Jubir Kemenkes: Vaksinasi Dosis Lengkap Senjata Ampuh Menghadapi Omicron

21 Desember 2021, 02:58 WIB
Jubir Kemenkes: Vaksinasi Dosis Lengkap Senjata Ampuh Menghadapi Omicron /Pixabay/Alexandra_Koch

JURNAL MEDAN - Juru bicara (Jubir) Vaksinasi Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan orang dengan vaksinasi dosis lengkap akan lebih kuat menghadapi COVID-19 galur omicron.

Itu sebabnya pemerintah terus mengejar perluasan cakupan vaksinasi lengkap yang kini sudah mencapai 52 persen dari seluruh populasi yang disasar.

Sejauh ini di Indonesia sudah terdeteksi tiga pasien COVID-19 galur omicron. Semuanya sudah mendapat vaksinasi lengkap.

Baca Juga: Hasil Liga 2 2021: PSMS Medan dan PSIM Yogyakarta Imbang, Dewa United Menang Telak Dari Sulut United

"Ketiganya tidak menunjukkan gejala selama karantina. Tidak merasa sakit, demam, atau lainnya," kata Siti Nadia Tarmizi dalam keterangan yang diterima Jurnal Medan, Senin 20 Desember 2021.

Menurut Jubir Covid 19, fenomena itu menunjukkan dua hal. Pertama, galur omicron ternyata bisa menginfeksi mereka yang sudah divaksinasi lengkap.

Kedua, vaksinasi lengkap terbukti bisa membuat tubuh lebih kuat menghadapi galur baru COVID-19.

Diharapkan akhir Desember 2021 sebanyak 80% sasaran sudah mendapat vaksinasi dosis pertama, dan 60% sasaran sudah mendapat vaksinasi dosis lengkap.

Baca Juga: Chord Gitar Lagu 'Yang Terdalam' Versi Remake - NOAH, Kunci Dasar Cocok untuk Pemula

Pemerintah juga berencana memulai vaksinasi dosis penguat bagi kelompok lanjut usia sebab kelompok ini rentan terinfeksi. Pemberian dosis penguat akan dilakukan jika vaksinasi dosis lengkap sudah mencapai hampir seluruh populasi sasaran.

Selain perluasan cakupan vaksinasi, pemerintah juga mengajak masyarakat membatasi mobilitas dan senantiasa menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

"Kasus selalu naik setiap (selepas) libur,” ujar Nadia merujuk data dua tahun terakhir.

Pemerintah mengajak masyarakat mengendalikan kenaikan mobilitas agar tidak lebih dari 10 persen selama liburan akhir tahun. Hal itu untuk memastikan tidak ada penumpukan orang dan pergerakan terlalu tinggi.

Pengendalian mobilitas antara lain dengan memastikan bahwa semua yang ingin bepergian dan berusia di atas 12 tahun, telah mendapat vaksinasi dosis lengkap dan menunjukkan hasil negatif tes antigen. Bagi yang berusia di bawah 12 tahun, wajib menunjukkan hasil negatif PCR.

Baca Juga: Ikuti Saran Kunal dan Mauli untuk 'Move On' dari Rajdeep, Nandini Hujan Hujanan

Ada pun bagi yang berusia di atas 12 tahun dan belum divaksinasi lengkap, harus menunjukkan hasil negatif PCR dan keterangan dari rumah sakit yang menjelaskan alasan belum bisa mendapat vaksinasi lengkap.

Direktur Tata Kelola Kemitraan Komunikasi Publik Kemkominfo Hasyim Gautama mengatakan, kebijakan-kebijakan pengendalian COVID-19 perlu terus disebarkan kepada berbagai lapisan masyarakat.

Hal itu untuk memastikan masyarakat menerima informasi lengkap soal penanganan COVID-19, senantiasa disiplin menerapkan protokol kesehatan ketat, dan aktif ikut mengendalikan pandemi ini.

"Kedisiplinan salah satu kunci menghadapi pandemi," ujarnya dalam webinar “Penguatan Ikatan Pelajar Putri NU: Strategi Komunikasi Publik Penanganan COVID-19 Menuju Akhir Tahun dan Pengumuman Kompetisi Video IPPNU Lawan COVID-19” yang digelar Pengurus Pusat IPPNU bersama Kementerian Kominfo dan KPCPEN.

Baca Juga: Shiv Terancam Bui Karena Diduga Korupsi dana Bendungan, Respon Anandhi Jadi Begini: Drama Balika Vadhu 246

Kini, penanganan COVID-19 di Indonesia semakin terkendali. Ini terlihat dari jumlah kasus yang di bawah 2.000 per hari. Menurut standar WHO, Indonesia perlu menjadi kasus baru harian di bawah 2.700 agar pandemi bisa terkendali.

Sementara Ketua Umum PP IPPNU Nurul Hidayatul Ummah mengatakan, anak muda seperti kader IPPNU perlu aktif mengomunikasikan strategi penanganan COVID-19 agar tidak semakin merebak.

"Harus ada usaha preventif, usaha menanggulangi agar bencana ini tidak semakin menyebar secara tidak terkendali. Anak muda yg baik harus bisa memberikan edukasi positif agar wabah ini tidak menyebar. Kalau COVID tidak selesai, akan menghambat berbagai pertumbuhan ekonomi, sosial, anak muda," jelasnya.

Ketua 1 PP IPPNU Nurul Hidayati mengatakan, pandemi berdampak pada 60 juta pelajar dan mahasiswa. Sebab, sekolah hingga perguruan tinggi ditutup.

Baca Juga: Sanchi Sebut Anandhi Wanita Pembawa Sial! Shiv Resmi Diringkus Polisi: Spoiler Balika Vadhu ANTV Hari Ini

"Penutupan sekolah berisiko meningkatkan praktik berbahaya di kalangan remaja."

Karena itu, sebagai pelajar dan anak muda, kader IPPNU aktif terlibat menyosialisasikan penerapan protokol kesehatan ketat. Kader-kader IPPNU membuat berbagai materi di media sosial maupun sarana komunikasi lain untuk menyosialisasikan cara-cara pengendalian pandemi. ***

Editor: Arif Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler