Naskah Ceramah Ramadhan 2023 Singkat atau Kultum, Tema Sambut Ramadhan dengan Saling Memaafkan

- 23 Maret 2023, 20:57 WIB
Naskah Ceramah Ramadhan 2023 Singkat atau Kultum, Tema Sambut Ramadhan dengan Saling Memaafkan
Naskah Ceramah Ramadhan 2023 Singkat atau Kultum, Tema Sambut Ramadhan dengan Saling Memaafkan /

JURNAL MEDAN - Simak dalam tulisan ini Naskah Ceramah Ramadhan 2023 atau 1444 H Singkat atau biasa disebut Kultum,

Tema ceramah ramadhan dalam kesempatan ini adalah menyambut bulan Ramadhan dengan Saling Memaafkan.

Dilansir dari laman dutadakwah, ini naskah ceramah selengkapnya.

Alhamdulillāhi alladzī a’āna bi fadhlihil aqdāmas sālikata, wa anqadza birahmatihin nufūsal hālikata, wa yassara man syā-a lil yusrā fa raghiba fil ākhirah.

Baca Juga: Sinopsis Yemin Episode 4 NET TV: Tak Mau Bercerai dari Emir, Nyonya Cavidan Aniaya Reyhan Hingga Brutal

Ahmaduhu ‘alāl umūril ladzīdzati wasy syā-ikati, wa asyhadu allā ilāha illallāhu wahdahu lā syarīkalah dzūl ‘izzati wal qahri fakullun nufūsi lahu dzalilatun ‘āniyatun,

Wa asyhadu muhammadan ‘abduhu warasūluhu, al-qā-imu bi amri rabbihi sirran wa ‘alāniyyatan, shallallāhu ‘alaihi wa ‘alā shāhibihi abī bakrin wa ‘umara wa ‘utsmāna wa ‘aliyya, wa ‘alā baqiyyatish shahābati wat tābi’īna lahum bi ihsānin mā qara’atil aqdāmu as-sālikatu wa sallama taslīman, amma ba’du,

Segala puji hanya milik Allah yang telah menolong kaki-kaki yang berjalan, dan menyelamatkan jiwa-jiwa dari kehancuran dengan rahmat-Nya, dan memudahkan siapa saja yang ia kehendaki pada jalan kemudahan sehingga menjadi cinta dengan akhirat.

Pertama, memaafkan adalah perbuatan yang lebih mulia daripada memendam rasa kecewa.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Singkat Padat, Menghidupkan Malam Bulan Ramadhan, Lengkap Khutbah I dan II

Kedua,dengan memaafkan sesama, Allah akan mengampuni semua dosa-dosa kita.

Perintah Memaafkan Kesalahan Sesama dalam Al-Quran
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti pernah menyakiti atau disakiti oleh orang lain.

Baik itu disengaja atau tidak, kalimat yang kita ucapkan terkadang menyinggung perasaan orang lain.

Begitu pula sebaliknya, boleh jadi seseorang membuat kita merasa jengkel. Kata-kata yang diucapkan, serta tindak tanduk yang dilakukan, telah merusak kenyamanan hati kita.

Nah, dalam kondisi seperti ini, Islam mengajarkan umatnya agar menjadi pribadi yang pemaaf.

Perintah untuk memaafkan kesalahan orang lain banyak disebutkan dalam al-Quran. Salah satunya yang paling berkesan ada di surah al-A’raf: 199 yang berbunyi,

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ

Khużil-’afwa wa`mur bil-’urfi wa a’riḍ ‘anil-jāhilīn
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.”

Tinjauan bahasa perintah saling memaafkan dalam QS. al-A’raf: 199
Apa maksud ayat di atas?

Kata khuż atau ambillah bermakna memperoleh sesuatu untuk dimanfaatkan. Dalam kata ini, terkandung arti memilih dari sekian banyak pilihan.

Artinya, Allah memerintahkan manusia–melalui kata khuż–untuk memilih memaafkan kesalahan orang lain dibandingkan sikap-sikap lain yang mungkin dilakukan seperti membalas, marah, mengamuk, atau menyimpan dendam kesumat.

Kemudian, maaf yang dimaksud dalam ayat ini bukanlah sekedar ucapan belaka, melainkan memaafkan dengan sepenuh hati.

Kata al-’afwu atau maaf diambil dari akar kata yang terdiri dari huruf ’ain, fa,dan waw. Akar ini memiliki dua kemungkinan makna, yakni meninggalkan sesuatu dan memintanya.

Dari sini, kita dapat memahami bahwa seseorang yang telah memaafkan kesalahan orang lain berarti ia benar-benar meninggalkan (menghapus) kesalahan tersebut. Tidak mengungkit-ungkitnya kembali.

Tafsir surah al-A’raf ayat 199
Sangat menarik pemaparan al-Biqa’i rahimahullah ketika mentadaburi potongan ayat khuż al-’afwa, yakni; ambillah apa yang telah Allah anugerahkan, tanpa bersusah payah menyulitkan diri.

Dengan kata lain surah al-A’raf ayat 199 memerintahkan kita untuk menganggap enteng kesalahan orang lain, tidak membesar-besarkannya, dan memaafkan dengan tulus bahkan sebelum orang yang bersangkutan meminta maaf.

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya berkesimpulan bahwa ayat ini merangkum berbagai sikap terpuji dalam bersosialisasi di masyarakat; mulai dari berinteraksi dengan baik seperti memaafkan orang lain, tidak saling bertikai, hingga memerintahkan segala perbuatan baik dan mencegah berbagai tindakan keburukan (saling mengingatkan dalam ketakwaan).

Keutamaan Saling Memaafkan Kesalahan Sesama
Dalam kitab Mausu’ah min Akhlaqir-Rasul, Syaikh Mahmud al-Mishri berkata bahwa saling memaafkan adalah pintu terbesar menuju terciptanya rasa saling mencintai antara sesama manusia, “Jika orang lain mencerca kita, sebaiknya kita membalasnya dengan memberi maaf dan perkataan yang baik.”

Allah subhanahu wata’ala berfirman,
وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚفَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ

Wa jazā`u sayyi`atin sayyi`atum miṡluhā, fa man ‘afā wa aṣlaḥa fa ajruhụ ‘alallāh, innahụ lā yuḥibbuẓ-ẓālimīn
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim.” (QS. Asy-Syura: 40)

Dari ayat di atas, dapat kita simpulkan bahwa memaafkan adalah ciri orang-orang shalih.

Materi Khutbah Jumat: Contoh Sifat Pemaaf Para Kekasih Allah

Demikianlah. Al-Quran memberi petunjuk meskipun seseorang telah sengaja menzalimi kita, menyakiti kita baik dengan perkataan atau perbuatan, tetap harus dibalas dengan kebaikan.

وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ اِنَّ ذٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

Wa laman ṣabara wa gafara inna żālika lamin ‘azmil-umụr
“Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.” (QS. Asy-Syura: 43)

Maka dari itu, di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, marilah kita awali dengan niat memperbaiki diri. Dimulai dengan bertobat kepada Allah dan saling memaafkan kesalahan sesama. Karena salah satu ciri orang bertakwa adalah, dia yang mudah memaafkan.

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

Allażīna yunfiqụna fis-sarrā`i waḍ-ḍarrā`i wal-kāẓimīnal-gaiẓa wal-’āfīna ‘anin-nās, wallāhu yuḥibbul-muḥsinīn.
“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran: 134)

Inti dari memaafkan adalah memperbaiki hubungan. Dan ini menjadi pertanda keimanan. Nabi bersabda,

الْمُؤْمِنُ يَأْلَفُ وَيُؤْلَفُ، وَلَا خَيْرَ فِيمَنْ لَا يَأْلَفُ، وَلَا يُؤْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Seorang mukmin itu mau menjalin hubungan baik dengan sesama. Tidak ada kebaikan bagi yang tidak mau memperbaiki hubungan. Dan sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.”

***

Editor: Ade Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x