JURNAL MEDAN - Natta Eko alias Katak Bhizer sosok alumni SMK Bhipuri 2 Serpong yang viral karena kisah tawurannya, akhirnya berani 'blak-blakan' tentang penyebab dirinya terjun ke dunia kelam tersebut.
Dikutip Jurnal Medan dari kanal YouTube Langit Entertaiment, Katak Bhizer mengatakan, penyebab dirinya suka tawuran hingga membacok orang dengan sadis karena kesal dengan ayah kandungnya.
Bahkan, Katak Bhizer digadang-gadang sebagai 'pentolan' di SMK Bhipuri 2 Serpong, setelah pernah membacok kepala siswa lain saat tawuran.
"Iya (pernah di bacok kepalanya), ya berantem. Nggak (bukan pentolan/jagoan di sekolah), tapi emang suka berantem," kata Katak Bhizer di kanal YouTube Langit Entertaiment, Selasa 7 Desember 2021.
"Tauran (awalnya) pengen bisa berantem melawan ayah kandung. Karena dari dulu sampai sekarang itu nggak pernah lihat ayah," sambungnya.
Katak Bhizer mengaku kesal, karena sang ayah kandung kabur pergi dan meninggalkan ibu serta dirinya sejak bayi.
"Tau di rumah opah, dia (ayah kandung) tinggal di rumah opah. (Mau berantem dengan ayah kandung) karena ditinggal dari bayi, dari kecil, Benci," ujar Katak Bhizer.
Namun hingga saat ini, Kata Bhizer, keinginannya untuk bisa berantem dengan ayah kandung belum terjadi.
"Belum (berantem sama ayah). Dulu (mau berantemin ayah) karena kok tega banget dari kecil (nggak pernah ketemu). Kasian juga liat mama berjuang sendiri," ungkap Katak Bhizer.
"Belum (pernah ngobrol sama ayah kandung), iya (sampai detik ini). Liat aja belum pernah, gimana ngobrol," lanjutnya bercerita.
Lebih lanjut, Katak Bhizer menuturkan, dirinya mengawali dunia tawuran itu sejak SMP.
"Awal tawuran kelas 2 atau 3 SMP. Ikut-ikutan waktu itu, ada menang ada kalah kalau SMP. Kalau jaman SMP jamannya itu bawa gear, tapi SMP cuma maju-maju aja, nggak sampai (ngenain orang)," aku Katak Bhizer.
Barulah ketika ia masuk STM di SMK Bhipuri 2 Serpong, Katak Bhizer kemudian menikmati dunia tawuran antar pelajar.
"Terus di STM sih yang lebih menarik di SMK Bhipuri 2 Serpong. Bukan ditekunin (tawuran), kalau di STM itukan kita kaya di tatar (di pelonco) sama abang kelas," beber Katak Bhizer.
"Di tatarnya itu disuruh berantem sama musuh, di suruh tawuran, tradisi lah itu. Kalau menang (tawuran) ya nggak di apa-apain. Kalau kalah disuruh makan cabe, bawang, ya digebukin juga," sambungnya lagi.
"Kalau tawuran sekolah inget banget momennya. Tapi ada satu dua orang yang masih saya inget sampai sekarang. Tradisi (tawuran), emang turun menurun dari senior-senior sekolah. Hal paling inget ya ngebacok orang. Dulu (sama yang dibacok) biasa aja (nggak kasihan)," tutup Katak Bhizer. ***