku.. Itulah yang beliau bimbing kepada pengikutnya supaya mengikuti hadits yang shahih, bukan hadits yang tidak shahih apalagi hadits palsu, apalagi hadits yang dibuat-buat, yang banyak manusia di zaman ini membuat hadits-hadits atas nama Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

عباد الله:

إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.

Itulah khutbah Jumat Bulan Muharram dengan tema Bulan Muharram, semoga artikel ini memberikan manfaat bagi kita semua.***

Editor: Ahmad Fiqi Purba

Tags

Terkini

Terpopuler