“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Demikian pula para sahabatnya ketika memasuki 10 malam terakhir mereka bisa dikatakan tidak tidur diwaktu malamnya. Mereka menggunakan waktu siang untuk istirahatnya dan ketika malam mereka gunakan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Baca Juga: USU Raih Peringkat 15 Perguruan Tinggi di Indonesia versi THE Impact Rankings, Rektor: Alhamdulillah
Doa yang diajarkan Rasulullah
Hadits yang membicarakan doa ini adalah sebagai berikut.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja aku tahu bahwa suatu malam adalah malam lailatul qadar, lantas apa doa yang mesti kuucapkan?”
Jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berdoalah: allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ’annii (artinya: Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf—menghapus kesalahan–, karenanya maafkanlah aku—hapuslah dosa-dosaku–).” (HR. Tirmidzi, no. 3513 dan Ibnu Majah, no. 3850. Abu ‘Isa At-Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan sahih. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Perbedaan Al-Afwu dan Al-Maghfirah