Referensi Khutbah Jumat Terbaru 30 Desember 2022 Singkat. Dosa Besar Bagi yang Meremehkan Hal Haram

- 26 Desember 2022, 19:20 WIB
Referensi Khutbah Jumat Terbaru 30 Desember 2022 Singkat. Dampak Buruk Sering Meremehkan Hal Haram
Referensi Khutbah Jumat Terbaru 30 Desember 2022 Singkat. Dampak Buruk Sering Meremehkan Hal Haram /Pixabay

لَيَأْتِيَنَّ علَى النَّاسِ زَمانٌ، لا يُبالِي المَرْءُ بما أخَذَ المالَ، أمِنْ حَلالٍ أمْ مِن حَرامٍ
“Sungguh benar-benar akan terjadi suatu masa dimana manusia tak memiliki kepedulian dari mana ia mendapatkan harta. Apakah dia mendapat dari yang halal atau dari yang haram.” [HR. Al-Bukhari 2083].

Nabi menyebutkan hal ini 14 abad silam dan bisa jadi jamaah sekalian, saat ini adalah zaman yang disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu. kita jumpai ada banyak di antara kaum muslimin, kita bicara kaum muslimin, bukan non muslim, yang mereka sudah lagi tidak memiliki rasa malu dalam mengambil sesuatu yang haram. Bahkan bisa jadi sesuatu yang haram itu dia ambil secara terang-terangan, dilihat oleh orang lain, dia tidak lagi memiliki rasa malu. Betullah apa yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “manusia tak memiliki kepedulian dari mana ia mendapatkan harta. Apakah dia mendapat dari yang halal atau dari yang haram”.

Padahal jamaah sekalian, hal semacam ini bagi para sahabat adalah menjadi sesuatu yang berbahaya besar. Bisa jadi ada orang yang rajin tahajjud. Bisa jadi ada orang yang rajin puasa sunat. Bisa jadi ada orang yang banyak beribadah kepada Allah. Tapi ia tak peduli denga napa yang masuk ke dalam perutnya.

Ibu kita, Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha berkata,
إِنَّكُمْ لَتَغْفُلُوْنَ عَنْ أَفْضَلِ العِبَادَةِ .. الوَرَعُ
“Sesungguhnya kalian melupakan ibadah yang paling afdhal yaitu al-wara’.”

Apa yang dimaksud dengan al-wara’? wara’ adalah adanya rasa takut melakukan sesuatu yang berpotensi melakukan sesuatu yang berbahaya dampaknya di akhirat.

Jamaah yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Perhatian ulama di masa silam, baik para sahabat maupun generasi setelahnya, dalam urusan muamalah sangatlah besar. Karena mereka tidak ingin amal mereka menjadi hilang, ibadah yang telah mereka kerjakan menjadi tidak bernilai di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dikarenakan mereka mengonsumsi sesuatu yang haram. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyebutkan dalam sebuah hadits yang shahih:

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Kemudian Rasulullah menyebutkan tentang seseorang yang melakukan perjalanan panjang, kusut rambutnya, kemudian mengangkat tangannya dan mengatakan, “Wahai Rabb-ku, Wahai Rabb-ku, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, perutnya diisi dengan sesuatu yang haram, maka bagaimana Kami mengabulkan doanya”? [HR. Muslim].

Para ulama menjelaskan, “Sebagaiman doa orang ini tidak dipedulikan oleh Allah, ibadah orang ini juga bisa jadi tidak dipedulikan oleh Allah.”

Karena itulah, bisa jadi ada orang yang rajin tahajjud, rajin puasa sunnah, tapi dia tidak perhatian terhadap sumber pendapatan yang dia jadikan sumber nafkah untuk dirinya dan keluarganya sehingga dengan sebab itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berkenan menerima amal ibadah yang telah dia kerjakan.

Semoga khotbah yang pertama ini bermanfaat..

Halaman:

Editor: Ade Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah