JURNAL MEDAN - Direktur eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan menilai PPP sebagai parpol yang bernasib 'satu koma' dan berada di papan bawah.
PPP juga tidak memiliki tokoh yang cukup kuat untuk mendongkrak elektabilitas. Bahkan sosok ketua umum Suharso Monoarfa juga 'gak nampol' sebagai capres dan cawapres.
Survei terakhir LSI menyebutkan elektabilitas PPP berada di angka 1,4 dan 1,5 persen yang jauh dari angka Parliamentary Threshold (PT) sebesar 4 persen.
Faktor ketokohan ketua umum PPP Suharso Monoarfa tidak berpengaruh karena lebih banyak diam sehingga jadi pertanyaan apakah mesin partai bergerak.
"Biasanya PPP ini partai menengah, tapi kini menurun sekali. Dibandingkan tahun 2014, kursi PPP turun sampai 50 persen di 2019," kata Djayadi Hanan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa, 16 Agustus 2022.
Angka 1,4 dan 1,5 persen yang dikemukakan Djayadi Hanan merupakan angka dari pemilih loyal PPP sebagai parpol yang memiliki sejarah dan telah punya massa sejak lama.
Jika PPP tidak masif bergerak tanpa punya tokoh yang kuat, PPP dikhawatirkan bakal hilang di parlemen tahun 2024.
"Sosok Ketum PPP Suharso Monoarfa ini memang agak low profile, dikenal masyarakat itu di bawah 15 persen. Tantangannya berat ini," kata Djayadi Hanan.
Pengamat politik Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti tidak melihat sesuatu yang baru dari PPP meskipun telah bergabung KIB bersama Golkar dan PAN.
"Waktu KIB daftar ke KPU itu Airlangga (Ketum Golkar) dan Zulhas (Ketum PAN) diteriakkan sebagai capres. Lah, suara Suharso tidak kedengaran sebagai capres," kata Ray Rangkuti.
Ray menyarankan PPP untuk segera merekrut nama dari luar parpol untuk dijadikan capres maupun cawapres.
Baca Juga: Profil dan Instagram Ridwan Ghany, Pemeran Risyad dalam Sinetron Annaya Tayang di ANTV
Langkah ini persis seperti yang dilakukan Nasdem yaitu memunculkan tiga capres yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Andika Perkasa.
"Kalau PPP mengekor saja, saya kira peristiwa seperti 2019 terulang lagi. Tidak punya tokoh sehingga kalau mereka ikut arus saya kira suara cuma segitu-gitu aja," kata Ray.
Politisi senior PPP Rusli Effendi mengatakan partainya tidak berdiam diri dengan kondisi kekinian PPP.
Menurut Rusli, mesin partai sudah digerakkan di daerah-daerah.
Baca Juga: Profil dan Instagram Audi Marissa, Pemeran Annaya di Sinetron Terbaru Tayang di ANTV
Saat ditanya apakah PPP punya sosok capres untuk mendongkrak elektabilitas, Rusli mengatakan PPP masih punya waktu yang cukup untuk berjuang menjadi lebih populer lagi.
"Kami ini bekerja kolektif dan kami punya cara sendiri, mendengar dan menyerap aspirasi dari seluruh Indonesia," ujarnya.
Sebagai informasi, saat ini PPP hanya memiliki 19 kursi di DPR RI dari 4,5 persen suara hasil Pemilu 2019.***