Rebo Wekasan Menurut Pandangan Islam, Bid'ah Kah? Ini Penjelasannya!

- 14 November 2021, 22:16 WIB
Rebo Wakesan menurut Pandangan Islam
Rebo Wakesan menurut Pandangan Islam /YouTube/Kang Suyuti

  JURNAL MEDAN - Dalam artikel ini terdapat penjelasan pandangan Islam terhadap Rebo Wekasan, bid'ah kah?

Diketahui, Rebo Wekasan merupakan sebuah tradisi ritual yang dilakukan sebagian masyarakat secara turun temurun setiap Rabu terakhir bulan Shafar.

Kata Rebo Wekasan sendiri diambil dari bahasa Jawa. Rebo artinya hari Rabu dan Wekasan artinya terakhir.

Baca Juga: Cekcok! Rashi Tuding Gopi Sok Peduli Pada Si Kembar, Kinjal dan Madu Hebohkan Masalah Radha: Gopi ANTV

Persepsi sebagian mayarakat tentang Rebo Wekasan bahwa setiap tahun akan turun 320.000 balak, musibah atau bencana, dan itu akan terjadi pada hari Rabu terakhir bulan Shafar.

Dilansir junalmedan.pikiran-rakyat.com dari akun instagram @sedikitnasehat masyarakat yang mempercayai Rebo Wekasan akan mengadakan perayaan makan-makan, lalu berjalan di rumput-rumput dengan keyakinan agar sembuh dari segala penyakit.

Selain itu, mereka juga akan melaksanakan salat tolak balak 4 rakaat yang mana setiap rakaatnya membaca Al-Fatihah, kemudian Al-Kautsar 17kali, Al-Ikhlas 15kali, Al-Falaq dan An-Naas 2 kali.

Baca Juga: Sinopsis Gopi Hari Ini: Pooja Mulai Tunjukkan Rasa Cinta Pada Dhaval, Gopi dan Rashi Mulai Tak Akur

Awal Mula Rebo Wakesan

Dikutip dari tebuireng.online, Rebo Wekasan pertama kali muncul dari anjuran Syeikh Ahmad bin Umar Ad-Dairobi (w.1151 H) dalam kitab 'Fathul Malik Al-Majid Al-Mu-Allaf Li Naf’il ‘Abid Wa Qam’i Kulli Jabbar ‘Anid.

Selain itu, anjuran serupa juga terdapat pada kitab: 'Al-Jawahir Al-Khams' karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin Al-‘Atthar (w. th 970 H), Hasyiyah As-Sittin, dan sebagainya.

Baca Juga: Bocoran Gopi 15 November 2021: Kokila Usir Urmila Dari Rumah Modi, Anura Punya Siasat Licik Pada Gopi?

Pandangan Islam

Hukum meyakini datangnya malapetaka telah disabdakan oleh Rasulullah melalui hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim.

“Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada penyakit menular. Tidak ada kepercayaan datangnya malapetaka di bulan Shafar. Tidak ada kepercayaan bahwa orang mati itu rohnya menjadi burung yang terbang.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Ibnu Rajab mengatakan: “Maksud hadits di atas, orang-orang Jahiliyah meyakini datangnya sial pada bulan Shafar. Maka, Nabi SAW membatalkan hal tersebut.

Baca Juga: Lee Jung Jae, Pemeran Squid Game Foto Bareng Jennie BlackPink, Ternyata Keduanya Saling Ngefans

Pendapat tersebut disampaikan oleh Abu Dawud dari Muhammad bin Rasyid al-Makhuli dari orang yang mendengarnya.

Banyak orang awam yang meyakini datangnya sial pada bulan Shafar, dan terkadang melarang bepergian pada bulan itu.

Meyakini datangnya sial pada bulan Shafar termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang. (Lathaif al-Ma’arif, hal. 148).

Baca Juga: Lirik OST Balika Vadhu Berjudul 'Choti Si Umar Mein'

Dengan demikian, ummat Islam tidak boleh mempercayai akan terjadinya malapetaka di akhir bulan Shafar.***

Editor: Ahmad Fiqi Purba


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x