التمسوا الغنى في النكاح
“Gapailah kekayaan dengan pernikahan.”
Di antara tujuan agung dari pernikahan adalah menjaga kehormatan diri, menjaga kemaluan, menjaga pandangan. Abdullah bin Mas’ud berkata, “Rasulullah berkata kepada kami,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.
‘Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menekan syahwatnya (sebagai tameng)’.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Umar pernah berkata kepada seorang laki-laki, “Tidak ada yang menghalangi Anda dari pernikahan kecuali lemah dan fujur (pendosa).” (Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq).
Jika demikian keutamaan pernikahan, tentu setan tidak akan tinggal diam. Mereka sangat bersemangat memecah rumah tangga dengan cara apapun. Allah Ta’ala berfirman,
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ