Indonesia Target Selesai Pandemi 2022, Jika Lengah Malah Gelombang Ketiga Covid 19 yang Datang

- 13 Desember 2021, 23:33 WIB
Indonesia Target Selesai Pandemi 2022, Jika Lengah Malah Gelombang Ketiga Covid 19 yang Datang
Indonesia Target Selesai Pandemi 2022, Jika Lengah Malah Gelombang Ketiga Covid 19 yang Datang /Pixabay/torstensimon

JURNAL MEDAN - Perluasan vaksinasi, penerapan protokol kesehatan secara ketat, serta pengetesan dan pelacakan masif terus dilakukan untuk menargetkan perubahan status pandemi Covid-19 menjadi endemi pada April 2022.

Dengan demikian Indonesia menargetkan pandemi selesai meski ada peluang Indonesia dilanda gelombang ketiga pada Januari 2022 jika sampai lengah.

"Jangan lengah. Nanti akan mundur lagi," ujar Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Sonny Harry B Harmadi dalam webinar, Senin 13 Desember 2021.

Baca Juga: Hasil RESMI! Undian Babak 16 Besar Liga Champions, Sebelumnya Sempat Dibatalkan

Di sejumlah negara dengan cakupan vaksinasi di atas 70 persen, gelombang demi gelombang Covid-19 terus berulang.

Penyebab utamanya adalah pengabaian protokol kesehatan kala pembatasan gerak dan mobilitas dilonggarkan. Banyak orang mengabaikan memakai masker dan menjaga jarak.

Padahal, kombinasi menjaga jarak dan memakai masker bisa memangkas risiko penularan Covid-19 hingga 80 persen. Risiko penularan juga bisa ditekan bila rutin mencuci tangan.

Sonny mengatakan, sudah ada beberapa skenario pandemi di Indonesia dalam beberapa bulan mendatang.

Baca Juga: Adu Statistik Madura United vs Borneo FC Liga 1 2021 Pertandingan Tayang 14 Desember Diprediksi Berjalan Ketat

Jika cakupan vaksinasi rendah, protokol kesehatan diabaikan, pembatasan gerak dan mobilitas dilonggarkan, serta varian baru masuk, maka akan ada lonjakan kasus atau gelombang ketiga pada Januari 2022.

"Kalau sampai terjadi lonjakan di Januari, Indonesia akan kembali seperti di Juli. Mundur lagi, mengulang lagi seperti terjadi di banyak negara," ujarnya.

Sebaliknya, Indonesia menuntaskan tahap pandemi dan mengubahnya menjadi endemi jika cakupan vaksinasi diperluas, protokol kesehatan terus diterapkan sangat ketat, varian baru bisa dicegah masuk, dan mobilitas tetap terkendali.

"Sekarang perbatasan diperketat," tegasnya dalam webinar bertajuk Pelatihan Penguatan Gerakan Pramuka 5: Strategi Komunikasi Publik Covid-19 Menuju Natal dan Tahun Baru serta Pengumuman Kompetisi Video Pramuka Lawan Covid-19.

Baca Juga: Hujan Meteor Geminid 14 Desember Dinihari Dilangit Jakarta, Bisa Disaksikan Asal Tidak Terjadi Hal Ini

Indonesia mengharuskan seluruh orang dari luar negeri mengarantina diri hingga 10 negara. Bahkan, ada larangan masuk bagi orang yang datang dari negara yang sudah mendeteksi virus Covid-19 galur Omicron.

Optisme Indonesia mengubah pandemi menjadi endemi punya dasar kuat. Menurut panduan WHO, Indonesia harus menggelar pemeriksaan paling sedikit terhadap 280.000 orang per pekan dengan angka kasus baru paling tinggi 2.700 kasus per hari.

Sejak Oktober 2021, pemeriksaan selalu di atas 200.000. Sementara jumlah kasus baru selalu di bawah 1.000. Bahkan sejak November, rata-rata jumlah kasus baru di bawah 500.

"Indonesia diakui dunia sebagai salah satu negara dengan penanganan covid terbaik di dunia. Karena kita belajar dari negara lain. di negara lain, saat kasus rendah, pelonggaran aktivitas diikuti pengabaian protokol kesehatan,” ujarnya.

Baca Juga: UPDATE! Transfer Liga 1: Persib Berburu Pemain, Sah! David da Silva Masuk, Geoffrey Castillion Keluar

Direktur Tata Kelola Kemitraan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo, Hasyim Gautama mengatakan, kondisi pandemi amat dinamis sehingga kebijakan pemerintah harus disesuaikan. Dalam kondisi itu, sebagian pembaruan komunikasi kebijakan belum tersampaikan ke masyarakat.

"Gerakan Pramuka berperan penting menyampaikan komunikasi ini," kata Hasyim dalam webinar yang digelar Kwartir Nasional Gerakan Pramuka bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dan KPCPEN tersebut.

Inti komunikasi terutama pembiasaan gaya hidup baru di era pandemi. Kebiasaan menjaga jarak, memakai masker, dan menjaga kebersihan harus terus digaungkan agar masyarakat tetap menerapkannya.

Sebab, masih ada sekelompok pihak mengabaikan protokol kesehatan. Padahal, pandemi masih di sini.

Baca Juga: 7 Potret Shakti Arora Pemeran Kunal Malhotra 'Silsila', Ganteng-Ganteng tapi Berakting Selingkuh dari Mauli

Sekretaris Komisi Pengabdian Masyarakat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Irawan Laliasa mengatakan, sosialisasi kebiasaan baru merupakan salah satu fokus Gerakan Pramuka di tengah pandemi.

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka telah menerima pendaftaran 20.603 Duta Kebiasaan Baru di antara anggotanya.

Tugas utama mereka ikut menyosialisasikan protokol kesehatan, membantu pelacakan kontak erat, hingga membantu vaksinasi.

Beberapa kwartir aktiv terlibat proses vaksinasi. Sementara di berbagi kwartir hingga tingkat kecamatan dan gugus depan, sosialisasi kebiasaan baru sudah semakin masif dilakukan. Hal itu bagian dari inovasi Gerakan Pramuka di tengah pandemi.

Baca Juga: NGERI! Gagal Bersinar di PSMS Medan, Mamadou Hady Barry Resmi Gabung ke Persipura Jayapura di BRI Liga 1 2021

"Pandemi bukan hambatan bagi Gerakan Pramuka. Justru ini kesempatan inovasi Gerakan Pramuka," kata dia. ***

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x