Contoh Khutbah Jumat Singkat, Tema: 2 Amalan Utama Bulan Muharram

5 Agustus 2022, 10:14 WIB
Ilustrasi Khutbah Jumat Edisi Muharram /Pixabay.com/goldbug

JURNAL MEDAN - Berikut ini adalah contoh khutbah Jumat singkat dengan tema 2 amalan utama bulan Muharram.

Adapun khutbah Jumat 2 amalan utama bulan Muharram ini cocok disampaikan pada pelaksanaan sholat Jumat hari ini, Jumat 5 Agustus 2022.

Sebab contoh khutbah Jumat 2 amalan utama bulan Muharram momentum untuk mengingatkan para jamaah melaksanakan amalan sunah.

Baca Juga: Khutbah Jumat Menyambut 17 Agustus, Tema: Merdeka dari Belenggu Nafsu yang Menjerumuskan

Dilansir JurnalMedan.Pikiran-Rakyat.com dari chanel YouTube Zam Channel, inilah contoh khutbah Jumat 2 amalan utama bulan Muharram selengkapnya:

إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Ma’asyiral muslimin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Marilah dalam kesempatan yang berbahagia ini, pada hari yang mulia ini, di bulan yang mulia ini, serta waktu yang penuh keberkahan ini kita senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan semampu kita.

Baca Juga: Inilah Contoh Naskah Khutbah Jumat Pertama dan Kedua

Karena hanya dengan takwalah kita akan memperoleh solusi atas segala permasalahan, anugerah yang diluar dugaan, di dunia memperoleh kebahagian serta di akhirat mendapatkan kemuliaan.

Ma’asyiral muslimin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Bulan Muharram adalah satu di antara empat bulan mulia, al-Asyhur al-Hurum yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Pada masa Rasulullah, peperangan pun harus dihentikan demi menghormati bulan-bulan itu, termasuk Muharram. Tentang makna haram ini, ar Razi dalam tafsirnya yakni Tafsir ar Razi juz 16 hal. 14 mengatakan:

“Yang dimaksudkan dengan bulan-bulan yang dimuliakan di sini, sesungguhnya maksiat dalam bulan ini siksanya lebih berat, dan menjalankan ketaatan di dalam bulan ini pahalanya dilipatgandakan”

Artinya, barangsiapa yang melakukan kebaikan pada bulan-bulan tersebut, pahalanya akan dilipatgandakan oleh Allah Ta’ala, dan sebaliknya, perilaku maksiat pada bulan-bulan itu, siksanya juga dilipatgandakan.

Ma’asyiral muslimin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Dengan adanya pelipatgandaan pahala seperti ini, dalam rangka menghormati bulan Muharram, misalnya, sebagian kelompok masyarakat menelan mentah-mentah informasi tentang keutamaan-keutamaan beribadah pada bulan Muharram terutama hari Asyura’, sehingga terkadang ada hadits yang munkar bahkan palsu sekalipun disebarkan kepada masyarakat.

Ini sangat lah tidak benar. Ada pula kelompok yang karena saking anti terhadap hadits lemah, semua informasi hadits walaupun itu dhaif, ditolak semuanya.

Ahlussunah tidak terlalu ceroboh sebagaimana kelompok yang pertama dan tidak ekstrem sebagaimana yang kedua.

Ahlussunnah berpandangan bahwa dalam menentukan halal-haram, menetapkan hukum agama harus berdasarkan hadits shahih.

Namun apabila untuk pendorong amal ibadah, fadhail amal maka hadits dhaif boleh digunakan asalkan tidak sampai maudhu’, palsu.

Mengisi bulan Asyura dengan berbagai macam ibadah sebagai bentuk kebahagiaan atas kenikmatan-kenikmatan yang diberikan oleh Allah Ta’ala pada orang-orang shalih terdahulu, selama tidak bertentangan dengan syari’at tentu hukumnya sah-sah saja.

Yang tidak boleh adalah meyakini jika amalan tersebut dianjurkan oleh Rasulullah sedangkan Nabi sendiri tidak mengajarkannya, atau juga sebaliknya menolak apapun segala amalan yang dikerjakan di bulan Muharram padahal bisa jadi dikerjakan oleh Rasulullah, shahabat, tabiin atau tabiut tabiin. Firman Allah dalam QS Ali Imran : 31

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

"Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Ma’asyiral muslimin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Melihat kemulian bulan Muharram ini, setidaknya ada dua amalan utama yang dianjurkan dikerjakan umat Islam berdasarkan hadits shahih.

Amalan pertama berpuasa.

Kesunahan puasa di bulan Muharram didasarkan pada hadits riwayat Abu Hurairah:

"Beliau ditanya (yaitu Nabi SAW): shalat manakah yang lebih utama setelah shalat wajib? Dan puasa manakah yang lebih utama setelah bulan Ramadhan? Beliau bersabda: Sholat yang paling baik setelah sholat wajib adalah sholat di tengah malam, dan puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan adalah puasa syahrullah Muharram.”

Dari hadits tersebut dapat kita fahami bahwa sholat yang paling baik setelah sholat wajib adalah qiyamul lail, sholat di tengah malam, dan puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan adalah puasa syahrullah Muharram. Dalam Syarah Shahih Muslim Imam An-Nawawi mengatakan, hadits ini menjadi dalil keutamaan puasa Muharram. Imam Al-Qurthubi, seperti yang dikutip As-Suyuthi dalam Ad-Dibaj ‘ala Shahih Muslim menjelaskan:

“Puasa Muharram lebih utama dikarenakan awal tahun. Alangkah baiknya mengawali tahun baru dengan berpuasa, sebab puasa termasuk amalan yang paling utama.”

Memperbanyak puasa di bulan Muharram disunahkan karena ia merupakan pembuka tahun baru, sehingga seyogianya tahun baru hijriah ini kita hiasi dengan amal saleh dan puasa termasuk amalan yang paling utama.

Jadi jelaslah bahwa puasa bulan Muharram merupakan amalan utama dan merupakan amalan sunah Rasulullah.

Ma’asyiral muslimin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Dan salah satu puasa yang masyhur dianjurkan untuk dilaksanakan di kalangan umat Islam adalah puasa tanggal 10 Muharram, hari Asyura.

Tentang keshahihan hadits puasa Asyura, bahkan Imam Bukhari dalam kitabnya Shahih al-Bukhari sampai membuat satu bab khusus yang menyebutkan hadits-hadits puasa Asyura’ dengan judul Bab Shiyam Yaumi Asyura’.

Dalam shahih Bukhari riwayat dari Ibnu Abbas disebutkan “Nabi Muhammad datang ke kota Madinah. Beliau kemudian melihat orang Yahudi puasa pada hari Asyura’. Lalu Rasul bertanya ‘Ada kegiatan apa ini?’ Para sahabat menjawab ‘Hari ini adalah hari baik yaitu hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka kemudian Nabi Musa melakukan puasa atas tersebut.’ Rasul lalu mengatakan ‘Saya lebih berhak dengan Musa daripada kalian’. Nabi kemudian berpuasa untuk Asyura’ tersebut dan menyuruh pada sahabat menjalankannya.” (HR Bukhari).

Puasa Asyura’ awalnya diperintahkan Nabi sebelum ada kewajiban puasa Ramadhan. Setelah disyariatkannya puasa Ramadhan, Nabi memberi kebabasan bagi siapa saja yang ingin menjalankan dan bagi siapa saja yang ingin meninggalkan.

Jadi puasa 10 Muharram, hari Asyura sunnahnya tidak perlu diperdebatkan lagi karena sangat jelas dasar haditsnya.

Ma’asyiral muslimin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Amalan sunah kedua, bersedekah

Amalan sunnah lainnya di bulan Muharram adalah bersedekah dengan menyenangkan keluarga, meluaskan belanja pada keluarga pada hari kesepuluh Muharram.

Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah riwayat ath Thabarani, al-Baihaqi dan lainnya.

“Barang siapa melapangkan nafkah belanja kepada keluarganya (istri, anak dan orang-orang yang ia tanggung nafkahnya) pada hari ‘Asyura’, maka Allah akan melapangkan rezeki baginya sepanjang tahun” (HR ath Thabarani, al-Baihaqi dan lainnya).

Mengomentari hadits tersebut, setelah menyebutkan beberapa jalur periwayatan dari hadits di atas dalam kitab Syu’abul Iman, Imam al-Baihaqi berkomentar :

“Sanad-sanad ini meskipun lemah, namun jika digabungkan menjadi sanad yang kuat.”

Ma’asyiral muslimin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Walhasil, dua amalan utama, amalan sunah di bulan Muharram yang disebutkan dalam hadits shahih, yaitu berpuasa dan bersedekah melapangkan nafkah belanja kepada keluarga.

Jadi, dengan menjalankan sunah Rasulullah berarti kita sudah berupaya menjaga kecintaan, mahabbah kita pada Rasulullah.

Semoga Allah menolong kita senantiasa mencintai Rasulullah, menghidupkan sunah-sunahnya.

Semoga Allah membimbing kita dan keluarga kita, serta umat Islam untuk senantiasa istiqamah di jalan-Nya. Aamiin ya rabbal alamin.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua:

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛

 

اَللَّهُـمَّ إِنيِّ أَعوُذُ بِكَ مِنْ عَذاَبِ جَهَنَّمَ،وَمِنْ عَذاَبِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْـنَةِ الْمَحْياَ وَالْمَماَتِ وَمِنْ فِتْـنَةِ الْمَسيِحِ الدَّجاَّلِ إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

***

Editor: Ahmad Fiqi Purba

Tags

Terkini

Terpopuler