Link Download PDF Teks Khutbah Jumat Tema: 3 Persiapan Menghadapi Kematian, Cocok Disampaikan di Masa Pandemi

- 6 Maret 2022, 22:16 WIB
Khutbah Jumat Tiga Persiapan Kematian, Cocok Disampaikan Di Masa Pandemi
Khutbah Jumat Tiga Persiapan Kematian, Cocok Disampaikan Di Masa Pandemi /Pixabay.com/jdblack


JURNAL MEDAN - Berikut ini link download PDF teks khutbah Jumat tema Tiga Persiapan Menghadapi Kematian.

Teks Khutbah ini cocok disampaikan pada masa sekarang yakni masih merekbaknya pandemi Covid-19.

Dikutip dari youtube Zam Chanel inilah teks khutbah Jumat Tiga Persiapan Menghadapi Kematian tersebut:

Pembuka Khutbah Jumat Pertama
Pembuka Khutbah Jumat Pertama

Ma’asyiral mu slimin rahimakumullah

Marilah dalam kesempatan yang berbahagia ini, dalam hari yang mulia ini, di bulan yang mulia ini, serta di tempat yang paling mulia di muka bumi ini kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan segala perin tah - Nya dan menjauhi larangan - Nya semampu kita. Karena hanya dengan takwalah kita akan memperoleh solusi atas segala permasalahan, anugrah yang diluar dugaan, serta di dunia dan akhirat memperoleh kebahagian serta kemuliaan.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Nyaris setiap hari kita mendengar kabar wafat, pengumuman berita kematian. Baik media elektronik, media social maupun pengumuman lewat pengeras suara masjid lingkungan tempat tinggal kita. Bahkan hampir di semua grup WhatsApp dan telegram kita, setap hari kita baca postingan berita duka, baik dari orang biasa maupun artis ternama, mulai dari rakyat jelata sampai para ulama.

Bisa jadi mereka adalah orang tua kita, kerabat dan saudara kita, sanak famili kita, rekan dan sahabat kita sudah terlebih dahulu menghadap Allah Taala. Kematian nampaknya sedang mengintai jiwa, mencari celah untuk mengambil nyawa. Siapa sih yang ingin mati? Tentunya tidak ada satupun orang yang ingin merasakan kematian sekarang juga.

Jika ditanya apakah Anda sudah siap mati? Pasti jawabannya belum siap. Alasannya pun berbagai macam, ada yang karena masih banyak dosanya, anak-anak nya masih kecil, belum punya cukup bekal amal, belum menikah, belum mempunyai anak, belum menikahkan anak, belum punya cucu, dan lain sebagainya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Namun kematian adalah sebuah keniscayaan. Banyak teman dan sahabat yang sangat hati-hati menghadapi wabah ini dengan menerapkan prokes yang super ketat, ternyata juga terkena dan akhirnya menjadi wasilah tutup usia.

Banyak juga saha bat yang sok hebat, tidak takut dengan Covid-19, takutnya pada Allah Taala saja. Namun ternyata juga terkena dan akhirnya meninggal dunia. Tidak sedikit kasus meninggal akibat infeksi virus Corona, bahkan lebih banyak dari periode awal merebaknya p andemi Covid-19 ini. Sehingga menimbulkan ketakutan yang luar biasa, kepanikan yang merata.

Setiap orang berusaha melakukan hal apapun untuk terhindar dari p andemi Covid-19 ini, mulai dari mengonsumsi berbagai suplemen untuk meningkatkan daya tahan sampai menimbun cadangan obat - obatan dan menyiapkan tabung oksigen. Padahal Covid-19 ini merupakan satu sebab dari berbagai sebab ter pisahnya nyawa dari jasad. Satu wasilah dari berbagai wasilah menghadapi kematian yang nyata.

Kematian merupakan hal yang pasti datang. Tak pandang siapa, kapan, di mana, dan bagaimanapun kondisinya. Ketika ajal menjemput, tak ada satu pun yang akan bisa menghindar darinya. Kematian adalah sebuah jembatan yang menghubungkan dua kehidupan, kehidupan dunia dan akhirat. Dunia adalah tempat kita menanam bekal menuju kehidupan yang kekal.

Apa yang akan kita panen di akhirat merupakan hasil dari apa yang kita tanam di dunia. Hidup dan mati adalah ujian Allah bagi kita untuk mempersembahkan amal terbaik kita untuk menghadap Allah Taala. Allah Taala menegaskan

الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

"(Allah) Dzat y ang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun,". (Q.S al Mulk ayat 2).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Maka dari itu, janganlah kita hanya focus pada pandemic Covid-19 yang kita yakini satu - satunya penyebab kematian namun melupakan persiapan kehidupan k eabadian. Kita hanya terpaku pada pandemi sebagai satu-satunya penyebab kewafatan sehingga lalai mempersiapkan bekal amal.

Rasulullah saw mengingatkan kita : “ كفى بالْوت واعظا “ “Cukuplah kematian menjadi nasehat (mau’idhah)”. Kematian adalah nasehat yang tidak bicara namun ditakuti setiap manusia. Kehadirannya nyata namun datang tak terduga, maut adalah rahasia Allah Taala.

Lalu sebagai seorang muslim, hal apakah yang harus kita lakukan untuk me mpersiapkan kematian?

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Setidaknya ada 3 hal yang harus kita persiapkan menghadapi kematian ini:

Persiapan pertama; mengerjakan amal-amal saleh.

Allah memberikan dua syarat bagi siapa pun yang berharap bertemu dengan - Nya di surga, yaitu beramal saleh dan meninggalkan kesyirikan. Allah Taala menegaskan:

 فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ

“Barang siapa yang mengharapkan bertemu Tuhannya maka hendaklah melakukan amal shalih dan janganlah menyekutukan ibadah terhadap Tuhannya dengan suatu apapun.” (QS al - Kahfi: 110).

Amal saleh yang dimaksud dalam ayat di atas m enurut Syekh Mu’adz, sebagaimana dikutip al - Imam al - Baghawi dalam Ta fsir al - Baghawi, juz.1, hal. 73 "Amal saleh adalah amal yang di dalamnya terdapat empat hal, ilmu, niat, sabar dan ikhlas,”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Setelah mampu konsisten beramal baik, hendaknya tidak terlalu bangga atas amal p erbuatan yang dilakukan, misalkan merasa dirinya lebih baik dari orang lain, merasa amalnya menyelamatkannya di hari kiamat dan sebagainya. Sebab pada hakikatnya, seseorang akan mendapat kenikmatan dan keselamatan di akhirat bukan disebabkan amalnya, namun murni karena anugerah dan kasih sayang dari Allah.

Tidak ada yang dapat menjamin nasib seseorang di hari pembalasan kelak. Nabi menegaskan dalam hadits riwayat Imam Bukhari “Tidak seorang pun amalnya memasukannya ke surga. Sahabat bertanya; apakah termasuk engkau ya Rasulullah?. Nabi menjawab, termasuk aku. Tetapi Allah telah menaungiku dengan anugerah dan rahmat, maka benarkanlah (niatmu dalam beramal) dan berlakulah sedang,”.

Hadits tersebut tidak hendak mengatakan bahwa amal saleh tidak ada manfaatnya, namun Nabi memberikan petunjuk bahwa dalam beramal hendaknya dilakukan dengan ikhlas, mengikuti perintah agama, perintah Allah dan petunjuk Rasul-Nya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Persiapan kedua; menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat dan tercela.

Yang dimaksud perbuatan tercela meliputi keharaman dan kemakruhan. Meninggalkan keharaman adalah wajib, sedangkan meninggalkan kemakruhan adalah sunah. Sebab perbuatan maksiat akan menciptakan noda hitam di hati sehingga menjadikannya keras, enggan menerima kebenaran, malas beribadah. Semakin berhati-hati dalam menjaga diri dari perbuatan yang diharamkan, semakin tinggi pula ked udukan seorang hamba di sisi Allah.

Syekh Abu Said Muhammad al-Khadimi dalam Bariqah Mahmudiyyah, juz.4, hal. 252 berkata: Ulama membagi derajat wira’i (menjaga diri dari keharaman) menjadi empat tingkatan. Pertama, wirainya orang-orang adil, yaitu dengan cara meninggalkan keharaman-keharaman sesuai petunjuk fatwa para pakar fiqh.

Kedua, wirainya orang-orang saleh, yaitu meninggalkan kemurahan-kemurahan dengan memilih hukum-hukum yang berat, meski seorang mufti memberi kemurahan (hukum).

Ketiga, wirainya orang-orang bertakwa, yaitu (meninggalkan) perkara yang tidak haram dari sudut pandang fatwa dan tidak ada kesamaran dalam kehalalannya, namun dikhawatirkan akan mengantarkan kepada perbuatan yang diharam kan.

Keempat, wirainya orang - orang yang jujur, yaitu meninggalkan perkara mubah secara total, tidak dikhawatirkan terjerumus ke dalam perbuatan yang be rbahaya.

Diantara 4 hal menjauhi perbuatan tercela tersebut, minimal kita berusaha masuk pada hal pertama, yaitu wirainya orang-orang adil, dengan cara meninggalkan keharaman-keharaman sesuai petunjuk syariat agama.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Persiapan ketiga; Segera bertobat kepada Allah Taala.

Tidak ada manusia yang bersih dari kesalahan dan dosa. Namun yang bermasalah adalah membiarkan diri berlarut-larut dalam perbuatan dosa. Kematian yang tidak dapat diprediksi kapan datangnya, menuntut s eorang manusia agar segera bertobat setiap kali melakukan dosa, untuk menghindari su’ul khatimah.

Bertobat dari dosa yang berhubungan dengan Allah syaratnya dengan 3 hal yaitu menyesal i dosa, melepaskan diri dari dosa yang diperbuat, dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Bila berupa meninggalkan ibadah fardhu, maka wajib untuk mengqadhanya. Sedang dosa berhubungan dengan hak orang lain, bila terkait materi semisal hutang atau harta yang didapat dengan dhalim maka wajib mengembalikan kepada pemiliknya atau meminta kerelaannya. Bila pemiliknya wafat, harus diberikan pada ahli warisnya.

Bila terkait non materi, seperti menganiaya, menggunjing, mengadu domba dan lain-lain, maka wajib meminta kehalalan pihak yang dizhalimi. Dan itu sangatlah berat pertanggungjawabannya di akhirat kelak.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah Itulah 3 persiapan kita dalam menghadapi kematian yaitu; beramal shalih, menjauhi kemaksiatan dan segera bertaubat pada Allah Taala. Semoga Allah SWT memberikan keberkahan atas segala amal kita, istiqamah dalam ibadah kita untuk senantiasa taat menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, sehingga mewafatkan kita dalam husnul khatimah, mati membawa iman dan Islam. Aamin.

اَعُوذُ بِاللهِ من الشيطَان الَرجيم يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا .بَاَرَك اللهُ لي ولَكُمْ فىِ اْلْقُرْأَنِ اْلْعَظِيْمِ ونَفَعِني وإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وِلَكُمْ وِلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوُ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

Khutbah Jumat Kedua
Khutbah Jumat Kedua

Untuk dapatkan versi PDF bisa klik link berikut >>> KLIK DI SINI.***

Editor: Ahmad Fiqi Purba


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x