JURNAL MEDAN – Allah mengutus para nabi dan rasul-Nya untuk mentauhidkan Allah semata untuk para kaumnya. Mereka pun diutus untuk mencerahkan kaumnya dari kezaliman sifat-sifatnya, yang seringkali merugikan orang lain.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنﱠ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Jagalah diri kalian dari perbuatan zalim, karena sesungguhnya kezaliman itu akan menjadi kegelapan pada hari kiamat”. (Hadits Shahih, Riwayat Ahmad. Lihat Shahiihul jaami’ no.101).
Hadist ini berisi peringatan dan bahaya perbuatan zalim sekaligus anjuran untuk berbuat adil (lawan dari zalim).
Baca Juga: Siapa Sebenarnya Yahudi dan Bagaimana Sepak Terjangnya? Mau Tahu, Yuk Simak Sembilan Sifat Mereka
Definisi zalim adalah memposisikan sesuatu bukan pada tempatnya. Perlu diketahui bahwa Islam tidak mengajarkan kezaliman. Akan tetapi Islam mengajarkan keadilan.
Sebagaimana firman Allah :
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”(QS. An-Nahl :90)
Bahkan Allah menafikkan sifat zalim pada diriNya dan melarang hambaNya dari hal tersebut. Sebesar-besar zalim adalah perbuatan syirik. Sebagaimana firman Allah: