Khutbah Idul Adha 2022/1443 H Singkat, Menggetarkan Jiiwa, Semangat Qurban dan Syariat dalam Berkurban

- 7 Juli 2022, 11:18 WIB
Ilustrasi Naskah Khutbah Idul Adha 2022/1443 H Singkat, Menggetarkan Jiiwa, Materi Semangat Qurban dan Syariat dalam Berkurban
Ilustrasi Naskah Khutbah Idul Adha 2022/1443 H Singkat, Menggetarkan Jiiwa, Materi Semangat Qurban dan Syariat dalam Berkurban /Pixabay

JURNAL MEDAN - Terdapat contoh teks khutbah Idul Adha terbaru 2022 atau 1443 H yang Singkat dan Menggetarkan Jiiwa, tentang qurban.

Materi naskah kali ini dengan isi pembahasan Semangat dalam Qurban dan Syariat Berkurban.

Pilihan naskah ini dengan pembahasaan dan bahasa yang sederhana dan bisa di sampaikan khatib.

Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat Singkat Bulan Dzulhijjah, Tema Amalan Berpahala Besar Seperti Ibadah Haji dan Umrah

Semoga naskah ini menjadi pedoman atau referensi yang tepat

Naskah kali imni dikutip dari Tim Ilmiyah Yayasan Amal Jariyah Indonesia.

Berikut naskah khutbah selengkapnya.

Khutbah Pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا

Baca Juga: Kapan Puasa Arafah 2022? Apa Keutamaan Puasa Arafah? Begini Penjelasannya!

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ : فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ﷺ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى نَبِيِّنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنِ

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd

Kita berkumpul di tempat ini berhari raya, bergembira ria, berbahagia bersama datang dengan satu tujuan, melaksanakan shalat Idul Adha. Yang kaya dan yang miskin, yang tua maupun anak muda, para pejabat ataupun rakyat jelata, bersatu padu dalam barisan shaf shalat, demi kesatuan dan persatuan ummat Islam.

Kaum muslimin rahimakumullah

Di antara Ulama memandang bahwa hari ini adalah hari termulia dan teragung di sisi Allah dalam satu tahun.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قُرْطٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ

Dari Abdullah bin Qurth dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Sesungguhnya hari yang teragung di sisi Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah hari Nahr (Hari Raya Kurban), kemudian hari qarr (setelah hari Nahr).” (HR. Abu Dawud, no. 1765)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd

Mari sejenak kembali menyelami kisah yang sangat indah, membuat mata berkaca-kaca meneteskan airnya, kisah perjuangan Abul anbiya (ayahanda para Nabi) yaitu Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sekeluarga. Dengan pengorbanan merekalah, Allah Ta’ala tetapkan berbagai macam syariat yang ada pada hari-hari mulia seperti ini.

Syariat rukun islam yang kelima, syariat memuliakan ka’bah dan kota Mekah, syariat sa’i, syariat setelah tawaf shalat sunnah di belakang maqam ibrahim, syariat melempar jumrah, syariat udhiyah atau kurban, dan syariat-syariat lainnya, semua itu asalnya dari apa yang dikorbankan oleh keluarga yang tegar nan mulia ini.

Peninggian fondasi pembangunan ka’bah merupakan buah hasil jerih payah pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan anaknya yaitu Nabi Ismail ‘alaihimassalam. Allah Ta’ala berfirman,

* وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَٰهِۦمُ ٱلْقَوَاعِدَ مِنَ ٱلْبَيْتِ وَإِسْمَٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

رَبَّنَا وَٱجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah taubat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima taubat, Maha Penyayang. (Qs. Al-Baqarah: 127-128)

Jama’ah shalat idul adha yang dimuliakan Allah ‘Azza wa Jalla

Seruan haji dimulai saat Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam untuk menyerukannya, dan perintah memuliakan baitullah. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَٰهِيمَ مَكَانَ ٱلْبَيْتِ أَن لَّا تُشْرِكْ بِى شَيْـًٔا وَطَهِّرْ بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلْقَآئِمِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ * وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ

Dan (ingatlah), ketika Kami tempatkan Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), “Janganlah engkau mempersekutukan Aku dengan apa pun dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang thawaf, dan orang yang beribadah dan orang yang rukuk dan sujud. Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.” (Qs Al-Hajj: 26-27)

Ma’asyirol muslimin hafizhakumullah

Sedikit kita akan bercerita kisah nyata penuh hikmah dan faidah, sejarah sa’i antara shafa marwah dan awal mula air zam zam yang diberkahi.

Dikisahkan oleh Imam Al-Bukhari dalam kitab shahihnya (no. 3364) bahwa Nabi Ibrahim alaihissalam membawa istri dan anak beliau yaitu Hajar dan Ismail ke lembah gersang nan kering, tidak ada seorangpun yang tinggal di tempat itu, tidak ada pula sumber air dan tumbuhan. Ibrahim memilih tempat di dekat Ka’bah, tepatnya sebelah atas dari sumur zam zam.

Tanpa kata-kata, beliau meninggalkan istri dan anaknya yang masih bayi, hanya membekalinya dengan sekantong kurma dan seperiuk air minum. Hajar mengikutinya seraya memberanikan diri untuk bertanya, “Wahai Ibrahim, akankah engkau pergi meninggalkan kami di sini tanpa bekal cukup dan orang yang menemani?”. Ibrahim pun tak menghiraukan pertanyaan itu, bahkan dengan sekedar menoleh sekalipun.

Sebagai seorang wanita dalam kondisi seperti itu wajar jika ia beberapa kali mengulang pertanyaan itu, meski tidak mendapat jawaban yang melegakan. Hingga akhirnya beliau berkata,

أَاللَّهُ الَّذِي أَمَرَكَ بِهَذَا؟

“Apakah Allah yang memerintahkan ini padamu?”

قَالَ نَعَمْ

“Ya” Ibrahim menjawab dengan singkatnya.

قَالَتْ إِذَنْ لَا يُضَيِّعُنَا

“Jika demikian maka Allah tidak akan menyia-nyiakan kami” tegas Hajar

ثُمَّ رَجَعَتْ فَانْطَلَقَ

Hajar kembali ke tempatnya, dan Ibrahimpun pergi.

Hari berlalu, perbekalan semakin menipis dan akhirnya tidak tersisa sama sekali. Hajar tidak tega melihat putranya meraung kehausan. Naluri keibuannya menuntunnya naik ke bukit Shafa, barangkali ia melihat orang yang dapat menolongnya, namun harapan itu sia-sia. Ia pun turun dengan setengah lari menuju bukit Marwah. Sampai tujuh kali ia lakukan itu tetapi bantuan tak kunjung ia dapatkan.

Dalam kepanikan terdengar suara, ia pikir suara hatinya namun ternyata suara Malaikat yang diutus membawa pertolongan, mencarikan sumber air dengan sayap atau tumitnya. Ya, airpun memuncrat, betapa bahagianya Hajar, dia pun segera membendungnya dan mengisi penuh tempat airnya. Demikianlah sejarah sai dan zam-zam itu.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd

Kemudian tentang ibadah kurban berasal dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang disebutkan dalam surah as-Shaffat dari ayat 99 hingga 111.

Allah Ta’ala mengisahkan bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam hendak pergi menghadapNya agar mendapatkan petunjuk, seraya mengucapkan

رَبِّ هَبۡ لِي مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

“Ya Rabbku anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.”

Allah Ta’ala pun pada akhirnya mengabulkan doa beliau dengan memberi kabar gembira dengan akan kelahiran seorang anak yang sangat sabar yaitu Nabi Ismail ‘Alaihissalam

Kaum muslimin rahimakumullah

Suatu saat di usia anak semakin besar, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bermimpi menyembelih anak beliau. Tentunya mimpi para Nabi itu benar, maka Nabi Ibrahimpun menanyakan pendapat anaknya. Bagaimana respon Nabi Isma’il ‘alaihissalam?

قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Isma’il menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Ketika keduanya telah berserah diri, Nabi Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya. Sesaat sebelum disembelih, Allah Ta’ala memanggil Nabi Ibrahim ‘alaihissalam seraya berfirman,

قَدۡ صَدَّقۡتَ ٱلرُّءۡيَآۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ * إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡبَلَٰٓؤُاْ ٱلۡمُبِينُ

“Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.”

Maka seketika datang seekor sembelihan yang sangat besar sebagai pengganti Nabi Ismail ‘alaihissalam. Di akhir-akhir ayat, Allah Ta’ala memuji-muji NabiNya yang begitu sangat bersabar bersama keluarganya yang mulia dalam berkorban, yang kemudian syariat kurban ini tetap akan ada hingga hari kiamat.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd

Dalam surah al-Kautsar, Allah Ta’ala berfirman,

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ

Maka shalatlah karena Rabbmu, dan berkurbanlah. (Q.S. Al-Kautsar, Ayat 2).

Di antara Ulama tafsir menyebutkan bahwa shalat yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah shalat idul adha sebagaimana yang kita lakukan baru saja, karena penyembelihan disyariatkan setelah melaksanakan shalat idul adha, bukan sebelumnya.

Dari ayat ini juga diambil pelajaran bahwa sangat penting memperhatikan niat ketika shalat dan berkurban. Sebab itu, Allah menekankan dengan kata lirobbika “untuk Rabbmu”. Jangan sampai ibadah yang kita lakukan untuk mendapatkan pujian dan sanjungan dari manusia. Wal ‘iyadzubillah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd

Hari ini dan 3 hari berikutnya, yaitu 10, 11, 12, dan 13 seorang muslim tidaklah diperkenankan berpuasa, kecuali jamaah haji pada hari tasyriq yang tidak mendapatkan hadyu.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ يَوْمِ الْأَضْحَى وَيَوْمِ الْفِطْرِ

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang berpuasa pada dua hari, yaitu pada hari Idul Adha dan Idul Fithri.” (HR Muslim 1138)

عَنْ عَائِشَةَ وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَا لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدْ الْهَدْيَ

Dari ‘Aisyah dan dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma keduanya berkata: “Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari tasyriq kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan Hadyu”. (HR Al Bukhari rahimahullah no. 1997, dan 1998)

Kaum muslimin rahimakumullah

Mari memperbanyak berdzikir kepada Allah Ta’ala,

وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ فِىٓ أَيَّامٍ مَّعْدُودَٰتٍ

“Dan berdzikirlah kepada Allah pada hari yang telah ditentukan.” (Qs Al-Baqarah: 203)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرٍ لِلَّهِ

“Hari-hari tasyriq adalah hari makan, minum, dan dzikir kepada Allah.” (HR Muslim 1141)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd

Sebagai penutup, mari kita memperbanyak doa kepada Allah Ta’ala

Ya Allah, lindungilah negeri ini dari segala mara bahaya dan musibah, jadikanlah negeri kami negeri baldatun thayyibah, baldatun aminah muthmainnah, dan negeri yang senantiasa tercukupi, dan terhindar dari ketakutan dan kelaparan.

Ya Allah, sayangilah kedua orangtua kami, jagalah mereka yang masih hidup, dan rahmatilah mereka yang telah meninggal dunia, berilah kami taufiq untuk senantiasa menjadi anak-anak yang shalih dan berbakti, merekalah yang telah berjuang untuk kehidupan kami, jagalah mereka, rahmatilah mereka.

Ya Allah, bantulah kami membimbing keluarga kami, anak-anak kami, keturunan kami, jadikanlah mereka anak-cucu yang bisa membanggakan kami di dunia terlebih lagi di akhirat.

Ya Allah lindungilah saudara-saudara muslim kami yang tertindas, terzalimi, dan teraniaya, terutama di Palestina, Suriah, Yaman, dan seluruh negeri.

Ya Allah, ampunilah kami, rahmatilah kami, berkahilah kami, jagalah kami, jauhkanlah kami dari neraka-Mu, dan masukkanlah kami ke dalam surga-Mu.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Bacaan Khutbah Kedua

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ، صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَعْوَانِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِی خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسࣲ وَ ٰ⁠حِدَةࣲ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالࣰا كَثِیرࣰا وَنِسَاۤءࣰۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِی تَسَاۤءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَیۡكُمۡ رَقِیبࣰا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ یَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ
سُبۡحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلۡعِزَّةِ عَمَّا یَصِفُونَ وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلۡمُرۡسَلِینَ وَٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ

***

Editor: Ahmad Fiqi Purba


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah