Awas, Banyak Penjahat Menambang Data Pribadi Bermodus Vaksinasi Covid, Hati-hati Jebakan Via WhatsApp dll

31 Agustus 2021, 11:28 WIB
Awas, Banyak Penjahat Menambang Data Pribadi Bermodus Vaksinasi Covid, Hati-hati Jebakan Via WhatsApp dll /Istimewa

JURNAL MEDAN - Maraknya vaksinasi Covid-19 membuat para penjahat siber melakukan kejahatan dengan menambang data pribadi.

Baru-baru ini diketahui sebuah pesan WhatsApp yang dikirim secara random digunakan untuk menambang data pribadi vaksinasi Covid-19.

Pesan tersebut mengaku dari GSP yang menanyakan keluhan setelah divaksin. Para pengguna platform chat seperti WhatsApp dan lainnnya harap waspada dan berhati-hati.

Baca Juga: Jokowi dan Mahfud MD Kecam Pendukung Habib Rizieq Shihab Karena Baku Hantam dengan Polisi? Begini Faktanya!

"Selamat siang. Kami dari tim vaksin GSP kemarin minggu mau tanya keluhan setelah divaksin," demikian narasi pesan tersebut.

Setelah itu korban diminta untuk mengisi sejumlah data pribadi seperti Nama, Alamat, Nama ayah, Nama Ibu, Vaksin ke, Keluhan setelah divaksin, hingga Keluhan saat ini.

Bagi orang awam pesan tersebut terlihat seperti biasa namun sebenarnya para penipu sedang berusaha menambang data pribadi.

Data-data yang diminta oleh pengirim pesan tersebut merupakan data pribadi yang bisa digunakan untuk berbagai hal seperti kejahatan dan penipuan.

Baca Juga: Segera Cek, Berikut Jadwal dan Lokasi Tes SKD CPNS 2021 Kemenpan RB

Jika masyarakat menerima pesan tersebut jangan pernah diteruskan kepada orang lain karena sangat berbahaya.

Pakar keamanan siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan masyarakat korban terbesar dari pemalsuan identitas, pembuatan KTP Aspal (asli tapi palsu), dimana blankonya palsu tetapi datanya asli.

KTP aspal bisa dibuat jika pihak lain mendapatkan data pribadi seseorang atau jutaan orang yang digunakan untuk berbagai kejahatan dan penipuan.

"KTP aspal ini akan menjadi senjata ampuh untuk mendukung dan memuluskan banyak tindak kejahatan lainnya," kata Alfons dalam pesan yang diterima Jurnal Medan baru-baru ini.

Baca Juga: Terbaru dari Kemendikbud Ristek, Segera Cek Jadwal Dan Tahapan Tes Seleksi Kompetensi PPPK Guru 2021

Kejahatan yang lazim dari kebocoran data pribadi diantaranya seperti meminjam uang dari Pinjol menggunakan identitas palsu.

Memalsukan identitas seseorang untuk mengganti kartu SIM guna melakukan kejahatan finansial lainnya seperti mengambil alih nomor telepon untuk melakukan transaksi keuangan.

Ada juga kasus membuka rekening bank bodong yang akan dijadikan sebagai rekening penampung hasil kejahatan/penipuan lain misalnya Mama Minta Pulsa, membajak akun WA dan meminta teman transfer uang kerekening penipu.

"Hingga penipuan menang undian berhadiah dan sampai toko online palsu," ujar Alfons.

Baca Juga: Sinopsis Terpaksa Menikahi Tuan Muda di ANTV 31 Agustus 2021: Sarah Pastikan Rumah Tangga Kinanti Hancur

Sementara Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja mengatakan masyarakat harus paham bahwa data pribadi di era digital dan terkoneksi ibarat kunci gembok.

Sekali kunci gembok didapatkan atau dibobol orang, maka harta paling berharga bisa hilang. Mulai dari rekening hingga media sosial.

"Penguasaan Data Pribadi (PII) secara tidak sah adalah sama dengan penguasaan kunci gembok dan kombinasi brangkas," ujar Ardi.

Masyarakat diharapkan mengerti dan memahami betapa berharganya data di era digital dan terkoneksi. Bahwa setiap hari manusia menghasilkan data dari setiap kegiatannya melalui ponsel atau komputer ternyata nilainya sangat berharga. ***

Editor: Arif Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler