Bapak dan Ibu, Hindari Kecenderungan Tidur Saat Puasa, Hadisnya Dhaif

16 April 2021, 12:37 WIB
Ilustrasi Menjaga Pola Tidur yang Sehat Selama Bulan Puasa. /PIXABAY

JURNAL MEDAN - Tidurnya orang yang sedang puasa itu ibadah. Ini adalah satu dari sekian banyak hadis dhaif atau dhoif yang populer di bulan Ramadan. Hadis yang disandarkan kepada Nabi tersebut dapat dijumpai dalam kitab Ihya Ulumuddin karya al-Gazali.

Berdasarkan kritik al-Iraqi dalam kitab Fathul Kabir, hadis ini tidak kuat sanadnya sebab di dalamnya terdapat Sulaiman an Nakha’i seorang pendusta sehingga menyebabkan hadis ini masuk kategori hadis palsu atau minimal dhaif.

Dhaif menurut Imam Al-Baiquni adalah: "Setiap hadis yang tingkatannya berada dibawah hadits hasan (tidak memenuhi syarat sebagai hadis shahih maupun hasan), maka disebut hadits dho'if dan hadis (seperti) ini banyak sekali ragamnya."

Baca Juga: 10 Fakta Tentang Barus, Titik Nol Peradaban Islam di Indonesia yang Terletak di Sumatera Utara

Sudah banyak kajian yang menjelaskan tentang kedhoifan hadis tidur di bulan puasa, tetapi tetap saja menjadi pameo yang sering dijadikan alasan lebih baik tidur dari pada bergosip, marah, berdusta, atau melakukan hal-hal yang dapat mengurangi pahala puasa Ramadan.

Karena itu, jika diperhatikan di masjid atau musola misalnya, jumlah orang yang tidur selepas solat jamaah meningkat dari pada bulan-bulan biasanya.

Namun di luar dari alasan tadi, memang tidak dipungkiri bahwa saat puasa rasa kantuk memang sering bertandang. Padahal biasanya kantuk timbul jika kita merasa terlalu kenyang. Bukan saat perut kosong.

Penjelasan ilmiah mengenai hal ini terdapat dalam buku Hikmah Puasa Perspektif Hadis dan Medis yang ditulis oleh Dr. Agus Rahmadi bekerjasama dengan tim penelitian el-Bukhari Institute.

Baca Juga: Pemerintah Bikin Bingung, Mardani: Warga Dilarang Mudik, tapi Disarankan Mudik Sebelum 6 Mei

Setidaknya ada tiga sebab yang bisa mengakibatkan seseorang yang berpuasa suka mengantuk di siang hari Ramadan:

1. Tidak terbiasa bangun malam atau terpotongnya jatah tidur karena harus bangun sahur. Sedangkan bangun malam merupakan keharusan jika ingin mendapatkan keutamaan makan sahur.

Perubahan pola tidur ini terjadi karena orang yang tidak terbiasa bangun malam akan merasakan adanya ‘utang’ tidur yang, biasanya, harus dibayar dengan penambahan waktu tidur, kapanpun itu.

Hikmah disyariatkan sahur adalah sebagai salah satu media untuk melatih terbiasa qiyam al-lail. Jadi mari kita melatih diri agar terbiasa
bangun malam.

Baca Juga: Buruan Klaim! Kode Redeem Free Fire Jumat 16 April 2021, Dapatkan Weapon Skin Game Terbaru

"Karena sesungguhnya di malam hari terdapat waktu tertentu yang bila seorang memohon kepada Allah dari kebaikan dunia dan akhirat, maka Allah pasti akan memberikan kepadanya, dan hal tersebut ada di setiap malam." -
(HR. Muslim)

2. Ibadah terlalu berlebihan di malam hari. Kita memang dianjurkan untuk memperbanyak zikir dan ibadah di bulan Ramadan, apalagi di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, dimana keutamaan Lailatul Qadar Allah janjikan. Tapi, beribadah sesuai kadar kemampuan diri sebab tubuh memiliki hak untuk istirahat.

"Beramallah dengan amal yang sesuai kemampuan kalian, maka sungguh Allah tidak akan bosan, hingga kalian yang bosan." - (HR. Bukhari).

3. Pola makan yang tidak bagus saat berbuka dan sahur bisa mengakibatkan penyakit diabetes, kolestrol, anemia dan gangguan fungsi hati. Penyakit-penyakit tersebut dapat menimbulkan efek lelah dan sering membuat efek kantuk berlebihan.

Baca Juga: Roma Siap Hadapi Manchester United di Semifinal Liga Europa

Usahakanlah mengkonsumsi makanan berserat tinggi saat sahur seperti kurma yang memiliki kadar glukosa tinggi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Kurma, menurut hasil penelitian The American Cancer Sociaty, adalah sumber serat pangan yang baik. Sehingga orang yang makan kurma pada waktu sahur akan menjadi segar dan tahan lapar lebih lama. "Sahurnya orang mukmin adalah buah kurma,” kata Nabi Saw. (HR. Abu Daud). ***

Editor: Arif Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler