JURNAL MEDAN - Kehadiran smartphone dikenal sebagai perangkat yang menghabiskan nilai barang-barang monofungsi. Ini juga disebut disrupsi, di mana manusia saat ini berada pada sebuah era inovasi dan perubahan besar-besaran yang secara fundamental mengubah semua sistem, tatanan, dan landscape yang ada ke cara-cara baru.
Misalnya jam sebagai penunjuk waktu sudah tak dianggap lagi sebagai sesuatu yang sulit untuk diketahui dan didapatkan. Kalkulator sebagai alat hitung, telepon sebagai alat komunikasi, koran yang senantiasa memberikan update indo, telegram untuk surat menyurat, kamera sebagai alat dokumentasi, alat musik sebagai penghibur, video call, dan sebagainya.
Semua kini bisa diperoleh melalui satu smartphone yang dilengkapi dengan berbagai fitur, fungsinya mampu melengkapi berbagai jenis barang-barang monofungsi.
Baca Juga: Menolak Lupa! Bubarnya Dinasti Turki Usmani, Lahirnya Mustafa Kemal Ataturk (Part 2)
Kehadiran smartphone tentu sangat positif karena mempermudah kehidupan seperti menghabiskan waktu bersama keluarga dan fungsi perangkat tersebut secara keseluruhan.
Tetapi, selama ini justru para orang tua sibuk dengan smartphone-nya sehingga abai terhadap anak-anak yang sangat mengharapkan kasih sayang ayah dan ibu.
Keberadaan perangkat multifungsi di tengah-tengah keluarga diibaratkan seperti menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.
Dengan begitu, banyak keluarga hidup secara individualis, sehingga mengikis rasa kolektivitas dan kebersamaan.