Khutbah Jumat Terbaru Penuh Makna Edisi 16 Desember 2022. Kesenangan Hati Terletak Pada Shalat

- 14 Desember 2022, 15:39 WIB
Khutbah Jumat Terbaru Penuh Makna Edisi 16 Desember 2022. Kesenangan Hati Terletak Pada Shalat
Khutbah Jumat Terbaru Penuh Makna Edisi 16 Desember 2022. Kesenangan Hati Terletak Pada Shalat /Pixabay

Adapun shalat yang sempurna secara lahir dan batinnya, maka dia akan naik dengan mempunyai cahaya dan bukti seperti cahaya matahari, sampai dipersembahkan kepada Allah Azza wa Jalla, maka Allah pun meridhainya dan menerimanya, dan shalat itu berkata, “Semoga Allah Azza wa Jalla menjagamu sebagaimana engkau telah menjagaku.”

Ketiga: Mutaba’ah (mengikuti) dan Mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Yaitu seorang berusaha keras untuk mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam shalat. Ia shalat sebagaimana Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat, berpaling dari hal-hal baru yang dibuat oleh manusia dalam shalat, baik berupa penambahan, pengurangan, dan aturan-aturan yang bukan berasal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak juga dari Sahabat Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam . Tidak juga mengikuti pendapat orang-orang yang selalu memberikan keringanan (dalam shalat) yang hanya mencukupkan diri mereka pada hal-hal yang mereka anggap wajib saja, padahal ada (Ulama) yang menyelisihinya dan mewajibkan apa yang mereka anggap tidak wajib, dan ada hadits-hadits yang shahih dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang itu akan tetapi mereka tidak menggubris sama sekali dan mereka justru berkata, “Kami taklid kepada madzhab fulan.” Maka alasan ini tidak akan menyelamatkannya di sisi Allah Azza wa Jalla dan tidak bisa dijadikan sebagai udzur untuk meninggalkan sunnah yang telah dia ketahui, karena Allah Azza wa Jalla hanya memerintahkan untuk taat kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti Beliau saja, tidak mengikuti selain Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam . Selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya dikuti kalau dia memerintahkan dengan apa yang Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan. Semua orang selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pendapatnya bisa diambil dan bisa juga ditinggalkan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bersumpah dengan diri-Nya yang mulia bahwa kita tidak dikatakan beriman sebelum kita menjadikan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penentu hukum dalam segala hal yang kita perselisihkan, kemudian kita tunduk dan pasrah terhadap hukum (yang datang) dari Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam . Adapun hukum selain Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ketundukan kita terhadap hukum tersebut, maka hal itu tidak akan bermanfaat bagi kita, tidak akan bisa menyelamatkan kita dari adzab Allah Azza wa Jalla dan Dia tidak akan menerima jawaban kita tatkala kita mendengar seruan-Nya pada hari Kiamat kelak. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ مَاذَا أَجَبْتُمُ الْمُرْسَلِينَ

“Dan (ingatlah) pada hari ketika Dia (Allah) menyeru mereka, dan berfirman, ‘Apakah jawabanmu terhadap para rasul?’” [Al-Qashash/28:65]

Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti akan menanyakannya kepada kita dan menuntut jawaban dari kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ

Maka pasti akan Kami tanyakan kepada umat yang telah mendapat seruan (dari para rasul) dan Kami akan tanyai (pula) para rasul.” [Al-A’raf/7:6]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّكُمْ بِيْ تُفْتَنُوْنَ وَعَنِّيْ تُسْأَلُوْنَ

Halaman:

Editor: Ade Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah