JURNAL MEDAN - Kondisi dunia di tahun 2050, penguasa sampai udara tidak berpihak pada masyarakat global.
Suhu memanas ekstrem, sebagian orang terpaksa mendekam setiap hari di ruang ber AC dengan handuk basah menyeka wajah.
"Mata terus berair dan orang-orang hanya dapat tertidur di setiap subuh karena cuma itu waktu yang cukup sejuk," demikian penjelasan sebuah konten dilansir dari laman YouTube Najwa Shihab.
Di luar tembok rumah kita, peningkatan suhu menyebabkan kekeringan parah dibanyak belahan dunia. Hanya orang kaya yang bisa membayar air.
Keran-keran di tempat publik dikunci. Hutan-hutan terbakar. Dua miliar orang berhadapan langsung dengan suhu yang bisa meroket sampai 60 derajat celcius.
Titik panas dimana tubuh manusia tak dapat bertahan lebih dari enam jam.
Tahun 2050 permukaan air laut naik drastis menyebabkan badai ekstrem. Kota-kota pesisir tersapu pasang dan banjir. Menewaskan ribuan dan menggusur jutaan orang.
Baca Juga: Sepakbola Indonesia Kembali Tercoreng Setelah Wasit Liga 3 Romi Daeng Jadi Korban Pemukulan