Utang Naik, Pajak Naik, Ekonomi Tumbuh Negatif, PKS: Pemerintah Gimana Sih?

- 17 Juni 2021, 19:29 WIB
Fraksi PKS melalui Sukamta Mengkritik Pemerintah. Utang Naik, Pajak Naik, Ekonomi Tumbuh Negatif. PKS mempertanyakan kinerja pemerintah yang tak mampu mencari pembiayaan negera untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa memberatkan rakyat. Foto: Presiden Jokowi.
Fraksi PKS melalui Sukamta Mengkritik Pemerintah. Utang Naik, Pajak Naik, Ekonomi Tumbuh Negatif. PKS mempertanyakan kinerja pemerintah yang tak mampu mencari pembiayaan negera untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa memberatkan rakyat. Foto: Presiden Jokowi. /Twitter Presiden Jokowi

JURNAL MEDAN - Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sukamta meminta pemerintah melakukan evaluasi kebijakan ekonomi akibat dari kenaikan utang terus menerus. Efeknya telah terasa ke berbagai kebijakan seperti kenaikan pajak sementara pertumbuhan ekonomi terus negatif.

"Utang pemerintah terus meningkat secara jumlah dan ratio terhadap PDB. Sejak tahun 2015 hingga tahun 2019 sebelum pandemi Covid-19. Bahkan utang menjadi sumber utama pembiayaan pemerintah ketika pandemi Covid-19," ujar Sukamta dalam keterangannya, Kamis 17 Juni 2021.

Porsi utang, kata dia, sudah di atas 30% dan tingkat imbal hasil/bunga yang tidak efisien dan memberatkan. Bahkan jika dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN.

Baca Juga: Tamara Bleszynski Mengamuk di Instagram, Ancam Seorang Haters ke Jalur Hukum

Jumlah utang yang terus membesar pada akhirnya rakyat Indonesia yang harus menanggung beban dengan kenaikan dan penambahan jenis pajak.

"Hal ini terjadi karena pemerintah tidak memiliki inovasi kebijakan fiskal," ujar Anggota Komisi I DPR ini.

Utang Rp6.527 Triliun

Menurut data Menteri Keuangan, utang pemerintah per akhir April 2021 telah mencapai Rp 6.527,29 triliun. Utang melonjak 26% atau Rp 1.355 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 5.172,48 triliun. Akibatnya rasio utang pemerintah pun mencapai 41,18% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Sukamta juga menyoroti kenaikan utang dan jumlahnya yang besar ternyata tidak berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Ekonomi Indonesia pada kuartal I-2021 masih resesi, hanya tumbuh negatif 0,74% padahal anggaran pemulihan ekonomi sangat besar. Realisasi anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 hingga 21 Mei 2021 sebesar Rp183,98 triliun, atau sebesar 26,3 persen dari total pagu anggaran Rp699 triliun.

Baca Juga: Klarifikasi BCL Terkait Awal Mula Positif Covid-19: Marilah Menjadi Orang yang Lebih Cerdas dan Bijak

Namun sebagian besar anggaran digunakan untuk membayar utang, belanja konsumtif rutin pemerintah yaitu pegawai dan barang. Sedangkan belanja modal rendah. 

"Akibatnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan negara tumbuh lambat," jelasnya.

Sementara itu, selain menambah utang, pemerintah juga terus menaikkan berbagai pajak yang potensial menjadi sumber pendapatan negara. Salah satu yang menyita perhatian publik ialah rencana pungutan pajak untuk sembako.

"Rencana pemerintah memajaki sembako membuat rakyat merasa semakin diperas oleh negara. Berbagai sektor dan aktivitas masyarakat kini dipajaki. Namun pada sisi lain, ketika pajak bertambah namun tidak terjadi peningkatan kesejahteraan dan tidak tersedianya lapangan kerja dari beragam proyek pemerintah. Alhasil rakyat merasa ada ketimpangan ekonomi luar biasa.”

Menutup keterangannya Sukamta berharap pemerintah mampu mencari mekanisme untuk pembiayaan negera sekaligus mampu mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa memberatkan rakyat Indonesia. ***

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah