Naskah Khutbah Jumat Terbaru PDF Edisi 10 Februari 2023. Menilai Sejauh Mana Kualitas Keislaman Kita

- 8 Februari 2023, 12:14 WIB
Naskah Khutbah Jumat Terbaru PDF Edisi 10 Februari 2023. Menilai Sejauh Mana Kualitas Keislaman Kita
Naskah Khutbah Jumat Terbaru PDF Edisi 10 Februari 2023. Menilai Sejauh Mana Kualitas Keislaman Kita /pixabay

تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
“Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” [Quran Yusuf: 101].

Baca Juga: Golkar Akui Hilal PKS Sudah Terlihat di Anies Baswedan, Waketum: Capres Kami Tetap Airlangga Hartarto

Namun beberapa banyak di antara kita yang melaksanakan hakitkat Islam itu sendiri. Hakikat Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkannya. Tunduk dan patuh dengan ketundukan. Serta berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya. Seorang yang mengatakan bahwa dirinya Islam, artinya ia berserah diri dan tunduk kepada Allah. Yaitu ia siap diatur oleh Allah. Ia siap menerima semua ketentuan dari Allah. Dan ia ridha dengan takdir-Nya. Ketika seseorang mengatakan, “Saya Islam” artinya Ya Allah aku siap diatur dengan perintah dan larangan-Mu.

Berapa banyak perintah dan larangan Allah kepada kita. Namun hawa nafsu kita sering kali menghalangi untuk tunduk dan patuh secara sempurna kepada Allah. Ketika seseorang memeluk Islam, seharusnya dia mengatakan, “Kami mendengar dan kami patuh”. Karena itu konsekuensi keislamannya. Allah Ta’ala berfirman,

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”.” [Quran Al-Baqarah: 285].

Inilah hakikat Islam yang dipahami oleh para nabi dan rasul. Tentu kita tahu kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Beliau telah mempraktikkan arti ketundukan dan berserah diri yang sebenarnya. Atau dalam bahasa yang lebih ringkas, arti Islam yang sebenarnya. Allah mengujinya dengan memerintahkan agar ia menyembelih anaknya Ismail. Anak shaleh yang ia dapat setelah lamanya masa penantian. Beliau mengatakan pada anaknya,

إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.” [Quran Ash-Shaffat: 102].

Inilah contoh bapak dan anak yang tunduk dan pasrah kepada Allah dengan ketundukan yang hakiki. Namun, Allah senantiasa memberi jalan keluar bagi orang-orang yang menaati-Nya. Kemudian Allah Ta’ala berfirman,

وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” [Quran Ash-Shaffat: 102].

Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ini benar-benar menjadi parameter bagi kita. Sudah sejauh mana keislaman kita? Sejauh mana ketundukan kita terhadap perintah dan larangan Allah? Sampai manakah keislaman kita, ketundukan dan kepatuhan kita kepada Allah? Sejauh mana semangat kita dalam menyambut perintah Allah?

Halaman:

Editor: Ade Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x