Antara Ilmu dan Adab, Mana Yang Harus Didahulukan?

- 22 Februari 2021, 13:48 WIB
Murid SMAN 3 Pontianak saat melakukan pembelajaran tatap muka
Murid SMAN 3 Pontianak saat melakukan pembelajaran tatap muka /Yapi Ramadhan/Warta Pontianak/

JURNAL MEDAN - Bagaimana membentuk anak-anak dalam Islam sehingga mereka menjadi orang yang hebat. Islam punya salah satu contoh terbaik Muhammad Al-Fatih yang merupakan salah satu penakluk terbaik.

Rasulullah dalam hadits pernah bersabda:

لتفتحن القسطنطينية فلنعم االمير اميرها ولنعم الجيش ذلك الجيش

Artinya: Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan. (H.R. .Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim)

Baca Juga: Tinjau Banjir Bekasi dan Karawang Lewat Udara, Muhadjir Effendy: Kita Sudah Dapatkan Simpul Untuk Mengatasinya

Muhammad Al-Fatih adalah satu satu contoh sukses seorang anak dididik dengan baik sehingga menjadi seorang pemimpin.

Ayahnya memilih guru (ulama) yang terbaik sedari awal. Kebanyakan orang saat ini salah memilih pendidikan. Mereka berpikir bahwa masalah pendidikan terletak pada gedung, kurikulum, dan ilmu.

Akan tetapi, pendidikan adalah masalah orang atau karakter. Dengan begitu masalah pendidikan bukan persoalan transfer of knowledge.

Kalau pendidikan hanya seperti itu, maka Google jauh lebih hebat dibandingkan dengan guru kita. Transfer dalam pendidikan bukan hanya transfer of knowledge saja, melainkan juga  transfer of character.

Baca Juga: Viral! Warganet Sindir Pemkot Depok, Atasi Banjir dengan Lubang Trotoar

Imam Ahmad bin Hanbal (W. 855 M) mengajar dihadiri ribuan murid, tetapi hanya sekitar seratusan orang yang membawa buku catatan untuk mencatat ilmu yang diajarkannya.

Namun selebihnya mereka mereka melihat dan belajar adab kepada imam mazhab itu. Saking pentingnya adab, Imam Malik mengatakan:

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

Artinya: Belajarlah adab sebelum belajar ilmu (Hilyatul Auliya dinukil dari Min Washaya Al Ulama li Thalabatil Ilmi).

Banyak para ulama yang berpuluh-puluh tahun belajar adab namun hanya beberapa tahun saja yang belajar ilmu.

Baca Juga: Cek Fakta: Ada RS Tolak Pasien Hamil, Alasannya Karena Pasien Sedang Covid-19

Seperti yang diungkapkan Imam Syafi’i (W. 820 M).

"Aku mengabdi dengan Imam Malik selama 20 tahun, 2 tahun diantaranya untuk belajar ilmu dan 18 tahunnya belajar adab."

Dengan begitu belajar adab lebih di dahulukan daripada belajar ilmu. Karena ilmu akan mudah diperoleh jika telah menguasai adab.

Kita lihat zaman sekarang  banyak orang berilmu, tetapi tidak beradab, sehingga banyak diantara mereka berbuat bertentangan dengan ilmu pengetahuannya. 

Baca Juga: Masih Bingung Apa Perbedaan PPPK dan CPNS? Simak Penjelasan Kepala BKN ***

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x