Fenomena Mengapa Muncul Nabi Palsu Pascawafatnya Nabi Muhammad? Ini Jawabannya

24 April 2021, 13:54 WIB
Gurun /Tim Jurnal Medan 2

JURNAL MEDAN – Pekan lalu dunia dihebohkan dengan berita youtuber Shindy Paul Soerjomoeljono alias Jozeph Paul Zheng, yang tidak hanya mengaku nabi ke-26, tapi juga menghina Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Jauh sebelum muncul nama Jozeph Paul Zheng, pada abad 19 sudah ramai juga dengan sosok nama nabi-nabi palsu, termasuk di Indonesia sederet nama pun muncul sebagai nabi palsu termasuk dari kalangan wanita, seperti Ahmad Musadeq, Sensen Komara dari Jawa Barat, Eyang Ended, Cecep Solihin, Lia Aminuddin alias Lia Eden, dan Ashriyanti Samuda. Padahal, kalau lihat sejarah Allah Subhanahu wa ta'ala belum pernah mengutus wanita sebagai nabi.

Sebenarnya fenomena nabi palsu, kalau kita menengok sejarah fitnah munculnya nabi-nabi palsu sudah ada sejak sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.

Baca Juga: Viral Pencabulan Biduan Dangdut, Korban Pria Usia 16 Tahun, Pelaku Incar Perjaka Disertai Ritual Awet Muda

Seakan ingin mengambil mendompleng kemaksyuran manusia termulia di muka bumi yang Allah angkat sebagai Nabi sekaligus Rasulullah -- para nabi palsu ini ingin turut mendapat pamor dari keberhasilan dakwah Islam di Hijaz. Sebagian dari mereka, telah menyatakan kenabiannya sebelum wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di antara mereka yang mengaku nabi adalah al-Aswad al-Unsi di Yaman. Musailimah al-Kadzab di Bani Hanifah daerah Yamamah. Thulaihah di Bani Asad. Sijah at-Tamimiyah seorang wanita dari Bani Tamim. Dan Luqaith di Oman. Bahkan, Yaman tempat yang paling bergejolak dibanding wilayah jazirah lainnya.

Wilayah Yamamah telah mempersiapkan pemberontakan terhadap Madinah di fase akhir kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tahu perkembangan situasi di Jazirah kala itu. Dan tidak tinggal diam atas makar yang mereka rencanakan. Namun beliau tidak menjadikan kabilah besar Yamamah ini sebagai fokus utama. Malahan ancaman Romawi di wilayah utaralah yang menjadi konsentrasi beliau.

Nabi menyiapkan pasukan Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu menuju pinggiran Balqa, markas Romawi di daerah Palestina. Beliau yakin, kalau umat Islam bisa menang di sini, posisi mereka akan semakin kuat di seantero Jazirah Arab. Semakin berwibawa di hadapan sejumlah kabilah.

Baca Juga: Ikatan Cinta 24 April 2021: Aldebaran Sukses Melakukan Tes DNA Terhadap Reyna, Andin Mulai Curiga

Karena apa? Karena pasukan Usamah akan melewati berbagai kabilah Jazirah Arab. Kabilah-kabilah yang murtad atau berencana murtad dan menyerang Madinah. Pasukan Usamah memberikan kekuatan emosional pada Madinah yang baru saja ditinggal pimpinan utamanya. Dan pasukan ini memberikan tekanan psikologis terhadap Yamamah, Yaman, dan selainnya. Dan di masa berikutnya kita dapat megetahui kecerdasan politik dan strategi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Para nabi palsu telah bersiap mengumandangkan klaim dusta mereka. Mereka cari waktu yang tepat dan suasana yang tenang dan nyaman agar pengakuan mereka bisa mendapat perhatian. Bersamaan dengan kepalsuan mereka, tak seorang pun dari mereka yang mengingkari sahnya kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka hanya ingin menyamakan diri mereka dengan beliau. Muhammad adalah nabi, kami juga nabi yang diutus kepada kaum kami sebagaimana Muhammad diutus untuk kaumnya.

Sebab Munculnya Nabi Palsu

Di antara sebab dan motif munculnya orang-orang yang mengaku nabi adalah sebagai berikut:

Pertama: Daerah-daerah tempat munculnya nabi palsu adalah daerah padat penduduk. Sehingga pendukung mereka banyak. Ditambah lagi, wilayah mereka dekat dengan wilayah Romawi dan Persia. Sehingga sokongan dari dua negara adidaya ini bisa membuat mereka percaya diri untuk menghadapi Madinah.

Baca Juga: 11 Manfaat Kurma Bagi Kesehatan, Buah yang Dianjurkan Nabi Muhammad Ketika Buka Puasa

Kedua: Para nabi palsu mengandalkan kultur ‘ashobiyah (fanatik suku). Khususnya antara orang-orang Yaman dan Mudhar yang sedang berkonflik. Dan juga persaingan antara Rabi’ah dan Mudhar.

Ketiga: Hasad dan persaingan kabilah. Ini adalah alasan utama pemurtadan yang terjadi di Jazirah Arab setelah wafatnya Nabi. Mereka mengaku sebagai nabi karena ingin pamor kabilah mereka meninggi. Mereka telah melihat keberhasilan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mendakwahkan Islam. Dan bagaimana dampaknya pada kedudukan Quraisy di Jazirah Arab setelah beliau wafat. Hal ini menimbulkan hasad pada kabilah-kabilah Arab lainnya. Mereka juga ingin agar kabilah mereka terpuji dan terpandang lantaran salah seorang di antara mereka menjadi nabi.

Keempat: Hasrat ingin menjadi pemimpin. Banyak pemuka kabilah menginginkan kedudukan dan kehormatan di tengah masyarakat mereka. Sehingga mereka ingin serupa dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mewujudkan syahwat kepemimpinan mereka. Di antara cara yang mereka lakukan adalah dengan mengaku menerima wahyu seperti Alquran.

Kelima: Menandingi popularitas Kota Mekah yang memiliki Ka’bah. Para nabi palsu berusaha agar wilayah mereka bisa menandingi Mekah dengan Baitul Haramnya. Seperti Musailimah al-Kadzab, ia membuat sebuah tempat suci di Yamamah. Ia berlakukan larangan-larangan dan ritual-ritual tertentu di tempat tersebut. Agar tempat tersebut terkesan tempat yang suci (Ath-Thabari, 3/283).

 Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 24 April 2021: Rafael Akhirnya Mengetahui Rahasia Ricky dan Elsa Bermalam di Hotel

Strategi Politik Nabi Palsu

Para nabi palsu juga melakukan manuver politik untuk mendukung kesesatan mereka. Mereka jalin hubungan dengan kekuatan non Arab untuk menghadapi Madinah. Seperti al-Aswad al-Unsi yang menjalin kerja sama dengan Persia untuk menghadapi Madinah dan kekuatan kaum muslimin Hijaz yang tetap setia dengan Islam. Al-Aswad al-Unsi juga memanasi kabilah-kabilah Yamamah untuk memusuhi pewaris Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Musailimah dan Thulaihah sebenarnya takut dengan kekuatan kaum muslimin yang terus tumbuh. Dan mereka sadar tidak akan mampu menghadapi umat Islam. Karena itu, mereka tidak terburu-buru menyatakan membangkan pada Madinah. Namun, setelah melihat al-Aswad al-Unsi menyerukan kenabiannya, kemudian menantang Madinah.

Kejadian tersebut menimbulkan kecemasan di tengah kaum muslimin, barulah kedua nabi palsu ini berani angkat suara. Yamamah pun mendapat inspirasi dan termotivasi untuk melakukan hal yang sama. Ditambah lagi dengan tersebarnya berita wafatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (Haikal, Hal: 96-97/kisahmuslim).

Editor: Arif Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler