JURNAL MEDAN - Indonesia adalah sumber inspirasi bagi semua orang, apalagi yang mampu meresapinya.
Ada jutaan keindahan di negeri yang terpampang luas dari Sabang hingga Merauke ini.
Kekayaan alam Indonesia pernah menarik bangsa Eropa hingga Amerika untuk menguasai ribuan kepulauan di negeri ini.
Baca Juga: Niat Mengusir Psikopat Anurag Joshi, Gopi Justru Berkelahi dengan Rashi : Bocoran Gopi ANTV Hari Ini
Keindahan alam Indonesia menawarkan panorama yang indah, tanah yang subur dari ujung ke ujung, hingga kekayaan laut yang melimpah dan kearifan penduduknya.
Salah satu dari banyak cara untuk mengapresiasi alam yang menakjubkan adalah dengan membuat puisi tentang alam Indonesia.
Ada banyak sekali puisi yang memuji keindahan Indonesia. Ada yang kagum, memuji, mengapresiasi, mengkritik, hingga prihatin dan menyindir.
Semua tergantung pada inpirasi yang didapatkan sekaligus suasana hati penulis saat membuatnya.
Baca Juga: Info Terbaru Laga PSMS vs PSPS di Liga 2, Kapten Syaiful Ramadhan: Insya Allah Kita ke Liga 1
Tidak semua inspirasi dapat dijadikan puisi. Terkadang butuh waktu bagi para penulis untuk dapat meresapi makna inspirasi yang mereka dapatkan.
Bagi yang ingin mulai membuat puisi alam dan membutuhkan inspirasi, berikut beberapa contoh puisi alam Indonesia:
Alam Desa
Bukit di atas tanah
Tertutup kabut tipis
Hawa sejuk mentari cerah
Padang rumput menghijau manis
Gemericik air di sungai terdengar halus
Halimun pagi menetes teduh
Air terjun mengguruh deru
Melaju membiru pantai
Sejuk asin hangat pesisir
Menerangi panorama desa
Mewarnai guratan alam
Mencipta indah alam desa
Indonesiaku
Satu negara makmur
Ratusan budaya kaya
Pulau beribu-ribu
Teteapi tetap satu
Bhinekka Tunggal Ika
Tetap satu walau berbeda
Itulah Indonesia
Ratusan juta rakyatnya
Tanahnya subur gembur
Kaya hasil alam
Itulah istimewa negaraku
Indonesiaku
Baca Juga: Wuih! Member Aespa Geser Dominasi BlackPink di Brand Reputation Girl Group Member Edisi November 2021
Kampung Halamanku
Gunung tinggi bukit menjulang
Sawah hijau menghampar
Langit biru mempesona
Itulah rumah asalku
Kampung halamanku
Semburan mentari di ufuk timur
Surya pagi memancarkan sinarnya
Sebersit sepoi angin berhembus
Mengiringi jalan bapak ke sawah
Ditemani nyanyian riang bocah
Kemana Perginya Alam Lestari
Dulu sering ku lihat hamparan hijau sawah beratapkan langit biru
Kiri kanan sawah, tengahnya sungai
Di antara gunung matahari terbit malu-malu
Namun sekarang kemana?
Lapisan tanah becek berwarna coklat setiap habis hujan
Kini tanahku berwarna abu
Lama kucari tanah becekku
Tapi kenapa sekarang tak nampak?
Cemara kehidupan tinggi menjulang
Menjadi rumah bagi banyak hewan buatan Tuhan
Sekarang cemaranya tidak berwarna hijau dan teduh
Tetap tinggi tapi banyak jendela, banyak lampu
Mengapa bisa begitu?
Sering banjir, sering longsor
Di barat ada asap bikin marah tetangga
Padahal dahulu tidak begitu
Ibu pertiwi cuma tersedu tapi tidak malu
Sayang sekali ibu pertiwi kini tidak hanya sedih
Menanggung pilu sambil tertatih
Anak-anaknya nakal semua
Biar dimarahi tapi tak pernah jera
Bunga
Sehari bungamu mekar
Lalu kelopakmu berguguran
Wangimu harum waktu mekar
Kini tiada lagi manismu
Sebentar saja wangimu
Padahal bunga lain bisa mekar lama
Sayangnya bunga ini cepat gugur secepat mekarnya
Secepat masa muda dan masa tua
Makanya ketika muda banyak belajar
Supaya waktu tidak terbuang percuma
Mengabdi diri supaya berguna
Jadi walaupun gugur akan terus mekar
Baca Juga: Update! Jadwal Liga 2 Pekan Ini: Ada Big Match PSMS Medan vs PSPS Riau
Pantai
Sinar surya terbit
Menyadarkan mataku
Mataku melihat birunya pantai
Pasirnya putih lembut sekali
Kerang di pantai berserakan
Membuat tangan gatal memainkannya
Sayangnya kini pantaiku rusak
Putih bersihnya ternoda kotor
Ombak bersih menyeret sampah
Tebaran kerang hilang semua
Tidak usah bertanya ulah siapa
Karena ini akibat tangan manusia
Mudah-mudahan mereka nanti sadar
Apa yang sesungguhnya telah diperbuat
Atau mungkin harus mulai dari diri sendiri
Supaya tidak ikut merusak
Lalu kurogoh kantongku
Ku ambil kerangku dan kusimpan kembali di pasir putih
Baca Juga: Drama 'Terpaksa Menikahi Tuan Muda' Minggu 21 November 2021: Amanda Makin Gencar Goda Abhimana
Hijau, Biru, dan Hitam
Kututup mataku sambil memandang lurus
Kulihat hitam
Kubuka mataku mendongak ke atas
Kulihat biru
Kualihkan mataku kebawah
Kulihat hijau
Lalu, kututup lagi mataku
Lagi, kulihat hitam
Lama ku memejam
Sambil mengandai
Kira-kira warna apalagi berikutnya
Kubuka mataku mendongak ke atas
Kulihat mendung
Kualihkan mataku kebawah
Kulihat abu
Sebentar saja ku memejam
Sambil menyadari
Biru dan hijaunya
Kini sudah berganti warna
Pemandangan Alam
Sejauh mataku memandang
Pohon hijau tinggi menjulang
Gunung besar menantang
Dipayungi langit biru yang biru terang
Di bawahnya mengalir sungai bening
Warnanya bersih dingin sekali
Di kiri kanan sawah kuning menghampar
Luas membentang
Hasil letih para petani
Berjuang di tengah terik demi memanen padi
Ketika mentari terbenam
Warnanya emas kemerahan
Berisik angin meniup lembut
Seluruh penat di benakku
Tak kuasa diri menampi
Kuasa indah pemandangan ini
***