Suara deru mesin kereta melaju cepat bertabrakan dengan angin luar yang menciptakan suara seperti pluit bising, gerbong pertama yang aku lewati masih kosong, gerbong kedua juga kosong, gerbong ketiga sama kosongnya.
Baru pada gerbong keempat aku bisa sedikit menghela nafas lega, di gerbong keempat ini agaknya aku sudah hampir berada di rangkaian kereta kedua paling akhir
Aku melihat rangkaian gerbong kereta paling ujung sudah cukup padat banyak orang, cuma yang aku bingung di sana orang-orang penuh sampai ada yang berdiri.
Padahal di gerbong setelahnya, gerbong tempat aku berdiri masih banyak kursi kosong. Karena fisik sudah capek aku tidak mau terlalu memikirkan dan memilih untuk duduk di kursi paling sudut dekat pintu
Beberapa orang yang ada di baris sisi kiri-kanan dan hadapanku duduk dengan wajah tertunduk.
"Mungkin sama pada lelah juga," pikirku.
Perasaanku mulai tak nyaman begitu menyadari bahwa mereka semua berpakaian warna putih, lagi-lagi aku mencoba berpikiran positif.
"Ah mungkin kebetulan,"
Penasaran aku memperhatikan mereka satu persatu, ketakutan dan rasa panik menyerangku secara bersamaan begitu melihat wajah mereka semua pucat pasi dengan bibir biru mirip seperti yang aku temui di stasiun.
Aku merinding hebat, belum juga berlari tapi jantungku sudah berdetak cepat, kaki kakiku melemas.