Khutbah Jumat Singkat, Tema: Sya'ban Antara Anjuran dan Kekeliruan

- 17 Maret 2022, 22:18 WIB
Khutbah Jumat Singkat, Tema: Sya'ban Antara Anjuran dan Kekeliruan
Khutbah Jumat Singkat, Tema: Sya'ban Antara Anjuran dan Kekeliruan /pexels.com/@Zukiman Mohamad

JURNAL MEDAN - Di dalam artikel ini tersedia khutbah Jumat singkat yang cocok disampaikan bulan Sya'ban.

Adapun khutbah Jumat kita kali ini bertemakan 'Sya'ban antara anjuran dan kekeliruan'. Adapun teksnya dikutip dari amaljariah.org.


,الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا لِلْأَعْمَالِ الْجَارِيَة, وَصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ وَبَارِكْ عَلَى خَيْرِ البَرِيَّة,الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا لِلْأَعْمَالِ الْجَارِيَة, وَصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ وَبَارِكْ عَلَى خَيْرِ البَرِيَّة وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالذُّرِّيَّة, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyirol muslimin jama’ah Jumat rahimakumullah

Ada banyak anjuran yang perlu diperhatikan di saat seorang hamba berada di bulan Syakban. Demikian pula sangat banyak kekeliruan yang dilakukan sebagian kaum muslimin di bulan yang mulia ini.

Di antara anjuran tersebut adalah: Memperbanyak puasa sunnah. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anhaa berkata,

فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyempurnakan puasa selama sebulan penuh kecuali puasa Ramadan dan aku tidak pernah melihat Beliau paling banyak melaksanakan puasa kecuali di bulan Sya’ban.” (Muttafaqun ‘alaihi, H.R. al-Bukhari 1969 dan Muslim 1156)

Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan,

وَقَدْ قِيْلَ فِي صَوْمِ شَعْبَان: إِنَّ صِيَامَهُ كالتمرين على صيام رمضان لئلا يدخل في صوم رمضان على مشقة وكلفة، بل يكون قد تمرن على الصيام واعتاده، ووجد بصيام شعبان قبله حلاوة الصيام ولذته، فيدخل في صيام رمضان بقوة ونشاط

“Dan dikatakan seputar puasa Sya’ban bahwa puasanya sebagai latihan sebelum puasa Ramadhan agar ketika puasa Ramadhan tidak berat terasa dan tidak terbebani. Bahkan menjadi suatu kebiasaan dan telah terlatih berpuasa, telah mendapatkan kenikmatan dan kelezatan puasa Sya’ban sebelumnya, sehingga masuk di bulan Ramadhan dalam keadaan kuat dan semangat.” (Lathaiful ma’arif).

Memberikan porsi waktu lebih banyak baca al-Quran. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا استهل شهر شعبان أكبوا على المصاحف فقرءوها

“Dahulu para sahabat, jika masuk bulan Sya’ban, mereka menyibukkan diri dengan mushaf seraya membacanya.” (Lathaiful ma’arif).

وكان حبيب بن أبي ثابت إذا دخل شعبان قال: هذا شهر القراء

Dan adalah Habib bin Abi Tsabit apabila Sya’ban masuk, beliau mengatakan, “Ini bulannya Qurroo”. (Lathaiful ma’arif).

وكان عمرو بن قيس المُلائي إذا دخل شعبان أغلق حانوته وتفرغ لقراءة القرآن

Dan adalah Amr bin Qais al-Mulaiy apabila Sya’ban masuk, beliau menutup tokonya dan fokus membaca al-Quran”. (Lathaiful ma’arif).

Berdoa dipertemukan Ramadhan

Para salaf berdoa 6 bulan sebelum Ramadhan agar dipertemukan dengannya. Dengan demikian, mereka lebih giat lagi berdoa di bulan Sya’ban yang paling dekat dengan Ramadhan.

كَانُوا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ

”Mereka (salaf shalih) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadhan, kemudian berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar amalan kebaikan mereka diterima” (Lathaiful ma’arif).

Merupakan doa yang diucapkan mereka agar disampaikan bulan Ramadhan,

اللَّهُمَّ سَلِّمْنِي لِرَمَضَانَ ، وَسَلِّمْ لِي رَمَضَانَ، وَتَسَلَّمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلا

Artinya: “Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Lathaiful ma’arif).

Menjaga shalat sunnah

Menjaga shalat sunnah, tidak meninggalkan shalat sunnah rawatib, tahajjud, witir, selalu shalat dhuha, dan shalat sunnah lainnya, agar terasa mudah melakukan shalat sunnah khususnya shalat tarawih atau shalat malam di bulan Ramadhan.

Latihan bersedekah

Latihan rutin bersedekah, agar di bulan yang dilipatgandakan pahala sedekah kita terbiasa mengeluarkan sedekah secara berkesinambungan.

Begitupun orang-orang miskin bahagia dan terbantu untuk menyiapkan bekal Ramadhan.

Menuntut ilmu

Belajar seputar bulan Syakban dan terlebih khusus Ramadhan, persiapkan ilmu tentangnya dengan membaca buku, mendengar ceramah audio maupun video, dan bertanya kepada ulama. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَاۤ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ إِلَّا رِجَالࣰا نُّوحِیۤ إِلَیۡهِمۡۖ فَسۡـَٔلُوۤا۟ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ

“Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (Q.S. An-Nahl: 43)

Beramal shalih lainnya meskipun sedikit yang penting rutin

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ وَقَالَ اكْلَفُوا مِنْ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ

Dari Aisyah radhiallahu’anha bahwa dia berkata; Nabi ﷺ pernah ditanya, “Amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Dia menjawab; ‘Yang dikerjakan terus menerus walaupun sedikit, lalu beliau bersabda, ‘Beramallah sesuai dengan kemampuan kalian.’ (Muttafaqun ‘alaihi)

Kaum muslimin rahimakumullah

Setelah membahas anjuran, maka kita beranjak pada kekeliruan. Kekeliruan apa saja biasa terjadi di bulan Syakban yang perlu diluruskan?

Menganggap bulan Syakban sebagai bulan santai, istirahat berleha-leha, dan banyak rehat, karena merasa capek dengan amalan di bulan suci Rajab, dan persiapan bulan suci Ramadhan. Padahal Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Sya’ban adalah bulan yg banyak manusia melalaikannya karena berada diantara bulan Rajab dan Ramadhan, dan juga bulan diangkatnya amalan-amalan kepada Allah. Dan aku menyukai jika amalanku diangkat kepada Allah sementara aku dalam keadaan berpuasa” (HR. An-Nasai no. 2357).

Maka merupakan kekeliruan jika menganggap bulan ini untuk lalai.

Menunda utang puasa tahun lalu setelah Ramadhan tahun depannya. Padahal batas qadha sampai Syakban sebelum masuk Ramadhan. Itupun bagi yang berudzur. Sebagai contoh udzur ibunda kita Aisyah radhiyallahu ‘anhaa

عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ سَمِعْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا تَقُولُ كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَهُ إِلَّا فِي شَعْبَانَ الشُّغْلُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dari Abu Salamah ia berkata; Saya mendengar Aisyah radhiallahu’anhu berkata, “Aku masih punya utang puasa Ramadan. Tetapi aku belum membayarnya sehingga tiba bulan Syakban, barulah kubayar, berhubungan dengan kesibukanku bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.” (Muttafaqun ‘alaihi, H.R. al-Bukhari no. 1950 dan Muslim no. 1146)

Maka merupakan kekeliruan jika terus menunda pembayaran utang puasa setelah Ramadhan tahun berikutnya.

Tidak mau lagi berpuasa setelah pertengahan Syakban, sedangkan dia masih punya utang puasa, berpatokan dengan hadits,

إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ، فَلَا تَصُومُوا

“Jika sudah masuk pertengahan Sya’ban, janganlah berpuasa.” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Padahal Ulama berbeda pendapat tentang keshahihan hadits ini

ممن صحح هذا الحيث: الترمذي، وابن حبان، والحاكم، والطحاوي، وابن عبد البر، وأحمد شاكر، والألباني

Diantara yang menshahihkannya: At tirmidzi, Ibnu Hibban, Al Hakim, At Thahawi, Ibnu ‘Abdil Barr, Ahmad Syakir, dan Al Albani

وممن ضعفه: ابن مهدي، وأحمد بن حنبل، وأبو زرعة، والدار قطني، والذهبي

Diantara yang melemahkannya adalah Ibnu Mahdi, Ahmad bin Hanbal, Abu Zur’ah, Addaruqutniy, dan Adz dzahabi

Jika haditsnya sahih, maka yang dilarang adalah puasa sunnah mutlaq, tanpa sebab. Dalilnya bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

لا تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلا يَوْمَيْنِ إِلا رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ

“Jangan kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari dan dua hari kecuali bagi seseorang yang terbiasa berpuasa, maka (tidak mengapa) dia berpuasa.” [HR. Bukhari, no. 1914, dan Muslim, 1082].

Hadits ini menunjukkan bahwa bolehnya berpuasa setelah pertengahan sya’ban dengan puasa yang memiliki sebab seperti qodho dan puasa yang sudah merupakan kebiasaan di hari senin dan kamis atau puasa 3 hari setiap bulan.

Maka merupakan kekeliruan jika masuk pertengahan Syakban, sedangkan masih punya utang puasa, dan menunda lagi utang puasanya.

Sebagian orang yang harta zakat yang perlu dikeluarkan di bulan Syakban karena haulnya tiba namun mengakhirkannya nanti di bulan Ramadhan, dengan sangkaan bahwa pada bulan Ramadhan, pahala zakat lebih banyak dan berlipat, padahal seharusnya membayar zakat ketika telah jatuh tempo, karena merupakan suatu dosa, dan akan menjadi bentuk kezaliman kepada yang berhak menerimanya.

Tentang Nisfu Sya’ban

Imam Abu Bakr Ath-Thurthusyiy berkata dalam bukunya al-Hawadits walbida’

وروى ابن وضاح عن زيد بن أسلم فقال: ما أدركنا أحداً من مشيختنا ولا فقهائنا يلتفتون إلى النصف من شعبان ولا يلتفتون إلى حديث مكحول ولا يرون لها فضلاً على ما سواها) وقيل لابن أبي مليكة: (أن زياداً النميري يقول إن أجر ليلة النصف من شعبان كأجر ليلة القدر) فقال: (لو سمعته وبيدي عصا لضربته) وكان زياداً قاصاً

“Diriwayatkan oleh Wadhdhah dari Zaid bin Aslam berkata: kami belum pernah melihat seorang pun dari para syekh dan ahli fiqih kami yang menoleh pada malam Nisfu Sya’ban, tidak menoleh pada hadits Makhul, dan tidak pula memandang adanya keutamaan pada malam tersebut terhadap malam-malam lainnya. Dikatakan kepada Ibnu abi Mulaikah bahwasanya Ziyad An-Numairiy berkata, Pahala yang didapat pada malam Nisfu Sya’ban menyamai pahala Lailatul Qadar. Ibnu Mulaikah menjawab: Seandainya saya mendengarnya sedang di tangan saya ada tongkat, pasti saya pukul. Ziyad adalah seorang tukang cerita.

Anggapan bahwa bulan Syakban ada kekhususan tertentu dari pahala atau ibadah menziarahi kubur, padahal seluruh waktu boleh saja orang ziarah kubur Meremehkan bulan Syakban dengan melakukan maksiat dengan anggapan tidak sebagaimana kesucian Rajab apalagi Ramadhan, padahal dosa tidak dlihat dari bagaimana besar kecilnya suatu dosa, namun lihat kepada siapa kita berbuat dosa yaitu Allahu Akbar Yang Maha besar

Jamaah Jumat yang berbahagia

Demikian khutbah pertama ini, semoga Allah Ta’ala memberikan taufiq untuk senantiasa menetap di atas sunnah dan menjauhi bid’ah.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

Khutbah Kedua


الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ، صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَعْوَانِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِی خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسࣲ وَ ٰ⁠حِدَةࣲ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالࣰا كَثِیرࣰا وَنِسَاۤءࣰۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِی تَسَاۤءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَیۡكُمۡ رَقِیبࣰا

أَمَّا بَعْدُ

Kaum muslimin rahimakumullah

Mari memperbanyak shalawat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّاۤۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡعَلِیمُ . رَبَّنَا تُبۡ عَلَیۡنَاۤۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِیمُ .رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ. إِنَّ ٱللَّهَ یَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَـٰنِ وَإِیتَاۤىِٕ ذِی ٱلۡقُرۡبَىٰ وَیَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَاۤءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡیِۚ یَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ یَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ

***

Editor: Ahmad Fiqi Purba


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah