Network
JURNAL MEDAN - Meskipun tereleminasi di MasterChef Indonesia Season 9, Devy tidak menangis dan memperlihatkan dirinya adalah sosok yang kuat dan mandiri.
Devy tidak menangis atau meneteskan air mata sedikitpun ketika ia tereleminasi dari MasterChef Indonesia Season 9.
Ternyata sosok mandiri dan kuat yang dimiliki Devy sudah didapatkannya jauh sebelum ia mengikuti ajang MasterChef Indonesia Season 9.
Itulah alasannya ia tidak menangis. Namun ia hanya mengaku sedikit sedih saat tereleminasi dari kompetisi MasterChef Indonesia.
Baca Juga: Doa Nisfu Sya'ban dan Artinya Lengkap 2 Amalan yang Boleh Dilakukan
Devy sebenarnya memiliki cerita hidup yang cukup sedih dan keras sejak ia masih kecil.
Sejak remaja, Devy telah menjadi yatim piatu dan ditinggal kedua orangtuanya yang lebih dulu dipanggil kehadapan Tuhan.
Di MCI9 ia sempat dianggap sombong karena sering menjatuhkan mental peserta yang masuk pressure test. Hal itu diungkapkannya di akun Instagram devy.mci9official.
"Banyak yang kira aku kaya, sombong, dan belagu. Padahal sebenarnya aku anak yatim piatu yang sempat gak punya apa,' ujar Devy.
Baca Juga: Ini Daftar Harga Minyak Goreng Kemasan di Pasar Modern dan Tradisional Kamis 17 Maret 2022
Namun dibalik kesombongannya dalam acara MCI9, ternyata itu adalah kebutuhan konten yang disuruh dilakukan tim kreatif.
Devy juga sempat bercerita lika liku kisah hidupnya dalam menjalani hidup sebatang kara.
"Bisa ikut MCI9 ini uda kaya halu buat aku haha. Dari kecil aku gak punya orang tua. Mama aku meninggal, papa pernah masuk penjara, dan nyusul mama karena stress dan sakit-sakitan," ungkap Devy.
Seorang anak kecil yang kehilangan arah, pas lulus SMA, waktu semuanya tahu mau ngapain, aku ga tau mau ngapain, atau kuliah kemana, inget banget pas SMA SPO aja ga bisa bayar. Bayar sekolah sendiri dari kecil, karena dengar dari kerabat kuliah di Jerman itu gratis kalo sambil kerja, aku mencoba," sambungnya.
Lulus SMA ia langsung berangkat ke Jerman dengan uang yang tidak banyak, hanya satu juta rupiah itupun habis untuk membuat VISA dan kebutuhan lainnya untuk berangkat.
Devy juga menyempatkan waktu luangnya ketika selesai kuliah di Jerman yakni bekerja paruh waktu untuk memenuhi biaya sekolah dan sehari hari.
"Mulai dari baby sitter, cebokin anak orang, di marahin karena bahasa yang super jelek, karena ga sanggup les bahasa Jerman yang bagus. Bersih-bersih di toko kue, bersih-bersih rumah, sikatin WC orang kaya yang gede banget. Kerja di restaurant China, toko kue Turki (ownernya galak banget) sampai bawa jalan anjing untuk poop," pungkasnya.***
