Naskah Khutbah Jumat Terbaru, Tema: Hati-Hati dengan Doa Orang Terzalimi

- 31 Mei 2022, 23:03 WIB
Ilustrasi Khutbah Jumat Tema: Hati-Hati dengan Doa Orang Terzalimi
Ilustrasi Khutbah Jumat Tema: Hati-Hati dengan Doa Orang Terzalimi /Pixabay/apassingstranger.

 

JURNAL MEDAN - Naskah khutbah Jumat terbaru dan singkat dengan tema hati-hati dengan doa orang terzalimi.

Naskah khutbah Jumat ini sangat cocok disampaikan agar jamaah senantiasa bisa menjaga hubungan baik dengan sesama manusia.

Sebagaimana diketahui jika khutbah Jumat adalah satu rukun dalam sholat Jumat agar sholat menjadi sah.

Baca Juga: Surat Yasin 83 Ayat Lengkap dengan Doa Setelah Membacanya, Banyak Keistimewaan Jika Dibaca Setiap Hari

Selain itu khutbah Jumat adalah momen yang tepat untuk menyampaikan peringatan kepada jamaah tanpa menyinggung kepribadiannya secara langsung.

Di era sekarang ini sangat banyak orang yang berprilaku buruk tanpa peduli dengan perasaan yang di alami oleh orang lain.

Untuk itu naskah khutbah Jumat ini cocok disampaikan agar jamaah sholat Jumat lebih hati-hati dalam bersikap agar jangan sampai menzalimi orang lain.

Baca Juga: Contoh Soal UAS Tematik Kelas 5 SD MI Lengkap dengan Pembahasan, Tema 8: Lingkungan dan Sahabat Kita

Berikut ini naskah lengkap khutbah Jumat yang mengangkat tema hati-hati dengan doa orang yang terzalimi dilansir dari laman khutbahjumat.com.

MUKADIMAH KHUTBAH PERTAMA

الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ، أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ (سورة الطلاق: 1)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Baca Juga: Edy Rahmayadi Tanggapi Polemik PSMS Medan di Kongres PSSI 2022, Saya Akan Ambil Tindakan Hukum

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.

Kaum Muslimin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah, Khutbah siang ini mengambil tema: “Waspadai Doa Orang yang Terzalimi!”.

Hadirin rahimakumullah,

az Zhulm atau kezaliman didefinisikan dengan beberapa makna, di antaranya:

Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat Singkat Padat Penuh Makna, Tema: 3 Usaha Menjaga Istiqamah dalam Ibadah

 مُخَالَفَةُ أَمْرِ وَنَهْيِ مَنْ لَهُ الأَمْرُ وَالنَّهْيُ

“Melanggar perintah dan larangan Dzat yang berhak memerintah dan melarang.”

   مُجَاوَزَةُ الحَدِّ

“Melampaui batas.”

 التَّصَرُّفُ فِي مِلْكِ الْغَيْرِ بِغَيْرِ إِذْنِهِ

“Bertindak terhadap milik pihak lain tanpa seizinnya.”

 وَضْعُ الشَيْءِ فِي غَيْرِ مَوْضِعِهِ

“Meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya.”

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, zalim diartikan sebagai orang yang melakukan perbuatan aniaya yang merugikan dirinya sendiri dan/atau orang lain. Semua pengertian zalim dan kezaliman ini saling terkait satu sama lain. Lawan kata dari zalim adalah adil. Adil adalah memberikan hak kepada setiap yang berhak mendapatkannya, atau berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran.  

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Secara garis besar, kezaliman ada dua yakni pertama, kezaliman yang bahayanya mengenai orang lain, seperti menyakiti orang lain, mengambil dan memakan harta milik orang lain tanpa hak, memakan harta anak yatim, menunda-nunda bayar hutang padahal mampu melunasinya, tidak memberikan upah kepada pekerja, memukul istri tanpa hak, mengajarkan ilmu agama padahal tidak memiliki keahlian, berfatwa tanpa ilmu dan lain sebagainya. Mengajarkan agama tanpa dasar ilmu termasuk kezaliman karena hal itu dapat menyababkan banyak orang menjadi sesat.

Begitu pula berfatwa tanpa landasan ilmu dapat menjerumuskan banyak orang ke dalam perkara-perkara yang haramkan dan dilarang oleh agama. Kedua adalah kezaliman yang bahayanya mengenai diri sendiri, seperti meninggalkan shalat lima waktu tanpa uzur, meninggalkan puasa Ramadhan tanpa uzur dan lain sebagainya. Allah ta’ala berfirman:

وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ (سورة الطلاق: 1)

Artinya: “Dan barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri” (QS ath Thalaq: 1)

Sedangkan kezaliman yang paling besar, paling parah dan paling berbahaya adalah kekufuran dengan semua jenisnya. Allah ta’ala berfirman:

وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ (البقرة: 253)

Artinya: “Orang-orang kafir itulah orang yang zalim” (QS al Baqarah: 253)

Yakni, orang-orang kafir telah melakukan puncak kezaliman. Allah menyebut orang-orang kafir sebagai orang yang zalim karena kekufuran adalah kezaliman yang paling besar, paling parah dan paling tinggi.

Seluruh kezaliman selain kufur dibandingkan dengan kufur tidak ada apa-apanya. Artinya, kezaliman lain selain kufur dianggap sedikit jika dibandingkan dengan kezaliman yang berupa kufur. Orang yang mati dalam keadaan kafir, maka di akhirat ia masuk neraka selama-lamanya.

Dalam ayat yang lain, Allah ta’ala menegaskan:

اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ (لقمان: 13)

Artinya: “Sesungguhnya kemusyrikan adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS Luqman: 13)

Hadirin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah,

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan al-Bukhari, Muslim dan lainnya, dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dijelaskan bahwa orang yang bangkrut dan merugi adalah seseorang yang datang pada hari kiamat kelak dengan membawa pahala shalat, puasa, zakat dan ibadah-ibadah lainnya.

Tapi sewaktu hidup di dunia, ia banyak berbuat zalim kepada orang lain. Maka pahala-pahala kebaikannya akan diambil seukuran dengan kadar kezaliman yang ia lakukan dan diberikan kepada orang-orang yang pernah ia zalimi.

Apabila seluruh pahala kebaikannya telah habis, sedangkan ia masih memiliki tanggungan kezaliman kepada orang lain, maka dosa-dosa mereka yang pernah ia zalimi akan diambil dan ditimpakan kepadanya. Lalu ia dilemparkan ke dalam neraka.

Hadirin yang dirahmati Allah, Kita harus berhati-hati dan mewaspadai doa orang yang terzalimi. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu ketika mengutusnya untuk berdakwah ke Yaman:

وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ ( رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

Artinya: “… takutlah dan waspadalah terhadap doa orang yang terzalimi karena tidak ada antara ia dan Allah penghalang (mustajabah)” (HR al Bukhari)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dikisahkan bahwa ada seorang perempuan yang shalihah memiliki rumah kecil di samping istana megah seorang raja. Rumah kecil itu mengurangi keindahan istana sang raja. Setiap kali raja meminta kepada perempuan itu untuk menjualnya, ia menolak.

Hingga suatu ketika, perempuan itu keluar rumah dalam sebuah perjalanan. Ketiadaan perempuan itu di rumahnya digunakan kesempatan oleh raja untuk merobohkan bangunan rumahnya. Setelah perempuan pemiliki rumah kembali ke rumahnya, ia diberitahu jika yang merobohkan rumahnya adalah raja. Spontan ia menengadah sembari mengangkat kedua tangannya dan berdoa:

إِلَهِيْ وَمَوْلَاي رَبَّ العَالـَمِيْنَ أَنَا الضَّعِيْفَةُ وَأَنْتَ القَاهِرُ، لِلضَّعِيْفِ مُعِيْنٌ وَلِلْمَظْلُوْمِ نَاصِرٌ

Artinya: “Tuhanku Pemilik sekalian alam raya, aku-lah hamba yang lemah dan Engkau-lah yang Maha Menguasai dan Maha Menundukkan, hamba yang lemah dan teraniaya ini pasti memiliki penolong.”

Lalu perempuan itu duduk-duduk di depan bekas rumahnya yang telah roboh. Tidak lama kemudian, raja keluar istana bersama rombongannya. Ketika melihat perempuan itu, raja menanyainya, apa yang sedang ia lakukan. Perempuan itu menjawab: “Aku sedang menunggu robohnya istanamu”. Raja menertawakannya dan berlalu begitu saja. Malam pun tiba. Kekuasaan Allah datang. Raja beserta seluruh bangunan istana dibenamkan dan ditenggelamkan ke dalam tanah.

Hadirin rahimakumullah,

Oleh karena itulah, marilah kita amalkan hadits yang disabdakan oleh baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

 اُنْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُوْمًا، فَقَالَ رَجُلٌ: أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُوْمًا أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ؟ قَالَ: تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذلِكَ نَصْرُهُ (رَوَاهُ البُخَارِيُّ)

Artinya: “Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang terzalimi!”. Seorang sahabat bertanya: Saya membantunya jika ia terzalimi, tapi jika ia zalim, bagaimana menolongnya?. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Engkau menghalanginya atau mencegahnya dari berbuat zalim, sungguh itulah cara menolongnya” (HR al Bukhari dan Muslim)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.***

 

 

Editor: Ahmad Fiqi Purba


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah