JURNAL MEDAN - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis menegaskan bahwa Kementerian Agama adalah hadiah dari Allah untuk mengurusi semua agama bahkan kepercayaan.
Hal itu diungkapkan Cholil Nafis menanggapi pernyataan pernyataan kontorversial Yaqut Cholil Qoumas soal Kementerian Agama hadiah negara untuk Nahdlatul Ulama (NU).
"Indonesia hadiah dari Allah untuk bangsa, dan Kementerian agama itu mengurusi semua agama bahkan kepercayaan. Bukan hadiah buat NU saja," kata Cholil Nafis di akun Twitternya, Minggu 24 Oktobe 2021.
Baca Juga: 8 Kode Redeem FF Terbaru Senin 25 Oktober 2021, Dapatkan Senjata Hingga Pet Gratis dari Garena
Mengenai tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang berjasa, Cholil Nafis mengatakan bukan hanya untuk NU namun untuk bangsa.
"Soal tokoh-tokoh NU berjasa itu untuk bangsa bukan hanya untuk NU saja," katanya.
Hal itu kata Cholil Nafis dapat dibuktikan semenjak Kiai Hasyim Asy'ari mengeluarkan resolusi berjihad untuk semua golongan.
"Begitu saat Kiai Hasyim Asyari mengeluarkan resolusi jihad untuk semua golongan," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Cholil Nafis mengingatkan meskipun bersentuhan dengan urasan NU bukan berarti Kementerian Agama dikuasai oleh orang NU.
"Meskipun NU banyak bersentuhan dengan urusan Kementerian Agama tapi tak berarti harus dikuasai oleh NU," katanya.
Baca Juga: Profil, Instagram dan Twitter Harshad Chopda, Pemeran utama Bepannah di ANTV
Cholil Nafis menjelasakan sedari dulu, NU adalah jam’iyah sedari untuk semua golongan.
"Jika masing masing golongan mengkapling kementerian dan lembaga negara maka semangat NKRI dan kebhinekaan akan sirna," katanya.
Sebelumnya, pernyataan kontroversial disampaikan Gus Yaqut dengan menyebut Kemenag merupakan hadiah yang diberikan negara kepada NU bukan kepada umat Islam di Indonesia secara keseluruhan.
Baca Juga: 12 Pemeran Utama dan Pendukung Serial Bepannah di ANTV, Tayang Senin 25 Oktober 2021
Hal itu disampaikan Yaqut Cholil Qoumas dalam webinar bertajuk 'Santri Membangun Negeri', Sabtu, 23 Oktober 2021.
"Kementerian Agama itu hadiah negara untuk NU secara khusus, bukan untuk umat Islam secara umum, tapi spesifik untuk NU," ujar Yaqut Cholil Qoumas.***