JURNAL MEDAN - Berikut ini cerita horor pendaki yang dialami oleh Dania Agustina Rahman, gadis asal Sukabumi, Jawa Barat.
Dania Agustina Rahman memang gadis berusia 19 tahun yang dikenal suka berpetualang, namun petualangannya di alam terbuka harus berakhir ketika mendaki Gunung Semeru.
Dania Agustina Rahman merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara dan tinggal di sebuah Desa di Kota Sukabumi, Jawa Barat.
Sedari kecil gadis yang akrab disapa Dania itu dikenal sangat suka bermain di alam terbuka, hal itu diutarakan oleh sang adik, Doni Nurjaman Syah.
Kesukaan Dania terhadap alam semakin terlihat ketika ia menginjak SMP, ia kerap mengunjungi berbagai gunung meski belum melakukan pendakian.
Begitupun dengan penuturan dari sepupu Dania, Reynaldi. Ia mengatakan Dania semenjak kecil memang sangat hobi berpetualang.
Bahkan ia lebih memilih berpetualang di alam terbuka ketimbang diajak jalan-jalan ke pasar modern.
Terlebih ketika menginjak bangku SMA, waktu libur Dania lebih banyak menghabiskan waktu untuk pergi ke alam terbuka bersama dengan teman-temannya.
Keluarga sebenarnya sangat khawatir dan sudah kerap menegurnya, namun watak Dania memang agak keras, ia sangat susah untuk dilarang.
Dikalangan teman-temannya, Dania dikenal agak tomboy namun juga merupakan gadis yang ceria.
Meski telah memasuki bangku kuliah, ia masih menjalin hubungan baik dengan teman-teman SMA-nya.
Bahkan dibulan Mei 2015, Dania dan teman alumni SMKN 1 Kota Sukabumi masih menyempatkan diri untuk bersama-sama mendaki Gunung Papandayan.
Berangkat tanggal 16 Mei dan turun tanggal 18, dari semua temannya, Dania lah yang paling tak pernah mengeluh, bahkan seperti tak kelelahan.
Sebenarnya teman-teman Dania kembali mengajak ia untuk mendaki gunung Gede namun Dania mengatakan masih ada tugas kuliah yang harus diselesaikan.
Dalam pendakian di Papandayan itu Dania masih sempat memberi kabar ke keluarga, ia mengutarakan keinginannya untuk mendaki Gunung Rinjani namun keluarga melarangnya.
Mungkin karena itulah diam-diam Dania merencanakan pendakian lain di bulan Agustus.
Rupanya dibulan Agustus 2015 Dania kembali merencanakan untuk mendaki bersama dengan teman-temannya sesama mahasiswa.
Rencananya ia akan mendaki Semeru tanpa memberitahu keluarga.
Ia pergi bersama dengan tiga rekannya, Rosihan Wiji dan Akbar yang semuanya adalah mahasiswa UNPAS.
Namun dari sumber berbeda sebenarnya ada juga mahasiswa UNPAS lain yang ikut, salah satu yang disebut adalah Wigi Giovanni yang juga teman dari Dania, sehingga kemungkinan jumlahnya lebih dari empat orang.
Tanggal 8 Agustus 2015 mereka naik kereta menuju ke Malang, rencananya di Malang mereka akan bergabung dengan rombongan mahasiswa lain yang berasal dari Institut Teknologi Nasional Malang.
Tidak diketahui dengan pasti jumlah mereka, yang pasti mereka akan bersama-sama mendaki Gunung Semeru, pendakian itu direncanakan pada tanggal 10 Agustus.
Entah apa yang terjadi, pendakian itu baru dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus, mereka mengarah ke Kalimati Gunung Semeru.
Untuk pendakian ke Puncak, mereka akan Star mendaki 12.00 malam dari Kalimati dengan harapan Di agi harinya mereka bisa menikmati Golden Sunrise.
Perlu diketahui pada saat itu Gunung Semeru macho waspada level 2 dikarenakan cuaca yang begitu buruk.
Petugas Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru memperingatkan para pendaki agar cukup sampai di Pos Kalimati.
Namun tidak diketahui apakah ketika Dania mendaki peringatan itu sudah dicabut atau belum karena tiga hari sebelum mendaki peringatan waspada itu masih berlaku yang pasti Disaat itu para pendaki berencana akan sampai ke Puncak.
Singkat cerita, malam itu mereka mulai mendaki dari Kalimati pukul 12.00 malam dengan berjalan santai kemungkinan butuh waktu sekitar enam jam apalagi banyak wanita yang tergabung dalam rombongan.
Mereka akan tiba dipuncak esok subuh dan sudah masuk di tanggal 12 Agustus 2015.
Tak terasa sudah beberapa jam mereka habiskan untuk mendaki, hingga waktu sudah memasuki subuh hari, Dania pun meminta teman-temannya untuk berhenti.
Wigi mengatakan Dania disaat itu minta berhenti untuk mengajak sholat subuh, namun rupanya dalam kondisi mendaki sangat susah untuk mencari tempat sholat, medan begitu terjal hingga mereka pun mencoba untuk naik lagi keatas.
"Awas batu, awas batu,"
Para pendaki saling memperingatkan, sesekali batu-batuan kecil menggelinding dari atas.
Meski kecil namun jika terpelanting ke wajah tentunya juga akan sangat berbahaya, debu dari atas juga kadang mengenai mereka hingga sesekali mereka harus menyipitkan mata
Hingga kemudian terjadilah hal yang mengerikan, nampaknya ada pendaki di atas salah pijak menyebabkan batu dengan ukuran yang cukup besar runtuh, menggelinding dengan cepat dan hampir mengenai barisan para pendaki.
Baca Juga: Cerita Horor Kisah Nyata! Tragedi Paiton Kecelakaan Truk vs Bus Pariwisata, 54 Orang Tewas Terbakar
Rekan-rekan Dania yang melihat ke atas awalnya memperkirakan batu itu akan mengarah ke kiri, namun tak disangka batu menghantam tebing dan terpecah, pecahan batu itulah yang kemudian mengenai seorang bernama Sari yang bukan termasuk rombongan dari Dania.
Sari terpental ke area Blank 75 yang merupakan sebuah jurang yang sangat terjal, Ia tersangkut dan langsung tak sadarkan diri.
Namun belum sampai disitu, batu tadi juga rupanya menghantam pendaki lainnya, Yoga Aditya dari rombongan lain terkena batu hingga kakinya patah.
Dan yang terakhir adalah rombongan Dania, dua pecahan batu mengarah ke mereka, teman-teman Dania berhasil menghindari pecahan pertama, namun pecahan pertama itu menyebabkan debu dan menghalangi pandangan.
Tak disangka ada pecahan kedua yang mengarah ke mereka Dania yang dalam keadaan tak siap terkena hantaman batu itu tepat dikepala, menyebabkan luka yang sangat serius.
Mereka yang menjadi saksi mengatakan batu itu berdiameter 80 cm, tentunya bukan ukuran yang kecil.
Teman-teman Dania langsung menolongnya, Rosihan langsung memapahnya disaat itu nafas Dania sudah tersengal-sengal, hingga Rosihan langsung menuntun Dania untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.
Nampak mulut Dania masih berusaha mengikuti hingga akhirnya Dania pun menghembuskan nafas terakhirnya.
Sementara ditempat berbeda, di saat itu petugas menerima laporan orang hilang. Yang dilaporkan Bukan Dania tetapi Daniel Saroha pendaki berumur 31 tahun dari Bogor.
Dikatakan korban hilang saat akan turun dan terakhir terlihat di batas vegetasi pukul sebelas siang.
Maka bergeraklah tim TNBT beserta tim SAR untuk mencari dan Daniel Saroha.
Namun siapa sangka begitu mereka sampai di atas mereka bukan menemukan Daniel melainkan menemukan Dania dan kawan-kawan.
Pada saat itu Dania dipapah dalam keadaan sudah tak bernyawa. Juga seorang bernama Yoga yang mengalami patah kaki karena insiden jatuhnya batu.
Maka akhirnya konsentrasi tim evakuasi dibagi menjadi dua, sebagian tim melanjutkan pencarian Daniel Saroha, sementara yang lain berkonsentrasi menurunkan jenaza Dania.
Selanjutnya jenazah Dania dibawa ke rumah sakit di Lumajang.
Orang tua dan ini menerima kabar sangat terpukul dengan berita itu, apalagi mereka tak tahu jika anaknya mendaki gunung Semeru.
Mereka pun langsung ke Surabaya menggunakan pesawat dan kemudian pergi ke Lumajang.
Begitu mereka sampai di kamar mayat Rumah Sakit dr Haryoto keluarga histeris dan tak kuasa menahan tangis terutama sang Ayah yang hampir pingsan dan dipapah oleh dua perempuan.
Sang ayah terlihat begitu sangat kehilangan, tak percaya Dania telah tiada hari itu juga ucapan Bela sungkawa langsung datang dari Rektor UNPAS Eddy Yusuf.
Ia turut berduka cita atas meninggalnya salah satu mahasiswa UNPAS jurusan teknik industri semester 3 bernama Dania Agustina Rahman.
Pihak kampus juga ikut datang melayat dan memberikan bantuan materil juga moril kepada keluarga almarhumah Dania.
Teman satu jurusan Dania, Reksi Rahadiansyah mengutarakan mendaki gunung Semeru memanglah impiannya setelah menaklukkan berbagai Gunung di Jawa Barat termasuk Gunung Pangrango.
Salah satu cita-cita Dania adalah mendaki gunung Semeru, tak disangka kini Dania beristirahat untuk terakhir kalinya dalam dekapan gunung Semeru.
Itulah kisah dari pendakian Dania di Gunung Semeru.***