Pakar Vaksincom Bicara Tahun Covid-19, Tahun Ransomware (1)

- 22 April 2021, 12:49 WIB
Salah satu contoh serangan Ransomware yang menyerang perangkat kesehatan di rumah sakit. Perangkat menjadi tidak berfungsi karena di-enkripsi dan meminta kode dekripsi / Foto: Twitter @ransomwatch /
Salah satu contoh serangan Ransomware yang menyerang perangkat kesehatan di rumah sakit. Perangkat menjadi tidak berfungsi karena di-enkripsi dan meminta kode dekripsi / Foto: Twitter @ransomwatch / /

JURNAL MEDAN - Pakar IT dan keamanan siber Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan tahun 2020 tidak hanya akan diingat sebagai tahun pandemi Covid-19 namun juga tahun pandemi ransomware.

Dalam keterangannya kepada awak media pada Kamis 22 April 2021, Alfons mengatakan bahwa secara diam-diam, selama tahun 2020, dunia telah mengalami ledakan Ransomware.

Fakta ini terlihat jika mengungkap pembayaran tebusan ransomware di tahun 2019 yang hanya di bawah US$100 juta. Di tahun 2020, angka pembayaran tebusan ransomware melonjak mencapai US$ 350 juta atau sekitar Rp5 triliun.

Baca Juga: Jaga Pola Makan Saat Berbuka, Ini Manfaat Puasa Bagi Penyandang Diabetes

"Kalau anda menganggap angka Rp5 triliun ini sangat besar [...] ini adalah angka yang dilaporkan saja dan kenyataannya jauh lebih besar dari karena banyak perusahaan yang menjadi korban ransomware dan membayar uang tebusan namun tidak mengungkapkan informasi ini," jelas Alfons dalam keterangannya, Kamis 22 April 2021. 

Dari sisi persentase, ransomware menyumbang 7 % dari seluruh transaksi mata uang kripto yang digunakan untuk aktivitas kejahatan di tahun 2020 dan angka tersebut terus mengalami peningkatan yang signifikan.

Alfons menuturkan, aktor kriminal di balik ransomware tidak jauh-jauh. Sebagai catatan, 4 ransomware terbesar di tahun 2020 yakni Maze, Agregor, SunCrypt, dan Doppelpaymer memiliki hubungan erat berdasarkan analisa waktu aktif.

Keempatnya juga memiliki kode ransomware dan analisa alur blockchain yang sama, digunakan untuk menerima pembayaran ke-empat ransomware tersebut.

Baca Juga: Ikatan Cinta 22 April 2021: Pak Chandra Datangi Hotel Tempat Elsa dan Ricky Menghabiskan Waktu Semalam

"Ini menunjukkan kalau kita sebagai sasaran ransomware menghadapi musuh/penyerang yang berpengalaman dan profesional dalam menjalankan aktivitasnya. Hal ini seharusnya menjadi perhatian serius bagi administrator IT dan pengelola database penting dalam mengamankan dan menjaga datanya," jelas Alfons.

Ke-4 ransomware tersebut menggunakan metode Ransomware as a Services (RaaS) dalam menjalankan aktivitasnya. Para pencipta ransomware hanya fokus mengembangkan program ransomware, tidak melakukan aksi menyebarkan ransomware dan aplikasi ransomware ini ditawarkan di Darknet kepada siapapun yang berminat.

Kemudian penyebaran ransomware ini selalu dilakukan oleh pihak lain.

Sebagai informasi, kalau penyebar ransomware tertangkap, itu tidak akan menghentikan ransomware karena ia hanya pelaksana lapangan dan bukan satu-satunya penyebar ransomware.

Baca Juga: Suriah Tembakkan Rudal ke Wilayah Fasilitas Nuklir Israel, Langsung Dibalas Serangan ke Fasilitas Rudal Suriah

Selain itu, penyebar ransomware bukanlah pembuat aplikasi ransomware itu sendiri. ***

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah