JURNAL MEDAN - Pernahkan anda mengukur berat snack atau makanan ringan saat membelinya di toko swalayan atau warung?
Di masa pandemi, kehidupan semakin sulit dan banyak tantangan ini, maka mengonsumsi snack terkadang bisa menjadi barang mewah.
Apalagi dengan semakin banyaknya kegiatan work from home atau school from home.
Ukuran Snack saat ini makin sedikit, beratnya makin ringan, tetapi harga tetap sama. Nah kondisi inilah yang disebut dengan Shrinkflation.
Di dalam istilah ekonomi Shrinkflation diartikan sebagai penyusutan.
Adalah proses barang menyusut dalam ukuran atau kuantitas, atau bahkan kadang-kadang merumuskan atau mengurangi kualitas sementara harganya tetap sama atau malah naik.
Dengan kata lain, Shrinkflation adalah kondisi dimana konsumen mendapatkan sedikit produk, tapi produsen mengurangi isi.
Kondisi ini kerap terjadi saat biaya naik, maka produsen akan mencari cara untuk mengimbangi kenaikan biaya tersebut.
Kenaikan biaya produksi bisa terjadi karena kenaikan bahan baku, kesulitan bahan baku, transportasi, tenaga kerja dan pengeluaran lainnya.
Namun konsumen selama ini sangat sensitif terhadap harga saja. Mereka tidak tahu atau bahkan tidak peduli dengan massa produk. Padahal mereka sendiri dirugikan.
Edward Dworsky, mantan asisten jaksa agung di Massachusetts, AS, menyatakan ketidakpedulian terhadap massa produk adalah kerugian bagi konsumen.
Baca Juga: Masih Aktif! Ini Kode Redeem ML Hari Ini 14 Agustus 2021 dan Cara Klaim
"Konsumen sadar harga, tetapi konsumen tidak sadar berat bersih massa produk," ujar Edward yang merupakan peneliti taktik perampingan produk di AS. ***