Hadits-Hadits Shohihah: Hukum Mendengar Adzan dan Iqomat

- 18 Juni 2021, 17:43 WIB
Ilustrasi adzan.  Majelis Ulama Indonesia mengimbau agar masyarakat tidak usah bingung menyikapi perbedaan waktu imsak dari PBNU dan PP Muhammadiyah.
Ilustrasi adzan. Majelis Ulama Indonesia mengimbau agar masyarakat tidak usah bingung menyikapi perbedaan waktu imsak dari PBNU dan PP Muhammadiyah. /Dok. PRMN//

JURNAL MEDAN – Adzan penanda tibanya waktu sholat. Disunnahkan bagi yang mendengar adzan dan iqamat untuk mengucapkan sebagaimana yang diucapkan muadzin.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا سَمِعْتَ النِّدَاءَ فَأَجِبْ دَاعِيَ اللهِ

“Apabila engkau mendengar seruan (adzan), maka jawablah seruan tersebut”.(Hadits Shahih, Riwayat  ath-Thabrani dalam al-mu’jam al-kabir, Lihat Shahiihul jaami’ no. 609).

Jika muadzin selesai adzan dan iqamat serta pendengar telah menjawabnya, maka hendaklah mengucapkan apa yang ada dalam dua hadits berikut ini:

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, dia mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِذَا     سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ، ثُمَّ صَلُّوْا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّـى عَلَيَّ صَلَّى اللهُ بِهَا عَلَيْهِ عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوْا اللهَ لِيَ الْوَسِيْلَةَ، فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُوْنَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ اللهَ لِيَ الْوَسِيْلَةَ حَلَّتْ عَلَيْهِ الشَّفَاعَةِ

Dari Jabir, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ قَالَ عِنْدَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ: “اَللّهُمَّ رَبَّ هذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، وَالصَّلاَةِ الْقَـائِمَةِ، آتِ مُحَمَّدًا اَلْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِيْ وَعَدْتَهُ،” حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

“Barangsiapa yang ketika mendengar adzan mengucapkan, ‘Ya Allah, Rabb seruan yang sempurna ini serta shalat yang didirikan hammad wasilah dan keutamaan. Tempatkanlah ia pada kedudukan yang mulia sebagaimana Kau janjikan.’ Maka dia layak mendapat syafa’atku pada hari Kiamat.” Shahih: Irwaa’ul Ghaliil (no. 243), Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/94 no. 614), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/231 no. 525), Sunan at-Tirmidzi (I/136 no. 211), Sunan an-Nasa-i (II/27) dan Sunan Ibni Majah (I/239 no. 722).

Hadits ini mengingatkan kita akan kisah seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Umi Maktum radhiyallahu’anhu. Yaitu disaat ia meminta izin kepada Rasulullah  untuk tidak menghadiri shalat jama’ah di masjid.

Halaman:

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah