Teks Khutbah Jumat Terbaru 6 Mei 2022: Tiga Ciri Orang Sukses Setelah Ramadhan atau Idul Fitri

- 5 Mei 2022, 17:37 WIB
Ilustrasi Khutbah Jumat Tema Ciri Orang Sukses Setelah Ramadhan
Ilustrasi Khutbah Jumat Tema Ciri Orang Sukses Setelah Ramadhan /Ilustrasi khutbah jumat

 

JURNAL MEDAN - Teks khutbah Jumat ini cocok disampaikan pada pelaksanaan sholat Jumat pertama setelah Ramadhan atau Hari Raya Idul Fitri berlalu atau 6 Mei 2022.

Tema khutbah Jumat kali ini mengenai tiga ciri orang sukses setelah Ramadhan berlalu bagi mereka   yang telah disibukkan dengan ibadah selama Ramadhan kemarin.

Sebagaimana diketahui jika dalam khutbah Jumat, penceramah dapat memberikan motivasi kepada jamaah agar senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada sang maha pencipta Allah Subhanahu Wa Taala.

Baca Juga: Sinopsis Terpaksa Menikahi Tuan Muda Hari Ini 5 Mei 2022: Kinanti Ajak Abhimana Sholat, Suami Pun Tersentuh

Setelah Ramadhan usai semua orang akan disibukkan kembali dengan aktivitas duniawi untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari.

Namun bagi yang sukses dalam Ramadhan kemarin akan terlihat tanda ketaqwaan dalam dirinya karena sudah terlatih menahan diri selama Ramadhan kemarin.

Pada saat menjalani aktivitas puasa di bulan Ramadhan umat Islam dituntut untuk dapat mengendalikan syahwatnya dari sesuatu yang bisa membatalkan atau menghilangkan pahala puasanya.

Baca Juga: Prediksi dan Head To Head Indonesia U23 vs Vietnam di Laga Pembuka SEA Games 2021 Tayang Live di RCTI

Akan sangat tepat jika tema khutbah Jumat ini disampaikan sebagai pemicu semangat baru bagi jamaah agar tetap memupuk keimanan dan ketaqwaannya.

Berikut ini teks lengkap khutbah Jumat yang dilansir dari laman khutbahsingkat.com cocok disampaikan penceramah dalam khutbah Jumat pertama di bulan Syawal ini.

اَلْحَمْدُ ِللَّهِ الَّذِى أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْـمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ ، وكَتَبَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ اَلَّذِى هُوَ رُكْنٌ مِنْ أَرْكَانِ اْلاِسْلاَمِ ، أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً أَدَّخِرُهَا لِيَوْمِ الزِّحَامِ ،وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى دَارِ السَّلاَم

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ وَمَصَابِيْحِ الظُّلاَمِ

أمَّا بعْدُ ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ وَتَرْكِ الأَثَامِ تَدْخُلُوْا جَنَّةَ رَبِّكُمْ بِسَلاَمٍ ، وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Sebagai salah satu rukun dalam khutbah Jumat, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk senantiasa memperkuat dan meningkatkan komitmen keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.

Allah swt telah menjanjikan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 bahwa orang yang paling bertakwa akan mendapatkan posisi yang paling mulia di sisi Allah swt.

Baca Juga: Untuk Pemburu Booyah. Klaim Kode Redeem Free Fire atau FF 5 Mei 2022 Terbaru dari Garena

  اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ

Artinya: Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.

Hadirin ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah..

Baru saja kita merayakan lebaran atau Idul Fitri bersama-sama. Pada hari raya Idul Fitri hampir selalu diwarnai dengan gegap gempita kegembiraan umat Islam di berbagai penjuru dunia. Gema takbir dikumandangkan di malam harinya, kalimat tahmid saling bersahutan antara satu dengan lainnya.

Idul Fitri tiba ketika umat Islam menjalankan ibadah wajib puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sepanjang bulan suci tersebut, mereka menahan lapar, haus, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam.

Puasa itu ibarat bulan ujian bagi mereka yang akan mengikuti seleksi tertentu. Selama sebulan kita digembleng untuk belajar lebih serius, mengurangi jam bermain, dan menghindari hal-hal lain yang bisa mengganggu hasil ujian tersebut.

Setelah melewati momen-momen penting sebulan penuh, umat Islam pun berhak mendapatkan hasilnya. Apa hasil itu? Jawabannya tak lain adalah predikat “takwa”, sebagaimana terdapat di Al-Baqarah ayat 183:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Takwa merupakan standar paling tinggi tingkat kemuliaan manusia. Semakin tinggi kualitas takwa kita, indikasi semakin tinggi pula kesuksesan kita berpuasa. Demikian juga sebaliknya, semakin hilang kualitas takwa dalam diri kita, pertanda semakin gagal kita sepanjang Ramadhan.. Inna akramakum ‘indallâhi atqâkum.

Namun, pertanyaan kemudian adalah apa ciri-ciri muttaqîn (orang-orang yang bertakwa)?

Jamaah Hafidhakumullah

Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan ciri-ciri orang takwa. Salah satu ayatnya terdapat dalam surat Ali Imran:


 الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَـــافِينَ عَنِ النَّــاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُـحْسِنِــينَ

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada saat sarrâ’ (senang) dan pada saat dlarrâ’ (susah), dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran: 134)

Ayat tersebut memaparkan tiga sifat yang menjadi ciri orang bertakwa.

1. Gemar Sedekah

Kalangan ini rela menyedekahkan sebagian hartanya dalam kondisi senang ataupun sulit. Dan orang bertakwa tidak akan sibuk hanya memikirkan diri sendiri. Ia mesti berjiwa sosial, menaruh empati kepada sesama, serta rela berkorban untuk orang lain dalam setiap keadaan. Bahkan, ia tidak hanya suka memberi kepada orang yang dicintainya, tapi juga kepada orang-orang memang membutuhkan.

Dalam konteks Ramadhan dan Idul Fitri, sifat takwa pertama ini sebenarnya sudah mulai didorong oleh Islam melalui ajaran zakat fitrah. Zakat fitrah merupakan simbol bahwa “rapor kelulusan” puasa harus ditandai dengan mengorbankan sebagian kekayaan kita dan menaruh kepedulian kepada mereka yang lemah.

Ayat tersebut menggunakan fi’il mudhari’ yunfiqûna yang bermakna aktivitas itu berlangsung konstan/terus-menerus. Dari sini, dapat dipahami bahwa zakat fitrah hanyalah awal atau “pancingan” bagi segenap kepedulian sosial tanpa henti pada bulan-bulan berikutnya.

2. Mampu Menahan Amarah

Marah merupakan gejala manusiawi. Tapi orang-orang yang bertakwa tidak akan mengumbar marah begitu saja. Al-kâdhim (orang yang menahan) serumpun kata dengan al-kadhîmah (termos). Kedua-duanya mempunyai fungsi membendung: yang pertama membendung amarah, yang kedua membendung air panas.

Selayak termos, orang bertakwa semestinya mampu menyembunyikan panas di dadanya sehingga orang-orang di sekitarnya tidak tahu bahwa ia sedang marah. Bisa jadi ia tetap marah, namun ketakwaan mencegahnya melampiaskan itu karena tahu mudarat yang bakal ditimbulkan. Termos hanya menuangkan air panas pada saat yang jelas maslahatnya dan betul-betul dibutuhkan.

Oleh karena itu, selepas Ramadhan dan lebaran sudah seharusnya umat Islam mampu mengontrol emosinya sebaik mungkin. Mencegah amarah menguasai dirinya, dan bersikap kepada orang-orang pernah membuatnya marah secara wajar dan biasa-biasa saja. Ramadhan semestinya telah melatih orang untuk berlapang dada, bijak sana, dan tetap sejuk menghadapi situasi sepanas apa pun.

3. Memaafkan Kesalahan

Sepanjang Ramadhan, umat Islam paling dianjurkan memperbanyak permohonan maaf kepada Allah dengan membaca:

 اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Artinya: Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan, ampunilah aku.

Kata ‘afw (maaf) diulang tiga kali dalam kalimat tersebut, menunjukkan bahwa manusia memohon dengan sangat serius ampunan dari Allah SWT. Memohon ampun merupakan bukti kerendahan diri di hadapan-Nya sebagai hamba yang banyak kesalahan dan tak suci.

Cara ini, bila dipraktikkan dengan penuh penghayatan, sebenarnya melatih orang selama Ramadhan tentang pentingnya maaf. Bila diri kita sendiri saja tak mungkin suci dari kesalahan, alasan apa yang kita tidak mau memaafkan kesalahan orang lain? Maaf merupakan sesuatu yang singkat namun bisa terasa sangat berat karena persoalan ego, gengsi, dan unsur-unsur nafsu lainnya.

Amatlah arif ulama-ulama di Tanah Air yang menciptakan tradisi bersilaturahim dan saling memaafkan di momen lebaran. Sempurnalah, ketika kita usai membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan kepada Allah, selanjutnya kita saling memaafkan kesalahan masing-masing di antara manusia.

Demikian teks khutbah Jumat dengan tema tiga ciri orang sukses setelah Ramadhan berlalu, semoga bermanfaat bagi semuanya.***

Pertanyaan akhirnya adalah, sudah berapa kali puasa kita lewati sepanjang kita hidup? Sudahkah ciri-ciri sukses Ramadhan tersebut melekat dalam diri kita? Wallahu a’lam bish shawab, mari kita saling mengevaluasi diri semuanya.***

Editor: Ahmad Fiqi Purba


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah