Keluh Kesah Guru Honorer di Medan, 'Kami Dibayar Rp300 Ribu Perbulan, Itu Pun Sering Telat'

8 Februari 2021, 07:10 WIB
Ilustrasi guru honorer. Komisi X DPR membentuk Panja untuk mengawal pengangkatan Guru Honorer menjadi ASN melalui PPPK 2021. /ANTARA/Irwansyah Putra /IRWANSYAH PUTRA/ANTARA FOTO

JURNAL MEDAN - Guru adalah penentu peradaban suatu bangsa. Guru yang hebat akan melahirkan generasi yang hebat. Generasi yang memiliki daya saing dan berkualitas berkat ilmu yang diajarkan dan diterapkan.

Ketika Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom tentara sekutu tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Kota itu benar-benar hancur secara fisik dan psikologis. Jepang seperti kehilangan arah dan rakyatnya sangat menderita.

Saat itu kaisar Jepang Hirohito tidak berputus asa karena hal pertama yang ia pikirkan adalah guru. Kaisar ingin membangun kembali peradaban bangsa Jepang sehingga ia tidak memikirkan investasi atau infrastruktur.

Baca Juga: HPN 2021: Komunikasi, Kunci Sukses Hubungan Mesra Antara Pemerintah, Pers, dan Dunia Usaha

Baca Juga: Polrestabes Medan Ringkus 2 Anggota Geng Motor Pelaku Pengeroyokan Viral di Medsos

Yang ada dalam pikiran kaisar adalah membangun manusia Jepang itu sendiri yang sudah hancur akibat bom atom.

"Berapa guru yang masih tersisa di negara ini," demikian ucapan Kaisar Hirohito yang sangat terkenal itu.

Sejak ucapan Kaisar tersebut didengar oleh bawahannya. Bangsa Jepang sibuk mencetak para guru. Tiga dekade kemudian Jepang kembali ke peradaban baru yang berbeda dari sebelumnya.

Kaisar Hirohito benar-benar memahami bahwa jalan pintas untuk membangun kembali kekuatan hanya lewat guru.

Baca Juga: Kocak! Ramai Isu Banjir dan Genangan, Najwa Shihab Posting Video Parodi Bocil Lewati Genangan

Jika ada seseorang maupun organisasi yang meremehkan peran guru, alamat celaka dan dimulainya kehancuran sebuah peradaban.

Indonesia memiliki cita-cita luhur dan mulia untuk bisa menjadi negara maju serta memiliki daya saing yang kuat. Indonesia ingin sejajar dengan negara-negara maju lainnya.

Maka guru harus mendapatkan tempat yang tinggi dan layak di tengah masyarakat. Sedikit saja negara mengabaikan peran guru, negara ini tak pernah maju untuk menjadi bangsa yang memiliki peradaban tinggi.

Saat ini, banyak pihak menilai, negara absen terhadap guru honorer yang memperoleh gaji perbulan di kisaran Rp1 juta.

Baca Juga: Keladi Pun Bisa Membuat Rumah Tangga Semakin Harmonis

Bahkan rata-rata guru honorer di Tanah Air memperoleh gaji Rp300 ribu. Itu pun gajinya dikeluarkan tiga bulan sekali.

Guru tak kunjung sejahtera sementara Indonesia terus bermimpi jadi negara maju.

"Kami digaji Rp300 ribu perbulannya. Bahkan gaji kami sering telat dibayar," keluh Yahdi Shodiqin, seorang guru di salah satu sekolah swasta di Kota Medan.

Kepada JURNAL MEDAN Yahdi menceritakan hal-hal ironis lainnya yang dihadapi para guru honorer. Misalnya dikenakan hukuman penjara akibat ketegasan dalam mendidik anak-anak.

Baca Juga: IPI: Elektabilitas AHY dalam Kontestasi Pilpres 2024 Masih Diatas Moeldoko

Yahdi mengatakan tegas bukan berarti guru dapat berlaku sewenang-wenang kepada muridnya.

Menurut dia, jika generasi bangsa terlalu dimanja dan dibiarkan terbiasa hidup enak, tentu generasi yang dihasilkan lembek.

Inilah yang dapat merusak kualitas generasi bangsa untuk masa yang akan datang.

Jika guru berlepas tangan terhadap perbuatan salah yang dilakukan murid, maka ini adalah petaka besar.

Baca Juga: Sujiwo Tedjo Sampaikan Pesan ke Ganjar Pranowo soal Banjir Jawa Tengah: Maaf Gak Bisa Bilang 'Ikut Prihatin'

Sebaliknya jika para guru mengambil sikap atas tindakan dan kesalahan yang dilakukan murid, tentu ini hal wajar selama hukuman itu bersifat mendidik dan mengajarkan pelajaran hidup.

Sebelum terlambat, mari sama-sama berfikir dengan jernih. Gunakan hati nurani, hargai guru karena berkah ilmu yang diajarkan akan membawa kebaikan di negeri ini

Sebaliknya kemurkaan guru dapat menjadi malapetaka dalam kehidupan yang dampaknya dirasakan bersama-sama. ***

Editor: Arif Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler