Teks Khutbah Jumat Singkat, Tema: Dahsyatnya Kalimat Takbir, Bisa Hilangkan Sifat Takabur

- 20 Mei 2022, 09:12 WIB
Ilustrasi Khutbah Jumat Singkat 20 Mei 2022
Ilustrasi Khutbah Jumat Singkat 20 Mei 2022 /Pexels / Kedar Bhave.

Hal itulah yang disebut dengan takwa. Dengan demikian, takwa menjadi bagian yang harus terus ditingkatkan dari waktu ke watu, dan kesempatan hadir di majlis Jumat ini marilah kita gunakan untuk introspeksi diri.

Jamaah Jumat yang Berbahagia

Kita masih berada di bulan Syawal. Dan di antara kalimat yang paling mencolok dan berkumandang di mana-mana begitu Ramadhan berakhir adalah takbir. Takbir secara bahasa berasal dari kata kabbara-yukabbiru yang berarti membesarkan atau mengagungkan. Siapa yang diagungkan? Tentu saja Dzat Yang Mahabesar, Allah Subhanallah Wa Ta’ala (SWT).

Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat Singkat dan Padat, Menerapkan Syariat Islam di Era Modern

Tentunya kita masih ingat bahwa takbir betul-betul mewarnai peralihan masa dari Ramadhan menuju Syawal. Umat Islam di berbagai tempat menghidupkan malam hari raya dengan takbir. Sejak malam hingga pagi hari, sejumlah masjid dan mushala memnuhi kegiatan dengan takbir.

Dalam shalat id pun kita dianjurkan menambah takbir 7 kali usai takbiratul ihram dan 5 kali saat memasuki rakaat kedua. Para khatib Idul Fitri disunahkan memulai khutbah pertama dengan takbir 9 kali dan 7 kali pada khutbah kedua. Sementara dzikir yang paling dianjurkan bagi jamaah dalam momen-momen tersebut adalah melafalkan takbir.

Jamaah yang Dirahmati Allah

Takbir tentu lebih dari sekadar ucapan dan kata-kata. Di balik anjuran menggemakan takbir ada perintah untuk menganggap setara, kecil, rendah apa pun yang ada di alam fana ini karena yang Mahabesar hanya Allah. Dialah penguasa jagat raya ini.

Tak ada satu urusan atau keberadaan pun yang luput dari genggaman-Nya. Ini pula makna dari rabbul ‘alamin. Allah bukan saja Tuhan bagi manusia melainkan Tuhan bagi seluruh eksistensi selain diri-Nya, termasuk hewan, tumbuhan, jin, malaikat, planet-planet, atmosfer, bumi, langit, surga, neraka, dan lain sebagainya.

Konsekuensi dari keyakinan semacam itu adalah timbulnya sikap rendah hati. Mengecilkan segalanya, tak terkecuali kekayaan dan jabatan, untuk semata-mata mengagungkan-Nya. Sikap ini sangat sulit dilakukan karena musuh terberatnya bukan saja setan, melainkan juga nafsu diri sendiri.

Halaman:

Editor: Ahmad Fiqi Purba

Sumber: KhutbahSingkat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x