Jenderal Sadis Pembantai Muslim Rohingya Jadi Otak Dibalik Kudeta Militer Mynamar. Ini Sosoknya

- 3 Februari 2021, 13:06 WIB
Ilustrasi kudeta militer
Ilustrasi kudeta militer /tangkapan layar youtube.com /UATV English

JURNAL MEDAN - Dunia mengecam militer Myanmar yang melakukan kudeta dan menahan sejumlah tokoh pro demokrasi negeri itu. salah satu yang ditahan adalah Aung San Suu Kyi. Ini bukan pertama kalinya militer Myanmar melakukan aksi kudeta. Pada tahun 1962 tindakan serupa pernah dilakukan militer.

Kudeta Myanmar selalu diotaki seorang jenderal besar. Pada kudeta kali ini, tokoh intelektualnya adalah Jenderal Senior bernama Min Aung Hlaing. Hlaing lah yang mengambil keputusan untuk melakukan kudeta, kemudian menerapkan status darurat di Myanmar. Hlaing juga yang memerintahkan penangkapan Aung San Suu Kyi.

Siapa sebenarnya Jenderal Hlaing ini? Jenderal Hlaing menempuh pendidikannya bidang hukum di Universitas Yangon pada 1972-1974. Sang jenderal memutuskan bergabung dengan militer pada tahun 1974. Ia masuk Akademi Layanan Pertahanan (DSA).

Baca Juga: Kembali Ditahan oleh Militer Myanmar, Ini Deretan Kontroversi Aung San Suu Kyi Soal Genosida Rohingya

Jenderal Min Aung Hlaing
Jenderal Min Aung Hlaing

Sebenarnya, Hlaing tidak memiliki prestasi luar biasa selama pendidikan militernya. Bahkan, karirnya relatif lambat. "Dia dipromosikan secara teratur dan lambat," kata teman sekelas Jenderal Hlaing semasa di pendidikan militer, sebagaimana dilansir Reuters pada 1 Februari 2021.

Secara pribadi, ia juga memiliki karakater pendiam. "Dia orang yang tidak banyak bicara. Tidak mau menonjolkan diri," tulis Reuters.

Jenderal Hlaing mulai menjalankan aksi militer berbau pada politik pada tahun 2009. Ketika itu, ia menggulingkan kekuasaan pemimpin regional Peng Jiasheng di wilayah Kokang yang dekat dengan China.

Pada tahun 2011, ia kemudian mengambil alih pimpinan militer. Saat itu Myanmar sedang mengalami transisi menuju demokrasi. Karir militer dan politik Hlaing semakin melejit. Pada tahun 2016, ia memperpanjang masa jabatannya sebagai pimpinan militer selama lima tahun. Padahal, seharusnya ia sudah memasuki masa pensiun.

Halaman:

Editor: Sunardi Panjaitan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x