Kedua ayat ini dimulai dengan 'walillah' dan 'lillah' yang menunjukkan bahwa haji diliputi semangat hanya untuk Allah, bukan lainnya.
Namun karena pandemi masih melanda Indonesia, sementara keinginan haji harus ditahan dulu.
Oleh karena itu, semua pikiran, daya upayanya, kinerjanya, pekerjaannya apapun yang dimilikinya hanya kepada Allah.
Jika aktivitas ini menginternalisasi ke dalam diri manusia, maka akan tergambarkan pola yang sangat indah.
Semua urusan dunia, rumah keluarga harta jabatan ditinggal hanya untuk ibadah.
Haji adalah sebuah aktivitas recharging internalisasi nilai-nilai positif yang dilakukan bersama-sama.
Tidak ada kepentingan individual, semuanya dipersembahkan untuk kepentingan bersama-sama dan Allah.
Maka diharapkan sifat-sifat itu yang nantinya dibawa pulang ke tanah air. Yang kedua adalah ibadah kurban. Kurban menggambarkan perjuangan luar biasa seorang nabi Ibrahim.
Beliau telah lama berdoa menantikan kehadiran sang putra, namun ketika sang putra lahir dan beranjak dewasa, malah diperintahkan untuk menyembelihnya untuk dijadikan kurban.
Dapat dibayangkan betapa sosok Nabi Ibrahim tiba-tiba harus mengorbankan anak yang didamba atas perintah Allah. Sebuah keikhlasan yang luar biasa.