Contoh Khutbah Idul Adha 2022 atau 1443 H Singkat, Meneladani 4 Sifat dan Karakter Nabi Ibrahim

- 5 Juli 2022, 17:22 WIB
Ilustrasi Khutbah Idul Adha, Tema 4 Sifat Nabi Ibrahim
Ilustrasi Khutbah Idul Adha, Tema 4 Sifat Nabi Ibrahim /Ade Kurniawan

“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

Ibrahim adalah sosok pemimpin dan kepala keluarga yang menjadikan istrinya, anaknya dan semua yang dimilikinya sebagai sarana mengajarkan kebaikan dan menggapai keridhaan Allah.
Dengan izin Allah beliau mengubah sebuah negeri gurun yang dulunya tandus dan gersang menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi manusia.
Di antara peninggalannya adalah sumur zam-zam yang diberkahi dengan kualitas air terbaik dan terus memancar serta tak pernah kering mata airnya, hingga kemanfaatannya bisa dirasakan umat manusia sepanjang sejarah.
Ibrahim juga membangun Kakbah bersama putranya dan kini menjadi tempat paling dirindukan seluruh umat Islam di dunia. Jutaan manusia setiap hari berbondong-bondong menuju Baitullah, terlebih pada musim haji.

Dan yang paling istimewa adalah perilaku keluarga Nabi dan Rasul ini diabadikan dalam bentuk ritual ibadah Umrah dan haji umat Islam yang disyariatkan Allah. Lari-lari kecil ibunda Hajar antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7 putaran yang kemudian dikenal dengan sa’i.
Begitu pun saat pertemuan bapak dan anak hingga turun perintah kepada Nabi Ibrahim menyembelih putranya, Ismail ‘alaihissalam. Maka dalam ritual ibadah haji setiap jamaah haji harus bermalam di Mina, wukuf di padang Arafah dan melempar jumrah.
Kemudian dilanjutkan dengan ibadah udhiyah (penyembelihan hewan Qurban). Ritual ibadah udhiyah ini bisa menyatukan seluruh elemen masyarakat di segala penjuru dunia.
Tatkala mereka tidak bisa menghadiri pertemuan akbar manusia seluruh dunia pada musim haji, maka dalam momen penyembelihan hewan Qurban ini berkumpullah mereka yang kaya dan miskin, pejabat dan rakyat, atasan dan bawahan, karyawan dan pedagang asongan, orang kantoran dan pekerja jalanan, guru dan murid, dst.

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Karakter Nabi Ibrahim Kedua: Qanitan Lillah
Saudaraku, kaum Muslimin jamaah shalat dan khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Karakter Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kedua adalah Qanitan lillah, yang artinya selalu melaksanakan perintah Allah, baik perintah itu rasional ataupun tidak, mungkin dilakukan ataupun tidak.

Tidak pernah ada keraguan sedikit pun untuk menjalankan perintah Allah. Potret ketaatan keluarga ini sangat layak dijadikan panutan. Segala aktivitasnya selalu berlandaskan pada ketaatan kepada Allah.
Beliau tidak pernah memprotes perintah Allah untuk meninggalkan negeri Babylonia, Irak menuju Syam. Lalu hijrah ke Mekah bersama Hajar dan putranya yang baru saja dilahirkan.
Setiba di lembah yang tandus dan tak berpenghuni Ibrahim meninggalkan istri dengan bayinya hanya berbekal satu kantong berisi air dan kurma. Hajar pun mengikutinya dan memanggil,
“Wahai Ibrahim, ke mana kamu mau pergi meninggalkan kami di lembah yang tak ada satu manusia pun dan tanpa sesuatu?”
Ia pun mengulangi perkataannya, lalu bertanya, “Allahulladzii amaraka bihadza?” (Apakah Allah yang memerintahkanmu untuk melakukan ini).
Ibrahim menjawab, “Ya.”
Kemudian Hajar melanjutkan, “Idzan, Laa Yudhayyi’una.” (Kalau begitu, pasti Dia tidak akan menelantarkan kami).
Subhanallah. Tidak ada protes, kalimat bantahan, atau mencari-cari alasan untuk tidak menerima perintah yang tidak masuk akal itu. Maka Ibrahim pun memberinya hadiah dengan untaian doa agung yang melintasi batas kesadaran dan logika manusia.

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

“Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37)

Dari lembah yang tandus, Mekah hari ini menjadi tempat di dunia yang paling banyak dikunjungi jutaan umat manusia untuk melakukan ibadah haji dan umrah serta berkah rezeki yang melimpah.
Alhasil, setelah belasan tahun terpisah, ayah dan anak ini pun dipertemukan kembali.
Belum usai kerinduan mendalam keduanya, Allah memerintahkan sang ayah untuk menyembelihnya melalui sebuah mimpi. Sungguh mengagumkan! Tiada keraguan apalagi ketakutan, Nabi Ismail ‘alaihissalam langsung mengiyakan perintah tersebut.
Semua itu mereka laksanakan dikarenakan keimanan dan ketaatannya kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka pantaslah jika Allah menganugerahkan pada keluarga ini keturunan-keturunan yang saleh.
Di kemudian hari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dikenal sebagai bapak para Nabi dan Rasul, mengingat banyaknya Nabi yang berasal dari garis keturunan beliau.

Halaman:

Editor: Ahmad Fiqi Purba


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x