Teks Khutbah Jumat Akhir Rabiul Awal dan Singkat. 7 Tanda Orang Mendapat Kebahagian Dunia dan Akhirat

20 Oktober 2022, 20:24 WIB
Contoh Teks Khutbah Jumat Akhir Rabiul Awal dan Singkat. 7 Tanda Orang Mendapat Kebahagian Dunia dan Akhirat /Pixabay

JURNAL MEDAN - Teks atau naskah Khutbah Jumat menyambut Akhir bulan Rabiul Awal. Contoh naskah dalam tulisan ini singkat dan terbaru.

Materi khutbah Jumat dalam tulisan ini adalah 7 Tanda Orang yang akan Mendapat Kebahagian di Dunia dan Akhirat.

Setiap Insan yang terlahir senantiasa mencari dan mengupayakan kebahagiaan.

Kedudukan manusia dalam rangka mencari kebahagiaan bukan sekedar dunia saja, tapi harus memiliki prinsip kebahagian akhirat adalah hal utama.

Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat NU Edisi 21 Oktober 2022 Singkat, Tema Pentingnya Menjaga Lisan Menurut Ajaran Islam

Ini dia teks khutbah Jumat yang bisa di sampaikan para khatib melalui mimbar dakwah.

Bacaan Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Segala puji kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah menganugerahkan segala nikmat-Nya yang tiada batas kepada kita semua.

Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat Edisi 14 Oktober 2022 Terbaru: Menyusahkan Rakyat Adalah Bentuk Kezaliman Terbesar

Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan siapa saja yang mengikuti sunnah beliau dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

Khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan kepada jamaah shalat Jumat sekalian, marilah kita senantiasa berusaha bertakwa kepada Allah Ta’ala di mana pun kita berada, dengan melaksanakan perintah-Nya semaksimal kemampuan kita dan juga dengan menjauhi segala larangan-Nya.

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Setiap manusia dengan ragam profesi yang digelutinya senantiasa mencari dan mengupayakan kebahagiaan. Kedudukan dan posisi yang diupayakannya tiada lain adalah dalam rangka mencari kebahagiaan.

Jerih payah seorang pebisnis, penjual makanan, minuman, pakaian, dan ragam profesi lainnya dalam mengumpulkan uang, adalah dalam rangka mencari kebahagiaan. Karena itu, kebahagiaan merupakan orientasi utama setiap manusia dalam menjalani setiap episode kehidupan ini.

Sungguh telah banyak orang berbicara tentang apa yang menjadi sebab seseorang dapat memperoleh kebahagiaan, bagaimana metode, cara, dan jalan untuk menempuhnya. Akan tetapi, sedikit di antara mereka yang membicarakan tentang tanda-tanda kebahagiaan itu sendiri.

Tanda-tanda tersebut merupakan suatu petunjuk yang apabila ditemukan pada diri seorang hamba, maka sungguh ia telah memperoleh arti kebahagiaan yang sesungguhnya.

Di antara sedikit orang yang membicarakan tanda-tanda kebahagiaan adalah Syaikh Abu ‘Ali al-Hasan bin ‘Ali al-Jaujazaniy, salah seorang ulama Ahlussunnah wal Jamaah, ulama tasawuf di abad ke-4 Hijriyah, rahimahullah, beliau mengatakan,

مِنْ عَلَامَاتِ السَّعَادَةِ عَلَى الْعَبْدِ: تَيْسِيرُ الطَّاعَةِ عَلَيْهِ، وَمُوَافَقَةُ السُّنَّةِ فِي أَفْعَالِهِ، وَصُحْبَتُهُ لِأَهْلِ الصَّلَاحِ، وَحُسْنُ أَخْلَاقِهِ مَعَ الْإِخْوَانِ، وَبَذْلُ مَعْرُوفِهِ لِلْخَلْقِ، وَاهْتِمَامُهُ لِلْمُسْلِمينَ، وَمُرَاعَاتُهُ لِأَوْقَاتِهِ.

“Di antara tanda orang bahagia adalah: Pertama, dimudahkan baginya untuk menjalani ketaatan; kedua, senantiasa menyelaraskan amalan-amalan sunah dalam perbuatan sehari-harinya; ketiga, bersahabatnya ia dengan orang-orang baik; keempat, berakhlak baik terhadap saudara-saudaranya; kelima, perjuangannya dalam mengupayakan kebaikan bagi segenap makhluk; keenam, perhatiannya terhadap kaum muslimin; dan ketujuh, penjagaannya terhadap waktu.” (Al-I’tisham, Imam asy-Syatibi, 2/152)

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Inilah tujuh hal yang menjadi tanda kebahagiaan pada diri seorang hamba. Maka pada kesempatan yang mulia ini izinkan khatib untuk menguraikannya satu persatu.

Tujuh Tanda Orang Bahagia Dunia Akhirat
Pertama: Dimudahkan untuk menjalani ketaatan
Ma’asyiral muslimin, pertama, seorang hamba yang melekat pada dirinya kebahagiaan adalah manakala dimudahkan jasadnya untuk menjalani ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala.

Hal itu karena taat kepada Allah merupakan sumber paling penting untuk memperoleh kebahagiaan, bahkan tidak ada kebahagiaan tanpa ketaatan, sebagaimana firman Allah,

فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَاىَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ

“Maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thāhā: 123)

Dan Allah subhanahu wata’ala jika menghendaki kebaikan pada diri seorang hamba, maka Allah bukakan baginya jalan menuju ketaatan, Allah mudahkan ia untuk melaluinya, dan kemudian Allah bentengi dirinya dari hal-hal yang diharamkan.

Hal ini juga menjadi isyarat bahwa seorang hamba seyogianya untuk senantiasa memohon kepada Allah pertolongan agar dimudahkan untuk menjalani ketaatan, sebagaimana ayat yang biasa kita baca dalam shalat kita, firman Allah Ta’ala,

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. Al-Fātihah: 5)

Maka barang siapa yang Allah karuniai iman dalam hatinya, kemudian Allah mudahkan ia untuk melakukan ketaatan, maka dibukakan baginya pintu-pintu kebahagiaan, hal ini karena kuatnya hubungan antara dirinya dengan Rabbnya.

Kedua: Menjaga amalan sunah
Tanda orang bahagia di dunia kedua, seorang hamba yang menghiasi amal salehnya dengan amalan-amalan sunah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hal demikian menjadi sebab hadirnya ketenangan dalam hati dan penyebab datangnya kebahagiaan dalam kehidupan seorang hamba. Karena, Allah subhanahu wata’ala melapangkan dadanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana dalam firman-Nya,

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ

“Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?” (QS. Al-Insyirāh: 1)

Dan para pengikut Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari kalangan sahabat, tabiin, dan tabiut tabiin, adalah generasi yang Allah anugerahkan kepada mereka dada yang lapang tersebab ketaatan dan menjalankan sunah Nabinya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana Rasul pernah mengingatkan dengan sabdanya,

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

“Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran Khulafaurasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham.” (HR. Abu Daud No. 4607; HR. Ibnu Majah No. 42; HR. Ahmad No. 16694. Hasan shahih)

Ketiga: Bersahabatnya ia dengan orang-orang saleh
Bersahabat dengan orang-orang saleh menjadi sebab kita memperoleh kebahagiaan. Orang-orang saleh akan membentengi kita dari perbuatan-perbuatan buruk yang membinasakan, orang-orang saleh mengingatkan kita dikala lupa, menegur kita dikala lalai, dan mengajari kita tentang apa yang belum kita ketahui.

Jika kita menemukan orang dengan kriteria seperti itu, maka Allah perintahkan kepada kita untuk bersahabat dengannya.

Allah berfirman dalam QS. Al-Kahfi ayat 28,

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia.”

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Keempat: Berakhlak baik terhadap saudara-saudaranya
Kemudian tanda orang bahagia dunia akhirat yang keempat, berakhlak baik terhadap saudara-saudaranya.

Berakhlak baik terhadap sesama saudara merupakan amalan yang berat timbangan pahalanya, dan bahkan ia menjadi misi utama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diutus kepada seluruh makhluk, sebagaimana dalam sabdanya,

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kesalehan akhlak.” (HR. Ahmad No. 8729)

Ma’asyiral muslimin, orang yang berperangai baik selalu disukai banyak orang, dengan begitu ia akan bahagia karenanya sebagaimana banyak orang yang menjadi bahagia karena kehadirannya.

Sebaliknya, perangai yang buruk hanya mendatangkan malapetaka, bahkan ia menjadi wasilah datangnya permusuhan dan kehancuran, bukan hanya untuk dirinya, bahkan untuk orang lain di sekitarnya. Wal ‘iyaadzu billaah.

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Kelima: mengupayakan kebaikan untuk makhluk
Tanda orang bahagia dunia akhirat yang kelima adalah sikap mengupayakan kebaikan untuk makhluk.

Sikap tersebut menjadi bagian dari perilaku ihsan, dan di dalam perilaku ihsan kepada manusia terdapat kenikmatan yang agung, karena ia bernilai sedekah di jalan Allah.

Sikap mengupayakan kebaikan ini dapat kita realisasikan dengan ragam kebaikan, hatta yang kita anggap sepele seperti halnya sikap menampakkan wajah yang berseri-seri, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sedikit pun, meskipun hanya dengan bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri.” (HR. Muslim No. 2626)

Khutbah Jumat: 3 Sifat Negatif yang Membinasakan

Dan sikap mengupayakan perlakuan baik itu akan menjaga seseorang dari munculnya pertikaian, dan tentunya ia pun dapat mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan yang sejati, baik di dunia maupun di akhirat.

Keenam: peka terhadap urusan kaum muslimin
Kemudian dari tanda prang bahagia dunia akhirat yang keenam adalah sikap pekaterhadap urusan kaum muslimin.

Kenapa demikian? Ma’asyiral muslimin, hal ini karena ikatan paling kuat antara seorang muslim yang satu dengan yang lainnya adalah ikatan iman, bahkan ia memiliki derajat lebih tinggi daripada ikatan karena nasab atau keturunan, ikatan kebahasaan, dan kesukuan.

Dalam al-Quran Allah subhanahu wata’ala menjadikan kalimat al-wilâyah (tolong menolong) antara orang-orang beriman. Allah berfirman dalam QS. At-Tawbah ayat 71,

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.”

Bukan hanya itu, bahkan Allah subhanahu wata’ala membatasi ukhuwwah itu hanya dalam perkara iman, dalam firman-Nya QS. Al-Hujurāt ayat 10,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.”

Maka, orang-orang yang peduli dan respons terhadap urusan kaum muslimin, ia akan merasakan sukacita manakala saudara muslimnya sedang bersukacita.

Pun sebaliknya, ia akan terluka dan berduka manakala saudara muslimnya terluka dan dirundung duka, rasa itu akan terus bersemayam dalam dadanya selama iman itu kuat melekat walau jasad dibatasi jarak. Inilah kebahagiaan yang hakiki bagi seorang muslim.

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Ketujuh: Mampu menjaga waktu
yang ketujuh, tanda orang bahagia adalah manakala ia mampu menjaga waktu-waktunya.

Bagi seorang muslim, waktu adalah umur, dan umur adalah lumbung amalnya. Maka apabila umur tersebut diisi dengan ketaatan, jaminannya adalah kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, manakala umur itu ia sia-siakan dengan perkara yang tidak bermanfaat, hilanglah kebahagiaan itu, yang tersisa hanyalah penyesalan dan penyesalan.

Sebagaimana perkataan Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu,

مَا نَدِمْتُ عَلَى شَيْئٍ نَدْمِي عَلَى يَوْمٍ غَرَبَتْ شَمْسُهُ نَقَصَ فِيْهِ أَجَلِيْ وَلَمْ يَزِدْ فِيْهِ عَمَلِيْ

“Aku tidak pernah memiliki penyesalan yang demikian mendalam dibandingkan dengan penyesalanku akan berlalunya satu hari yang amalku tidak bertambah pada hari itu, padahal ajalku makin dekat. (Qîmah az-Zaman ‘inda al-’Ulamâ’, Abdulfattah Abu Ghudah, 27)

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Demikian tujuh tanda orang bahagian dunia akhirat sebagaimana yang disampaikan oleh Syekh Abu ‘Ali al-Hasan bin ‘Ali al-Jaujazaniy, semoga Allah subhanahu wa ta’ala merahmati diri kita, menyelamatkan kita, dan menganugerahkan kebahagiaan kepada kita baik ketika kita di dunia maupun saat kita berada di akhirat kelak.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِي الكَرِيْم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أما بعد:
فَيَا اَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وقال:
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

***

Editor: Ade Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler