Referensi Khutbah Idul Fitri 1444 H/2023 Terbaru, Mengambil Hikmah dan Pelajaran dari Bulan Ramadhan

- 15 April 2023, 21:25 WIB
Referensi Khutbah Idul Fitri 1444 H/2023 Terbaru, Mengambil Hikmah dan Pelajaran dari Bulan Ramadhan
Referensi Khutbah Idul Fitri 1444 H/2023 Terbaru, Mengambil Hikmah dan Pelajaran dari Bulan Ramadhan /

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ وَمُكَفِّرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ
“Hendaklah kalian melaksanakan qiyamul lail (shalat malam) karena shalat amalan adalah kebiasaan orang sholih sebelum kalian dan membuat kalian lebih dekat pada Allah. Shalat malam dapat menghapuskan kesalahan dan dosa. ” (Lihat Al Irwa’ no. 452, hasan). Namun demikianlah sebagian orang malah memperlakukan orang sholeh melampaui batas sampai-sampai mencapai tingkatan kesyirikan. Tabarruk (ngalap berkah) dengan bekas minum dan makan mereka ketika orang sholeh itu hidup, atau setelah ia meninggal dunia ngalap berkah dengan kuburnya. Seharusnya sisi baik yang diambil dari mereka adalah meneladani amal sholeh yang mereka lakukan seperti shalat malam ini, bukan malah bersikap ‘ghuluw’ terhadap mereka.

Allah pun memberikan suatu malam yang penuh berkah kepada kita di bulan Ramadhan, malam yang satu ibadah lebih baik dari ibadah di 1000 bulan. Malam ini disebut lailatul qadar. Seorang muslim sebenarnya bisa dengan mudah mendapati malam tersebut. Cukup baginya beribadah secara kontinu di bulan Ramadhan, maka pasti ia akan mendapatkan keutamaan lailatul qadar. Jika ia kontinu melakukan shalat tarwih setiap malamnya, pasti ia akan mendapati lailatul qadar. Orang yang malas-malasan saja dalam ibadah yang sulit mendapatkan keutamaan malam tersebut. Keutamaan menghidupkan lailatul qadar disebutkan dalam hadits,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)

Saat lailatul qadar pun kita banyak mohon pengampunan dosa. Kita mohon pada Allah agar dosa-dosa kita dihapus dan bukan hanya ditutup. Doa yang dipanjatkan adalah,

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (artinya: Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf—menghapus kesalahan–, karenanya maafkanlah aku—hapuslah dosa-dosaku–)

Kemudian di akhir Ramadhan kita pun tutup dengan amalan zakat fithri. Zakat ini adalah sebagai penutup kekurangan kita selama menjalani puasa di bulan Ramadhan. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ .
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri untuk mensucikan orang yang berpuasa dari bersenda gurau dan kata-kata keji, dan juga untuk memberi makan orang miskin.” (HR. Abu Daud no. 1609 dan Ibnu Majah no. 1827, hasan)

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa bulan Ramadhan penuh sekali dengan penghapus dosa. Sampai-sampai Az Zuhri berkata, “Ketika hari raya Idul Fithri, banyak manusia yang akan keluar menuju lapangan tempat pelaksanaan shalat ‘ied, Allah pun akan menyaksikan mereka. Allah pun akan mengatakan, ”Wahai hambaku, puasa kalian adalah untuk-Ku, shalat-shalat kalian di bulan Ramadhan adalah untuk-Ku, kembalilah kalian dalam keadaan mendapatkan ampunan-Ku.” Ulama salaf lainnya mengatakan kepada sebagian saudaranya ketika melaksanakan shalat ‘ied di tanah lapang, “Hari ini suatu kaum telah kembali dalam keadaan sebagaimana ibu mereka melahirkan mereka.” (Latho-if Al Ma’arif, 373-374)

Namun perlu dipahami bahwa kita sebenarnya tidak yakin amalan kita diterima. Karena amalan hanya diterima dari orang-orang yang bertakwa. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Ma-idah: 27). ‘Umar bin ‘Abdul Aziz berikut tatkala beliau berkhutbah pada hari raya Idul Fithri, “Wahai sekalian manusia, kalian telah berpuasa selama 30 hari. Kalian pun telah melaksanakan shalat tarawih setiap malamnya. Kalian pun keluar dan memohon pada Allah agar amalan kalian diterima. Namun sebagian salaf malah bersedih ketika hari raya Idul Fithri. Dikatakan kepada mereka, “Sesungguhnya hari ini adalah hari penuh kebahagiaan.” Mereka malah mengatakan, “Kalian benar. Akan tetapi aku adalah seorang hamba. Aku telah diperintahkan oleh Rabbku untuk beramal, namun aku tidak mengetahui apakah amalan tersebut diterima ataukah tidak.” Sebagian ulama sampai-sampai mengatakan, “Para salaf biasa memohon kepada Allah selama enam bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Kemudian enam bulan sisanya, mereka memohon kepada Allah agar amalan mereka diterima.”

Halaman:

Editor: Ade Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x