Terkuaknya dugaan partai politik yang disusupi aliran radikal dan terorisme ini merupakan cara baru bagi kelompok radikal mengubah taktik mereka.
Menurut Boy, ini adalah cara-cara dan siasat jaringan-jaringan yang terafiliasi, termasuk kelompok intoleran untuk bisa menjadi bagian dari pesta demokrasi dan masuk ke dalam pesta demokrasi.
"Sudah ada perubahan strategi dari peluru ke kotak suara," kata Boy.
Selain itu, dalam bekerja BNPT juga melakukan klarifikasi dari masyarakat bahwa ada partai-partai tertentu yang diindikasikan calon-calon pengurusnya ada afiliasi ke jaringan teroris.
"Tentu kita tidak bisa ekspos di sini," kata Boy.
Berdasarkan pengalaman, kelompok yang terafiliasi dengan jaringan teroris atau disusupi aliran radikalisme membenci pemerintah dan tidak menyukai hukum Negara.
Mereka, kata Boy, menganggap berbangsa dan bernegara di Indonesia dilakukan oleh kelompok Toghut, maka BNPT memperdalam aktifitas intelejen.
"Kita kerjasama dengan semua pihak, memperdalam semua aktivitas-aktivitas intelejen. Dan tentu kita tidak ingin beberapa pesta demokrasi di masa lalu ada yang dilakukan kekerasan oleh mereka di ruang publik," ujar Boy.***