Kaum muslimin, ketahuilah bawah rasa aman dan kedamaian merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia, baik muslim maupun non-muslim.
Rasa aman dan kedamaian adalah kebutuhan prinsipil yang sangat mendesak karena dengan rasa aman ini menjadi sarana yang mengantarkan kepada sempurna dan lurusnya kebaikan-kebaikan. Jika rasa aman ini hilang niscaya akan banyak hak-hak terabaikan dan menjadi buruklah kebaikan-kebaikan, muncullah kekhawatiran dan stres sosial, serta ketidaknyamanan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Kezhaliman terhadap orang lain pun meraja lela di mana-mana. Terjadilah pencurian, perampokan, dan tidak menutup kemungkinan adanya pertumpahan darah, kehormatan tercabik-cabik tidak karuan dan keburukan-keburukan yang lainnya sebagai dampak negatif tidak adannya rasa aman dan kedamaian dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Dampak negatif yang sangat kentara yang bisa dirasakan setiap individu adalah seseorang tidak merasa aman, seseorang tak merasakan kedamaian atas dirinya sendiri sementara ia berada di dalam rumahnya sendiri, seseorang tidak merasa aman, seseorang tak merasa damai atas keluarganya dan hartanya. Seseorang tak merasa aman, seseorang tak merasa damai di jalanan, seseorang tak merasa aman, tak merasa damai saat ia di masjid, seseorang tak merasa aman berada di dalam kantornya. Seseorang tak merasa aman, seseorang tak merasa damai di mana pun ia tengah berada jika salah satu dari nikmat Allah ini, yakni rasa aman dan damai hilang dari masyarakat.
Kaum muslimin, rahimakumullah Lalu, bagaimanakah caranya agar kedamaian dalam masyarakat dapat diraih dan lestari?
Kaum muslimin, rahimakumullah Rasa aman, rasa damai bisa benar-benar teraih dan lestari adalah dengan melakukan beberapa sebab, yang telah ditunjukkan oleh syariat yang mulia, di antaranya:
Pertama, dengan mentauhidkan Allah Ta’ala, beribadah hanya kepada-Nya, mentaati-Nya dan melakukan amal-amal yang baik.Allah Ta’ala berfirman,
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمْ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمْ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)