Ini kalau Allah mau balas dengan balasan yang sepadan. Aisyah menghibahi Shafiyah dengan satu kalimat. Itupun dengan isyarat. Bagaimana dengan dosa ghibah yang kita lakukan? Kita mengghibah sepuluh kalimat. Bahkan bisa berjam-jam. Seandainya Allah mau balas dengan balasan setimpal pasti kita binasa. Tapi Dia Yang Maha Penyayang telah banyak memaafkan kita. Kemudian membalas dengan sedikit saja. Tujuan membalasnya pun adalah bukan dendam. Tapi karena kasih sayang.
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Ibadallah,
Lalu musibah corona ini, bagaimana solusinya menurut sudut pandang syariat? Kalau dari sudut pandang Kesehatan kita sudah mengetahui. Yaitu 3 M. Memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Tapi perlu kita tambahkan solusi dari sudut pandang syariat juga. Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu berkata,
ما نزل بلاء إلا بذنب ولا رفع بلاء إلا بتوبة
“Tidaklah musibah itu datang kecuali karena dosa. Dan tidak akan diangkat kecuali dengan taubat.”
Dengan demikian, menurut syariat solusinya adalah bertaubat. Karena itu, selain menjaga 3 M, perlu juga kita semarakkan ajakan taubat dan istighfar di tengah masyarakat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ”
“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” [HR. Ahmad].