Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لأَنْ يَحْتَطِبَ أحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أنْ يَسْألَ أحداً فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ
“Sungguh, seorang yang bekerja memikul seikat kayu bakar di punggungnya, itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain. Bisa jadi orang itu memberinya atau tidak memberinya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].
Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat PDF 2022 Penuh Pesan Moral, Tema 5 Akibat Meninggalkan Syariat Nahi Mungkar
DariRifa’ah bin Rafi’,
عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ : أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ سُئِلَ: أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ؟ قَالَ: عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ، وكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Pekerjaan apa yang terbaik”? Beliau menjawab, “Hasil usaha seseorang dengan tangannya sendiri. Dan setiap perdagangan yang baik.”
Ma’asyiral muslimin, Islam memerintahkan agar seseorang berusaha menjemput rezeki dengan cara yang halal. Islam juga memberi motivasi dan mencitai hal tersebut. Sebaliknya, Islam menyatakan keharaman pekerjaan dan hasil usaha yang haram. Islam juga telah menjelaskan konsekuensi dari hasil usaha yang haram dan hukuman bagi orang-orang yang melakukannya. Hukuman di dunia dan akhirat. Berikut juga konsekuensi atau dampak yang ia terima untuk istri dan anak-anaknya.
Allah Azza wa Jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تأكلوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ