Naskah Khutbah Idul Adha 2022, Materi Totalitas Beriman Seperti Keluarga Nabi Ibrahim

- 2 Juni 2022, 10:20 WIB
Naskah Khutbah Idul Adha 2022, Materi Totalitas Beriman Seperti Keluarga Nabi Ibrahim
Naskah Khutbah Idul Adha 2022, Materi Totalitas Beriman Seperti Keluarga Nabi Ibrahim /Masjid raya Padangsidimpuan/ Ade Kurniawan SE

Ibadah haji, shaum Arafah, shalat Idul Adha, dan udhiyah (yaitu menyembelih hewan ternak tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wajalla pada tanggal 10, 11 12, dan 13 Dzulhijah) kembali menyapa kaum muslimin pada tahun ini. Setiap tahun, keempat ibadah yang istimewa ini hadir di hadapan kaum muslimin. Setiap tahun keempatnya berulang datang.

Pengulangan demi pengulangan tersebut seharusnya meninggalkan bekas yang mendalam bagi keimanan dan ketakwaan kita. Bukan sebaliknya, kehadiran demi kehadirannya menjadikannya peristiwa yang kita anggap biasa saja. Akibatnya, datang dan pergi begitu saja, tanpa ada manfaat bagi dunia dan akhirat kita, tanpa ada maslahat bagi individu kita dan umat kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallahu, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamdu….

Jamaah Shalat dan Khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Ibadah-ibadah istimewa di bulan suci Dzulhijah ini tidak bisa dipisahkan dengan sejarah kehidupan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam, Nabiyullah Ismail ‘alaihissalam, dan ibunda Hajar. Jika kita mentadabburi sejarah mereka dengan seksama, niscaya kita bisa memetik banyak pelajaran berharga untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita.

Salah satu pelajaran terpenting yang bisa dipetik dari sejarah kehidupan mereka adalah memahami bahwa hakekat ajaran agama Islam adalah al-istislaam lillah. Yaitu berserah diri sepenuhnya kepada perintah dan larangan Allah ‘azza wajalla. Berserah diri sepenuhnya kepada agama Allah dan syariat-Nya. Menerima sepenuh jiwa pedoman hidup yang diturunkan-Nya kepada Nabi dan Rasul-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sang penutup seluruh nabi dan rasul.

Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihissalam telah memberikan contoh keteladanan dalam berserah diri kepada Allah ‘azza wajalla semata. Saat mendapat perintah untuk menyembelih sang anak Ismail ‘alaihissalam, Ibrahim ‘alaihissalam sang bapak melaksanakannya dengan penuh keikhlasan dan kepasrahan. Demikian pula Ismail ‘alaihissalam menerimanya dengan kelapangan hati dan kepasrahan jiwanya kepada Allah semata. Allah mengabadikan kepasrahan jiwa keduanya kepada Allah, dengan firman-Nya:

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ

“Maka ketika keduanya telah menyerahkan diri kepada Allah dan ia (Ibrahim) membaringkan anaknya (Ismail) pada dahinya.” (QS. Ash-Shafat [37]: 103)

Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari dalam tafsirnya, Jami’ul Bayan ‘an Ta’wili Ayyil Qur’an, berkata, “Maknanya adalah keduanya menyerahkan urusannya kepada Allah semata, keduanya berserah diri kepada-Nya, keduanya bersepakat untuk menerima perintah Allah dan ridha dengan takdir-Nya.”

Halaman:

Editor: Ahmad Fiqi Purba


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x