Referensi Singkat Khutbah Jumat Terbaru: Amalan Penghias Hati dan Raih Ketenangan Batin

- 27 April 2023, 17:09 WIB
Referensi Singkat Khutbah Jumat Terbaru: Amalan Penghias Hati dan Raih Ketenangan Batin
Referensi Singkat Khutbah Jumat Terbaru: Amalan Penghias Hati dan Raih Ketenangan Batin /Pixabay

JURNAL MEDAN - Berikut ini referensi Singkat naskah Khutbah Jumat Terbaru edisi 28 April 2023.

Tema khutbah jumat dalam tulisan ini adalah Amalan Penghias Hati dan cara meraih Ketenangan Batin.

Seluruh aktivitas ibadah yang kita lakukan kepada Allah SWT akan memperoleh ketenangan hati.

Allah SWT memberi petunjuk dan kemampuan kepada hambanya untuk melakukan ibadah.

Baca Juga: Full Spoiler Manga One Piece 1082: Mengungkap Sosok T Bone, Marinir yang Miliki Tekad Seperti GARP

Dimana kita melakukan pun amalan dengan cara ikhlas dan sesuai tuntunan syariat islam.

Insan akan mendapat pahala dari Allah azza wajalla. Sehingga ibadah kita kepada Allah adalah bentuk perhatian.

Sehingga Perhatian pasca melakukan amalan mendatangkan ketanangan hati dan batin kita.

Khutbah Pertama:

Baca Juga: Survei: Duet Airlangga - Khofifah Bisa Jadi Kejutan dan Berpotensi Menang di Pilpres 2024

Hadirin jamaah jumat yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya. Dan Dia menjadikan ibadah itu sebagai tujuan mereka diciptakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” [Quran Adz-Dzariyat: 56]

Dan ketika seseorang beribadah kepada Allah, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena itu, dalam surat Al-Fatihah Allah menggandengkan antara ibadah dengan isti’anah (meminta tolong). Sebagaimana yang Allah firmankan:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” [Quran Al-Fatihah: 5]

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat 21 April 2023 Singkat Padat Ramadhan, Arti Perjuangan dan Akhir Puasa Ramadhan

Dengan pertolongan Allah baik yang sifatnya pertolongan lahiriyah maupun batiniyah-lah seseorang bisa beribadah kepada Allah. Sebelum seorang hamba beribadah kepada Allah, dia telah mendapatkan perhatian dari Allah. dan perhatian Allah kepada seorang hamba itu lebih besar dari perhatian seorang hamba kepada Allah.

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ

Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan dzikrullah adalah lebih besar. [Quran Al-Ankabut: 45]

Apa yang dimaksud dengan firman Allah:

وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ
“Dan dzikrullah adalah lebih besar.”

Al-Hafizh Ibnu Katsir di dalam tafsirnya menjelaskan, beliau mengutip ucapan Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu:

ذكر الله إياكم عندما أمر به أو نهى عنه إذا ذكرتموه أكبر من ذكركم إياه
“Allah memberikan perhatian kepada kalian dengan cara menetapkan perintah dan larangan untuk kalian. Dan Allah berikan petunjuk kepada kalian, itu lebih besar dibandingkan ingatnya kalian kepada Allah.”

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat 21 April 2023 Singkat Padat Ramadhan, Arti Perjuangan dan Akhir Puasa Ramadhan

Dalam riwayat lain, Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan,

وذكر الله إياكم أعظم من ذكركم إياه
“Perhatian Allah kepada kalian lebih besar dibanding ingatnya kalian kepada Allah.”

Hal ini terbukti dengan apa yang kita alami 24 jam dalam sehari. Hanya beberapa jam atau menit saja kita gunakan untuk beribadah kepada Alllah. Sisa waktu lainnya kita gunakan untuk berinteraksi sesama kita atau aktivitas duniawi lainnya dan istirahat. Ditambah lagi dalam aktivitas ibadah yang kita lakukan, ada sebagian dari kita yang khusyuk, tidak sedikit pula yang tidak khusyuk. Artinya, dzikir atau ingatan kita kepada Allah terpotong dan terputus-putus.

Berbeda dengan perhatian Allah kepada kita. Allah perhatikan kita mulai dari kondisi fisik dan hati kita. karena itu, tatkala kita melaksanakan ketaatan, itu semua murni dari Allah. allah berikan fisik yang sehat dan hati yang mendapat petunjuk. Karena itulah, dzikirnya Allah kepada kita lebih besar daripada dzikirnya kita kepada Allah.

Kaitannya dengan ini pula, disebutkan oleh Ibnul Qayyim tentang taubatnya seorang hamba. Tatkala seorang hamba bertaubat, maka taubatnya diapit oleh dua taubat dari Allah. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat At-Taubah:

ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ
“Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” [Quran At-Taubah: 118]

Perhatikan ayat ini! Pertama Allah mengatakan “Kemudian Allah menerima taubat mereka” maksudnya Allah berikan hidayah dan kesempatan untuk bertaubat. Kemudian “agar mereka tetap dalam taubatnya”, ini adalah perbuatan taubat yang dilakukan seorang hamba. Setelah itu Allah tutup dengan “Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat.”

Ada tiga kata taubat dalam ayat ini. Yang pertama dari Allah. Kedua dari hamba. Dan ketiga adalah sifat Allah. karena itu, taubat seorang hamba diapit oleh dua taubat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Seorang hamba mau bertaubat karena hidayah yang Allah berikan kepada-Nya. Dia menyesali kesalahan yang telah dia lakukan. Allah beri semangat padanya untuk kembali kepada kebenaran. Dengan inilah dia mau melakukan aktivitas taubat. Dan taubatnya seorang hamba kembali kepada hak Allah. namun Allah menyatakan,

إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ
“Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Jamaah sekalian yang dirahmati Allah,

Karena itu, dalam aktivitas ibadah yang kita lakukan. awalnya, Allah beri petunjuk dan kemampuan kepada kita untuk melakukan ibadah tersebut. Lalu kita pun beramal. Jika amal tersebut ikhlas dan sesuai tuntunan syariat, maka kita pun akan mendapat pahala dari Allah. Sehingga ibadah kita kepada Allah adalah bentuk perhatian Allah kepada kita. Perhatian sebelum beramal dan perhatian pasca beramal.

Dalam hal ini, maksud khotib ingin menjelaskan kita adalah hamba yang lemah. Dalam setiap ibadah yang kita lakukan, kita tidaklah memiliki peran dan jasa yang besar. Sehingga tatkala kita beribadah, kita berbuat baik, kita melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk diri sendiri, orang lain, atau instansi, kita sadar dengan benar-benar sadar, ini semua murni kebaikan dari Allah. Jangan sampai malah menimbulkan sikap bangga diri dan kesombongan.

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ؛ فَإِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Khutbah Kedua:

Hadirin, jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dalam setiap aktivitas ibadah dan norma baik yang kita lakukan, tujuannya adalah dzikrullah. Dan orang yang melakukan dzikrullah, maka ia mendapat balasan dari Allah berupa Allah akan mengingatnya. Sebagaimana yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.” [Quran Al-Baqarah: 152]

Al-jazaa-u min jinsil ‘amal, balasan suatu perbuatan itu sesuai dengan jenis amal yang dilakukan. Ketika amalan seseorang adalah dzikir kepada Allah, maka diapun akan diingat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan para ulama menyatakan, “Seandainya tidak ada fadhilah dzikir kecuali hanya satu ayat ini, ini sudah merupakan keutamaan yang luar biasa.” Karena kita ini siapa? Sampai yang menciptakan alam semesta mengingat-ingat kita.

Ibadallah, Suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tengah bersama seorang sahabat yang bernama Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّ اللهَ قد أمَرَني أنْ أُقْرئَك القرآنَ. قال: آللهُ سَمَّاني لك؟ قال: نعَمْ، فجعَلَ يَبْكي

“Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk membacakan padamu Alquran.” Lalu Ubay menanggapi, “Apakah Allah sebut namaku”? Nabi menjawab, “Iya.” Ubay pun menangis. [HR. Al-Bukhari 4960 dan Muslim 799].

Di hati Ubay tentu terdapat pikiran, siapakah dirinya hingga Allah Yang Maha Agung, Maha Mulia, penguasa alam semesta menyebut namanya. Artinya, para sahabat memahami tatkala nama mereka disebut oleh Allah itu adalah anugerah yang luar biasa. Kita saja, tatkala kinerja kita diapresiasi gubernur. Jangankan gubernur, pimpinan kita menyebut nama kita di hadapan orang karena kinerja kita, itu sudah luar biasa bahagia. Apalagi yang menyebutnya adalah rajanya para raja. Pencipta alam semesta yang tidak bisa dibandingkan dengan seluruh makhluknya.

Oleh karena itu jamaah sekalian, Perhatikanlah tujuan besar kita melaksanakan ibadah. Sebagaimana firman Allah,

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىٓ
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” [Quran Tha-ha: 14]

Sehingga tatkala kita shalat, maksimalkan tujuan terbesarnya. Yaitu mengingat dan mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan untuk tujuan lain. Dan tidak pula dicampuri dengan hal-hal yang lain.

Sebagian orang, tatkala dia beribadah, tatkala dia melakukan kebaikan, dia diuji dengan hatinya dikotori oleh perasaan bangga diri, padahal semua itu berkat petunjuk dan hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kita memohon kepada Allah, agar Dia memberi kita hidayah supaya bisa melaksanakan ibadah yang benar. Lahiriyahnya benar dan kondisi batinnya juga benar.

***

Editor: Ade Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x